Tautan-tautan Akses

Agamawan dan Ilmuwan Tegaskan Vaksin untuk 'Kemashlahatan Ummat'


Research Project Integration Manager Biofarma, Neny Nuraeni, memberikan keterangan pada wartawan di Jakarta. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)
Research Project Integration Manager Biofarma, Neny Nuraeni, memberikan keterangan pada wartawan di Jakarta. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)

Sebagian masyarakat masih menolak program imunisasi campak dan rubella (MR) yang digalakkan pemerintah meski sejumlah kasus penyakit tersebut mulai muncul ke permukaan. Ilmuwan dan agamawan pun angkat bicara soal kontroversi vaksin MR.

Penolakan terhadap imunisasi masih saja terjadi, baik dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, hingga masyarakat di Riau, Balikpapan, dan Sulawesi Selatan. Mereka menolak vaksin MR karena dinilai mengandung babi. Padahal MUI menyatakan vaksin produksi India itu boleh (mubah) digunakan dalam situasi darurat.

Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace, Musdah Mulia, meminta masyarakan muslim lebih terbuka dengan vaksin MR yang sudah diperbolehkan MUI. Musdah mendorong masyarakat muslim yang masih menolak untuk memperhatikan perkembangan ilmu kesehatan termasuk vaksin. Sebab, kata dia, Islam sangat menghormati ilmu pengetahuan.

"Wujud sebagai manusia dengan seluruh kemampuan akal. Sebagai tanda terima kasih kita kepada Tuhan, selain kita sholatnya buktinya adalah kita menggali keilmuan. Buat saya menggali keilmuan itu adalah bagian dari ibadah. Ilmu dalam Islam itu sangat dihargai," jelasnya dalam diskusi soal vaksin di Perpustakaan Nasional, Jumat siang (21/9).

"Yarfaillahulladzina amanu minkum walladzina utul 'ilma darojat. Bayangkan orang yang berilmu dan yang beriman ituderajatnya sama," ujarnya sambil mengutip Al Quran surat Al Mujadallah ayat 11. Penggalan ayat ini artinya 'Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.'

Imunisasi MR dilaksanakan untuk luar Pulau Jawa selama Agustus - September guna menurunkan angka kasus penyakit ini. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati posisi ketujuh negara dengan kasus campak paling banyak sedunia. Indonesia memiliki 4.897 kasus campak, lebih tinggi dari Pakistan dengan 3.442 kasus yang ada di posisi 10.

Penolakan vaksin MR ini dinilai berbahaya karena berpotensi menimbulkan wabah penyakit. Dokter Ahmad Faried, PhD dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran mengatakan, vaksin harus mencakup lebih dari 95 persen populasi untuk benar-benar terasa manfaatnya. Sementara sisa 5 persen adalah populasi yang tidak bisa divaksin karena alasan medis, misalnya penyakit auto-imun atau kerusakan kromosom.

dr. Ahmad Faried, PhD dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, memberikan keterangan pada wartawan di Jakarta. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)
dr. Ahmad Faried, PhD dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, memberikan keterangan pada wartawan di Jakarta. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)

Karena itu, Faried memastikan, semua orang sehat harus divaksin untuk mencegah rantai penyebaran penyakit. Orang yang enggan divaksin sebetulnya berdampak pada orang di sekitarnya.

"Dia bilang dia merugikan diri dia sendiri. tetapi kalau dia jadi seseorang yang berhubungan dengan orang lain nantinya, dia akan merugikan orang lain. Itu yang harus kita kasih tahu. Pasien itu pulang ke rumah, sudah nikah dan hubungan badan sama pasangannya, tertular," jelasnya kepada wartawan.

"Jadi bukan masalah saya nggak mau divaksin dan saya merugikan diri sendiri, tidak. Ini kerja kelompok seperti subsidi silang," tegasnya.

Sejak Agustus, Menteri Kesehatan Nilla Moeloek sudah mendekati MUI untuk meredam penolakan masyarakat. Namun, selain alasan kepercayaan, ada juga warga yang menolak vaksin karena takut akan efek samping jangka panjang. Seperti pegawai swasta berikut ini, "Gue nggak ada yang ditakutin dari vaksin sih. cuman ya sekali lo vaksin lo akanvaksin terus. Dan itu nggak bagus. Karena muncul satu virus baru wah lo kudu vaksin lagi, kudu vaksin lagi, karena ada sistem pertahanan tubuh yang melemah."

Research Project Integration Manager Biofarma, Neny Nuraeni, memastikan vaksin dan imunisasi sangat aman bagi tubuh. Metode ini sudah teruji selama puluhan tahun dalam mencegah penyakit mematikan. Dia menjamin, reaksi pada tubuh adalah hal yang normal dan tidak berbahaya.

"Kan kita minum obat juga sudah ada kontra-indikasi dan efeksamping di leafletnya. Demikian juga dengan vaksin sudah ada di leafletnya. kalau sudah disuntik pasti pegal, terus demam agak kemerahan di daerah yang disuntik. Jadi ibu-ibu sudah tahu. Tapi kalau ada kecacatan sampai kelumpuhan itu harus tetap kita teliti apa penyebabnya. Sampai kalau dia kematian kitaautopsi," terangnya kepada wartawan.

Agamawan dan Ilmuwan Tegaskan Vaksin Untuk 'Kemashlahatan Ummat'
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:37 0:00

BioFarma selaku produsen vaksin nasional memang sudah bisa memproduksi vaksin dasar yang diakui dunia. Namun BUMN yang berkantor di Bandung ini belum bisa memproduksi vaksin MR dan mendatangkan vaksin yang diproduksi Serum Institute of India (SII). India dipilih karena produknya digunakan di negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

BioFarma saat ini masih melakukan riset dan pengembangan vaksin MR. Targetnya seluruh proses selesai pada 2024. (rt/em)

Recommended

XS
SM
MD
LG