Tautan-tautan Akses

Biji-Bijian ‘Biofortifikasi’ Dapat Bantu Tanggulangi Malnutrisi


Ilmuwan menciptakan biji-bijian yang lebih cerdas yang mengandung lebih banyak zat gizi untuk menanggulangi kelaparan di tingkat dunia. HarvestPlus, sebuah lembaga nirlaba yang berpusat di Washington, telah melakukan fortifikasi terhadap biji-bijian dengan zat-zat gizi yang vital sejak tahun 2003 (foto: AP Photo/Orlin Wagner)
Ilmuwan menciptakan biji-bijian yang lebih cerdas yang mengandung lebih banyak zat gizi untuk menanggulangi kelaparan di tingkat dunia. HarvestPlus, sebuah lembaga nirlaba yang berpusat di Washington, telah melakukan fortifikasi terhadap biji-bijian dengan zat-zat gizi yang vital sejak tahun 2003 (foto: AP Photo/Orlin Wagner)

Lewat penyemaian tumbuhan yang padat dengan zat gizi, para ilmuwan berusaha untuk membantu menanggulangi krisis kelaparan di dunia.

Para ilmuwan membantu untuk menanggulangi krisis kelaparan di dunia dengan menyemai tumbuhan yang padat dengan zat gizi yang akan membuat perut kenyang dan mengurangi efek malnutrisi.

Aktivitas ini disebut biofortifikasi.

Kedengarannya rumit, namun konsep ini sebenernya sederhana: menciptakan biji-bijian yang lebih cerdas yang tumbuh menjadi tanaman pokok dengan zat gizi yang lebih padat dibandingkan tanaman yang biasa. Kemudian mendistribusikan biji-bijian tersebut dalam skala besar ke para petani di negara-negara berkembang, sehingga mereka dapat menanam tumbuhan yang lebih bergizi.

Biji-bijian dengan lebih banyak kandungan zat gizi

Inilah yang dilakukan oleh para peneliti di HarvestPlus, sebuah lembaga nirlaba yang berpusat di Washington, dalam skala besar sejak tahun 2003, yang memberi makan kurang lebih 20 juta orang di 30 negara.

Biji-bijian mereka yang telah di biofortifikasi menyertakan satu atau lebih zat gizi yang vital, seperti zat besi, seng, dan Vitamin A, ujar Bev Postma, CEO HarvestPlus.

“Penting sekali bahwa biji-bijian tersebut tidak saja tinggi dalam zat gizi, namun mereka juga tetap menghasilkan hasil panen yang tinggi, biji-bijian tersebut harus tahan hama, tahan cuaca – karena ini adalah hal-hal yang paling diinginkan oleh seorang petani,” ujarnya.

Defisiensi dari semua zat gizi ini dapat membuat orang rentan terkena penyakit dan infeksi, dan pada kasus-kasus ekstrim dapat menyebabkan kebutaan dan terhambatnya pertumbuhan tubuh. Anak-anak khususnya yang paling terpengaruh.

Hasil penelitian organisasi tersebut telah menemukan banyak dari efek ini yang dapat diperbaiki dalam hitungan bulan begitu bahan pangan yang penuh gizi ini menjadi bagian dalam makanan penduduk lokal.

150 varietas dari 12 tanaman pokok

Para ilmuwan yang bekerja untuk HarvestPlus telah berhasil memproduksi 150 varietas dari 12 tanaman pokok, termasuk jagung, kacang-kacangan, beras, kacang lentil, dan gandum.

Pada tahun 2003, the Bill and Melinda Gates Foundation menyalurkan hibah senilai $25 juta untuk jangka waktu empat tahun untuk membantu mereka meningkatkan usahanya. Tahun ini, mereka adalah satu dari delapan finalis untuk mendapatkan hibah senilai $100 juta dari MacArthur Foundation, yang bisa membantu mereka untuk mewujudkan tujuannya untuk menjangkau 1 milyar orang dengan tanaman biofortifikasi menjelang tahun 2030.

“Kami tidak mencoba untuk mengubah perilaku orang, kami hanya mencari tahu apakah yang dikonsumsi orang dan hanya mengubahnya agar makanan yang mereka konsumsi lebih bergizi,” ujar Postma.

Biji-biji biofortifikasi diproduksi dengan cara tradisional, dan mereka secara genetik tidak dimodifikasi.

Distribusi biji-bijian

Biji-bijian didistribusikan melalui perusahaan distributor biji-bijian dan kadang-kadang lansung ke para petani.

“Kami telah belajar di beberapa negara, apabila kita berikan biji-bijian ini, kita dapat mendorong para petani tidak hanya menanam varietas yang baru, namun juga meminta mereka untuk memberikan biji-bijian hasil panen mereka ke empat petani baru,” ujar Postma.

Pada contoh-contoh lainnya, ujarnya, mereka bekerja dengan perusahaan distributor biji-bijian untuk membujuk mereka agar bersedia untuk mengadopsi biji-bijian biofortifikasi dan menjualnya sebagai bagian opsi paket pada para petani.

“Kami temukan dalam beberapa contoh lebih baik untuk petani apabila mereka membeli biji-bijian, karena dengan demikian ada nilai yang dipersepsikan dan tingkat adopsinya menjadi lebih tinggi,” ujarnya. Postma mengatakan mereka mencoba untuk memastikan harga jual biji-bijian ini tidak lebih mahal dari varietas yang reguler.

Organisasi ini bekerja dengan kementrian pertanian dan kesehatan di negara-negara berkembang untuk mendorong mereka agar bersedia untuk mengadopsi biji-bijian biofortifikasi sebagai cara memecahkan permasalahan kesehatan utama dengan biaya yang lebih efektif. [ww]

XS
SM
MD
LG