Tautan-tautan Akses

AS Perintahkan Staf Diplomatik Tinggalkan Irak di Tengah Ketegangan AS-Iran


Gedung Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak (foto: ilustrasi).
Gedung Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak (foto: ilustrasi).

Amerika hari Rabu (15/5) memerintahkan seluruh staf tidak esensial untuk meninggalkan Irak, suatu langkah yang muncul ketika pemerintahan Trump memperingatkan potensi ancaman Iran atau proxy yang didukung Iran terhadap pasukan Amerika di Timur Tengah.

Sebuah pernyataan yang dipasang oleh Kedutaan Besar Amerika di Baghdad, Irak, mengatakan perintah itu diberlakukan baik bagi staf di kantor kedutaan itu, maupun staf di konsulat Amerika yang terletak di Irbil. Kantor-kantor kedutaan Amerika di Irak, Lebanon, Uni Emirat Arab dan Turkmenistan juga mengingatkan warga Amerika untuk “waspada tingkat tinggi.”

Jerman dan Belanda mengatakan akan menunda operasi pelatihan militer di Irak, meskipun Jerman mengatakan tidak ada isyarat dari pihak intelijennya bahwa ada ancaman terhadap kepentingan Barat di Irak. Pemerintah Belanda mengutip ancaman keamanan yang tidak dirinci, yang membatasi operasi pelatihannya.

Anggota Senat dari faksi Republik Lindsey Graham meminta pejabat-pejabat Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan untuk memberi penjelasan singkat kepada para anggota Kongres tentang ancaman yang ditimbulkan Iran sebagaimana disampaikan beberapa pejabat tinggi pemerintah Trump. Graham mengatakan ia “tidak tahu ancaman seperti apa yang ada di luar dari apa yang saya baca di suratkabar.”

Pentagon telah mengirim sebuah kapal induk dan beberapa pesawat pembom berkemampuan nuklir dalam beberapa hari terakhir ini. Sementara rudal Patriot dan sebuah kapal yang membawa dermaga terapung sedang dalam perjalanan ke sana. Sistem rudal Patriot itu melindungi dari serangan rudal dan pesawat terbang, sementara LPD membawa pasukan marinir dan pesawat terbang, kapal amphibi, atau kapal kecil yang dibutuhkan untuk pertempuran di tempat-tempat yang sulit dijangkau.

Sementara itu seorang perwira senior dalam koalisi militer pimpinan Amerika yang melawan ISIS hari Selasa (14/5) mengatakan tidak melihat ancaman yang lebih besar terhadap pasukannya di Irak dan Suriah dari pasukan yang didukung Iran.

Lewat video telekonferensi dari markas pasukan koalisi di Baghdad, Mayor Jenderal Chris Ghika yang berasal dari Inggris mengatakan kepada wartawan di Pentagon.

“Tidak ada peningkatkan ancaman dari pasukan yang didukung Iran di Irak dan Suriah,” tegas Ghika.

Pernyataan itu bertolak belakang dengan pernyataan dari pemerintah Trump dan Pentagon yang selama lebih dari satu minggu menegaskan bahwa mereka mendeteksi adanya potensi ancaman Iran terhadap pasukan Amerika di Timur Tengah.

Seorang pejabat senior militer hari Jumat (10/5) mengatakan kepada wartawan di Pentagon bahwa ancaman Iran ada “di darat dan di laut” - termasuk kapal-kapal kecil milik Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran, salah satu bagian angkatan bersenjata Iran, yang dipenuhi dengan “senjata-senjata, termasuk rudal.”

Wakil Menteri Pertahanan Pat Shanahan mengatakan, “Penting bagi Iran untuk memahami bahwa serangan terhadap warga Amerika atau kepentingannya akan ditanggapi secara sesuai.”

Tetapi ketika diminta konfirmasi tentang pernyataan-pernyataan Amerika soal meningkatnya ancaman milisi terhadap pasukan Amerika di Irak, Ghika berkeras “kita berada dalam posisi yang sama.” (em)

XS
SM
MD
LG