Tautan-tautan Akses

Wapres Pence Bantah Incar Gedung Putih Tahun 2020


Wakil Presiden AS Mike Pence (foto: dok).
Wakil Presiden AS Mike Pence (foto: dok).

Wakil Presiden Mike Pence menepis penilaian bahwa ia sudah siap bertarung dalam pemilu presiden tahun 2020 jika Presiden Donald Trump tidak mencalonkan diri kembali di Gedung Putih.

Dalam pernyataan yang dirilis hari Minggu (6/8) Wakil Presiden Mike Pence mengatakan laporan di suratkabar New York Times bahwa ia kini membentuk “tim kampanye bayangan” dan bahwa pembantu-pembantunya telah “mengintimidasi” para donator Republikan bahwa ia siap bertarung jika Trump tidak mencalonkan diri kembali, adalah laporan yang “memalukan dan ofensif”.

Pence, yang merupakan gubernur negara bagian Indiana sebelum diajak Trump menjadi pendampingnya tahun lalu, mengatakan bahwa ia berencana memusatkan seluruh upayanya pada agenda Trump ke depan, dan mengupayakan Trump terpilih kembali tahun 2020.

Pence dan Trump dilantik hampir 6,5 bulan lalu, tetapi bulan-bulan pertama pemerintahan mereka telah kacau.

Trump telah memecat beberapa pembantu dekatnya, termasuk Kepala Staf Gedung Putih Sean Spicer dan penasehat keamanan nasionalnya yang pertam, Mike Flynn. Sejauh ini Trump juga telah gagal meraih dukungan kongres untuk meloloskan beberapa undang-undang penting.

Salah satu RUU yang gagal diloloskan itu adalah UU Jaminan Kesehatan atau dikenal sebagai Obamacare, dan sebelumnya telah berulangkali dinyatakan akan dirombak.

Sejumlah investigasi dan penyidikan kriminal terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu Amerika tahun 2016 guna membantu kemenangan Trump, yang sebagian besar telah diremehkan oleh Trump dan disebutnya sebagai “mencari-cari kesalahan” dan upaya Partai Demokrat untuk mencari-cari alasan bagi kekalahan mantan menteri luar negeri Hillary Clinton dalam pemilu itu.

Sementara itu, Presiden Donald Trump yang sedang berlibur di resor golf di Bedminster, New Jersey, hari Senin (7/8) mengirim cuitan di Twitter bahwa basis politiknya di dalam Partai Republik “jauh lebih besar dan lebih kuat dibanding sebelumnya”, walaupun ada jajak pendapat baru yang menunjukkan tingkat popularitasnya yang terus anjlok.

Trump lewat serangkaian cuitan di Twitter menyebut jajak pendapat itu didasarkan pada “jajak pendapat Fake News yang palsu”. Ia menilai kampanye politik yang dilangsungkan di sejumlah negara bagian yang dimenangkannya tahun lalu menunjukkan kekuatan sesungguhnya dan “faktor-faktor itu mendorong basis pendukung Trump jauh lebih kuat, ini tidak akan berubah!”

Jajak pendapat nasional baru-baru ini menunjukkan hanya sepertiga warga Amerika yang menyetujui kinerja pemerintahan Trump dalam 6,5 bulan pemerintahnya. Jajak pendapat itu juga menunjukkan kemerosotan jumlah pendukung kuat Trump.

Tetapi Trump menyebut catatan rekor di pasar saham yang belum pernah sebaik ini, pengetatan keamanan di perbatasan, pertumbuhan lapangan kerja, deregulasi bisnis dan persetujuan banyak pihak atas calon hakim agung yang dipilihnya; sebagai pencapaiannya.

Jajak pendapat yang dilakukan Universitas Quinnipiac pekan lalu menunjukkan 61% warga Amerika tidak mendukung kinerja Gedung Putih di bawah kepemimpinan Trump. Ini adalah yang terendah untuk seorang presiden yang masih menjabat pada bulan-bulan pertamanya di Gedung Putih. Beberapa jajak pendapt lain juga menunjukkan tingkat kepopuleran Trump mencapai kurang dari 40%.

Jajak pendapat Quinnipiac itu juga menunjukkan bahwa dukungan dari mereka yang sebelumnya sangat mendukung Trump – yaitu pemilih dengan tanpa latar belakang pendidikan tinggi – juga anjlok, dimana hanya 43% yang mendukung kinerja Trump, sementara 50% lainnya tidak mendukung kinerjanya. Dalam pemilu lalu, beberapa jajak pendapat menunjukkan 66% warga kulit putih yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi memilih Trump dibanding Clinton.

Ketika mengklaim dukungan politik pemilih Partai Republik lewat Twitternya hari Senin, Trump juga menyerang senator Partai Demokrat Richard Blumenthal karena ketika tampil di stasiun televisi CNN, Blumenthal mengatkaan “tidak ada pihak yang mengecilkan fakta tentang serangan oleh Rusia terhadap pemilu presiden tahun lalu”, dan telah mendorong penyelidikan-penyelidikan saat ini.

Trump menyebut Blumenthal sebagai “artis penipu tentang Vietnam! Ia menceritakan pertarungan dan penakhlukan yang dilakukan di Vietnam, betapa beraninya ia, dan itu semua bohong Ia menangis dan mohon pengampunan seperti bayi. Tapi sekarang menghakimi soal kolusi?”

Tuduhan Trump itu berasal dari pengakuan Blumenthal selama kampanye tahun 2010 bahwa ia berdinas di militer Amerika pada masa perang Vietnam, tetapi bukan di Vietnam. Blumenthal telah berulangkali menjelaskan hal ini.

Setelah rangkaian cuitan itu, Blumenthal mengatakan “Mr. President, dulu aksi bullying Anda tidak berhasil, demikian pula saat ini. Tidak ada orang yang berada di atas hukum.” [em/jm]

XS
SM
MD
LG