Tautan-tautan Akses

Afghanistan: Perdamaian Hanya Terjadi Jika Taliban Stop Kekerasan


110 Taliban dan 40 anggota ISIS menyerahkan diri kepada Pemerintah Afganistan, 4 September 2019. (Foto: VOA)
110 Taliban dan 40 anggota ISIS menyerahkan diri kepada Pemerintah Afganistan, 4 September 2019. (Foto: VOA)

Kantor Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Minggu (8/9) mengatakan perdamaian nyata di Afghanistan hanya mungkin terjadi jika Taliban menghentikan kekerasan dan melakukan pembicaraan langsung dengan pemerintah.

Presiden AS Donald Trump, Sabtu (7/9), membatalkan pembicaraan damai dengan "para pemimpin utama" Taliban di sebuah kompleks kepresidenan di Camp David, Maryland. Hal itu dilakukan setelah kelompok pemberontak itu mengaku bertanggung jawab atas serangan di Kabul pekan lalu. Serangan tersebut menewaskan seorang tentara Amerika dan 11 orang lainnya.

Pejuang Taliban melancarkan serangan di kota-kota utara Kunduz dan Pul-e Khumri selama sepekan terakhir. Mereka juga melakukan dua pemboman bunuh diri di Ibu Kota Afghanistan, Kabul.

"Kedamaian sejati akan datang ketika Taliban menyetujui gencatan senjata," kata Ghani dalam pernyataannya ketika menanggapi pembatalan pembicaraan perdamaian rahasia Trump.

Trump mengatakan dia juga berencana untuk bertemu dengan presiden Afghanistan.

Pengumuman mengejutkan Trump melahirkan keraguan atas masa depan rancangan kerangka perjanjian damai yang dibuat oleh Zalmay Khalilzad. Zalmay adalah utusan khusus AS untuk perdamaian di Afghanistan. Di bawah rancangan kesepakatan tersebut, sekitar 5.000 tentara AS akan ditarik selama beberapa bulan mendatang dengan imbalan jaminan bahwa Afghanistan tidak akan digunakan sebagai pangkalan untuk serangan militan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.

Taliban saat ini menolak untuk berbicara langsung dengan pemerintah Afghanistan.

Kantor Kepresidenan Ghani juga mengatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dan sekutu untuk "perdamaian yang bermartabat dan tahan lama", dan menekankan penyelenggaraan pemilihan presiden bulan ini.

Ghani akan maju untuk masa jabatan keduanya dalam pemilihan presiden yang dijadwalkan berlangsung pada 28 September. Namun Taliban menginginkan pemilihan itu dibatalkan sebagai prasyarat untuk menandatangani perjanjian damai dengan Amerika.

"Pemerintahan yang kuat, sah, dan legal melalui pemilihan mendatang untuk membawa proses perdamaian yang sedang berjalan maju dengan akurasi dan kehati-hatian," kata pernyataan Ghani.

Strategi serangan baru Taliban tampaknya didasarkan pada asumsi bahwa keberhasilan medan perang akan memperkuat tangan mereka dalam negosiasi dengan para pejabat AS dan Afghanistan di masa depan. [ah/ft]

XS
SM
MD
LG