Tautan-tautan Akses

Yaman Berjuang Tanggulangi Wabah Kolera, Saat ini Terbesar di Dunia


Kaum wanita mendapat perawatan atas dugaan infeksi kolera di sebuah rumah sakit di Sanaa, Yaman, hari Senin, 15 Mei 2017 (foto: AP Photo/Hani Mohammed)
Kaum wanita mendapat perawatan atas dugaan infeksi kolera di sebuah rumah sakit di Sanaa, Yaman, hari Senin, 15 Mei 2017 (foto: AP Photo/Hani Mohammed)

Wabah kolera di Yaman telah menyebar hampir ke setiap sudut di negara yang dilanda perang tersebut dimana jumlan penderita mencapai 170.000 orang dimana 1.170 orang telah mati karenanya.

WHO melaporkan wabah kolera di Yaman telah menyebar hampir ke setiap sudut di negara yang dilanda perang tersebut. Kasus-kasus terduga kolera dan diarea cair akut sekarang mencapai 170.000 orang, dimana 1.170 orang di antaranya telah mati karenanya.

WHO melaporkan kolera tela menyebar di 20 dari 23 provinsi di Yaman dalam jangka waktu dua bulan. Tarik Jasarevia mengatakan lembaga-lembaga bantuan meningkatkan operasi mereka dan menyempurnakan kemampuan mereka untuk merespon.

Ia mengatakan tidak mungkin untuk menjangkau seluruh negara di setiap waktu, jadi para pekerja WHO dan UNICEF dikerahkan ke kawasan-kawasan rawan – daerah yang paling terdampak – untuk korban-korban wabah kolera yang paling berisiko.

Ia menyebut situasi yang dihadapi sangat menantang.

“Apabila anda amati angka-angkanya, kita sedang berbicara jumlah kasus yang mendekati 2.000 kasus terduga kolera setiap hari. Kolera telah menjadi endemi di Yaman. Saat ini wabah kolera yang timbul merupakan yang terbesar di dunia,” ujar Jasarevic.

Kolera dapat dengan mudah diatasi dengan segera mengganti cairan yang hilang. Namun pasien dapat mengalami kematian dalam hitungan jam apabila tidak mendapat perawatan semestinya. Jasarevic mengatakan kolera ditularkan lewat air yang terkontaminasi sehingga penting sekali untuk mendistribusikan pasokan air bersih.

“Sulit sekali menghadapi situasi dimana sebuah negara mengalami keruntuhan sistem kesehatan. Benar-benar tidak ada dana di anggaran dan fasilitas kesehatan tidak memiliki cukup dana untuk menjalankan operasi mereka dari hari ke hari. Selain itu juga ada permasalahan pengumpulan sampah yang tentunya akan mempengaruhi kualitas air dan akses ke air bersih,” ujarnya.

Jasarevic mengatakan WHO dan UNICEF menyediakan tablet pemurni air dan melakukan klorinasi air dalam upaya untuk meminimalisir kontaminasi sumber-sumber air. Ia mengatakan kedua lembaga juga menyalurkan dana kepada para pekerja kesehatan sebagai insentif dalam merawat pasien penderita kolera. Ia mencatat para pekerja belum menerima gaji selama enam bulan. [ww]

XS
SM
MD
LG