Tautan-tautan Akses

Korea Utara Pandang Remeh Peringatan Keras Trump


Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) bersama para ilmuwan dan militer Korut merayakan suksesnya peluncuran rudal balistik Hwasong-14 di Pyongyang (foto: dok).
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) bersama para ilmuwan dan militer Korut merayakan suksesnya peluncuran rudal balistik Hwasong-14 di Pyongyang (foto: dok).

Korea Utara meremehkan peringatan keras Presiden Donald Trump untuk melancarkan tindakan militer terhadap rezim sosialis itu jika Korea Utara terus mengancam Amerika Serikat.

Presiden AS Donald Trump mengejutkan para pendukung maupun pengecamnya di dalam dan di luar negeri ketika hari Selasa (8/8) ia menyatakan akan menyerang Korea Utara dengan kekuatan luar biasa yang belum pernah disaksikan dunia, dalam retorika keras yang biasanya hanya digunakan Pyongyang.

Namun, Jenderal Kim Rak Gyom, komandan roket strategis Korea Utara, mengatakan kepada kantor berita KCNA hari Kamis (10/8) bahwa “dialog waras” tidak mungkin dilakukan dengan Presiden Trump, yang disebutnya sebagai orang yang “tidak bernalar” dan “hanya memahami kekuatan mutlak.”

Jenderal Kim juga menegaskan kepada KCNA bahwa para pemimpin militer Korea Utara akan merampungkan rencana selambat-lambatnya pertengahan bulan ini untuk meluncurkan empat misil jarak sedang yang disebut Hwasong-12 ke wilayah Amerika di Pasifik barat, Guam, yang merupakan pangkalan cukup besar Angkatan Laut dan Angkatan Darat Amerika Serikat. Setelah melewati Jepang, misil-misil itu akan jatuh di perairan 30 sampai 40 kilometer di lepas pantai Guam.

KCNA mengatakan rencana itu, yang tidak seperti biasanya diungkap secara terinci, menurut Jenderal Kim kemudian akan diserahkan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan menunggu perintah yang dikeluarkan.

Pernyataan Jenderal Kim itu merupakan yang terbaru dalam saling ancam antara Pyongyang dan Washington setelah Dewan Keamanan PBB pekan lalu secara aklamasi menyetujui sanksi-sanksi lebih keras terhadap Korea Utara. Sanksi baru itu bertujuan mengurangi pendapatan Pyongyang dari ekspor barang dan tenaga kerja sebesar 1 miliar dolar – sepertiga dari seluruh pendapatan sekarang ini – dalam upaya membuat negara itu mengakhiri pengembangan senjata nuklir.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis hari Rabu mengatakan Korea Utara menghadapi risiko hancur lebur jika memulai perang, dan harus berhenti mengisolasi diri dan menghentikan upaya memiliki senjata nuklir.

Mattis dalam sebuah pernyataan memperingatkan bahwa Amerika dan sekutu-sekutunya memiliki kemampuan ofensif dan defensif paling kuat dengan presisi paling tinggi di dunia. Menurutnya, operasi militer apapun yang dilakukan Korea Utara akan sangat tidak memadai dan negara itu akan kalah dalam pertarungan persenjataan apapun yang dimulainya.

Pernyataan Mattis dikeluarkan beberapa jam setelah Presiden Trump mengatakan bahwa persenjataan nuklir Amerika sekarang ini jauh lebih kuat dari yang sudah-sudah.

Dalam komentar Twitter, Trump mengatakan perintah pertamanya setelah menjabat sebagai presiden bulan Januari adalah merenovasi dan memodernkan persenjataan nuklir Amerika.

Trump juga menambahkan, diharapkan kekuatan (nuklir) itu tidak pernah harus digunakan, tetapi Amerika selalu merupakan negara paling kuat di dunia.

Tidak jelas renovasi persenjataan nuklir apa yang dirujuk oleh Trump. Trump menyerukan peningkatan anggaran pertahanan, termasuk riset dan pemngembangan senjata baru, tetapi Kongres belum menyetujui anggaran untuk tahun 2018. [ds]

Recommended

XS
SM
MD
LG