Tautan-tautan Akses

Anak Guatemala Kedua Meninggal di Tahanan Imigrasi AS


Peti jenazah Jakelin Caal Maquin (7 tahun) dibaringkan di rumah kakeknya pada upacara pemakamannya di kota San Antonio Secortez, Guatemala, Senin (24/12).
Peti jenazah Jakelin Caal Maquin (7 tahun) dibaringkan di rumah kakeknya pada upacara pemakamannya di kota San Antonio Secortez, Guatemala, Senin (24/12).

Seorang anak laki-laki Guatemala berusia 8 tahun meninggal dunia di dalam tahanan pemerintah Amerika Selasa pagi (25/12), kematian kedua seorang anak imigran yang ditahan otorita berwenang Amerika bulan ini.

Badan Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai CBP mengatakan anak laki-laki itu meninggal Selasa (25/12) dini hari di sebuah rumah sakit di Alamogordo, negara bagian New Mexico, AS, di mana ayahnya membawanya kesana Senin sore (24/12) setelah menunjukkan “tanda-tanda sakit.”

CBP mengatakan anak laki-laki itu didiagnosa menderita pilek dan demam, dan diberi resep obat antibiotik amoxicillin dan ibuprofen sebelum diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.

Anak itu kembali dibawa ke rumah sakit Senin malam setelah menderita mual dan muntah-muntah, dan meninggal beberapa jam kemudian.

CPB mengatakan masih belum mengetahui penyebab kematiannya, dan bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika dan pemerintah Guatemala telah diberitahu tentang kematiannya.

Jakelin Meninggal Setelah Lakukan Perjalanan Bersama Kafilah Migran

Sebelumnya seorang anak perempuan Guatemala berusia tujuh tahun, Jakelin Caal, meninggal dunia bulan ini dan telah dimakamkan di desa kecil di San Antonio Secortez, Guatemala, hari Selasa. Ia meninggal di dalam tahanan CPB setelah masuk ke Amerika bersama ayahnya, Nery, yang merupakan bagian dari rombongan migran Amerika Tengah.

Peti mati kecil berwarna putih yang membawa jenazah Jakelin tiba di bandara Guatemala City dan dibawa sejauh 354 kilometer ke bagian utara menuju ke desa miskin dimana gadis kecil itu sebelumnya tinggal.

Di antara balon dan bunga-bunga yang mengelilingi peti mati Jakelin terdapat sebuah pesan dengan tulisan tangan yang ditujukan kepada Presiden Guatemala Jimmy Morales, yang bertuliskan “kami meminta lapangan kerja, listrik, air bersih, jalan, sehingga tidak perlu bermigrasi.”

Belum Jelas Penyebab Kematian Jakelin

Nery Caal memasuki wilayah Amerika dengan harapan dapat menemukan pekerjaan, yang kini tak lagi tersedia di Guatemala.

Belum jelas apa yang membuat Jakelin jatuh sakit.

Ia tampak sehat ketika ditangkap agen-agen CBP bersama ayah dan migran lainnya ketika menyebrangi perbatasan Amerika pada 6 Desember. Ia jatuh sakit dalam perjalanan dengan bis menuju pos perbatasan. Ketika tiba di pos itu, suhu tubuhnya mencapai 41 derajat Celsius.

Tim medis darurat menerbangkannya ke sebuah rumah sakit di El Paso, Texas, dimana ia meninggal dua hari kemudian. Otaknya membengkak dan ia mengalami gagal ginjal.

Agen-agen CBP mengatakan anak itu tampaknya kekurangan makan dan minum sebelum tiba di perbatasan Amerika.

Para pengecam kebijakan imigrasi Amerika menyebut kematian Jakelin sebagai contoh perlakuan kejam terhadap banyak migran yang menyebrangi perbatasan Amerika.

Presiden Donald Trump mengatakan Amerika menyambut kedatangan seluruh imigran selama dilakukan secara legal. (em)

XS
SM
MD
LG