Tautan-tautan Akses

WWF Desak Asia Tenggara Larang Perdagangan Satwa Liar yang Tak Diregulasi


Seorang penjual menawarkan tikus panggang kepada para pembeli di sebuah pasar di Tomohon, Sulawesi Utara, 18 Februari 2017. (Foto: AFP)
Seorang penjual menawarkan tikus panggang kepada para pembeli di sebuah pasar di Tomohon, Sulawesi Utara, 18 Februari 2017. (Foto: AFP)

Epidemi virus corona memicu China untuk melarang perdagangan satwa liar yang tak diregulasi dan konsumsi binatang liar. Kini Dana Dunia untuk Alam (World Wildlife Fund/WWF) menyerukan Asia Tenggara -- pusat utama penyelundupan satwa liar dan sumber barang selundupan bagi pelanggan China -- untuk mengikuti langkah China.

Kelompok lingkungan itu memuji larangan Beijing, tetapi mengatakan hal itu tidak cukup. Meskipun penyebab pasti merebaknya virus corona masih belum diketahui, para pejabat meyakini itu mungkin terkait dengan cara manusia menangani daging hewan liar mentah.

"Negara-negara Asia Tenggara harus memetik pelajaran dari contoh China dan melarang penjualan daging liar demi kesehatan rakyat mereka dan untuk mencegah kerugian pada ekonomi mereka, yang kini terjadi akibat COVID-19," kata A. Christy Williams, direktur regional Asia-Pasifik WWF.

"Ini artinya mereka harus mencegah perdagangan masuk ke wilayah mereka."

Dia merujuk pada masa lalu, larangan serupa di China terhadap produk lain, seperti gading, memicu para penyelundup memindahkan perdagangan ke Asia Tenggara. Dengan kata lain, larangan China atas daging satwa liar bisa memindahkan perdagangan ke negara tetangga. Itu sebabnya WWF Asia Pasifik mendesak negara-negara lain untuk ikut melarangnya.

WWF juga menganjurkan pemerintah-pemerintah meningkatkan inspeksi pasar dan meningkatkan pemahaman masyarakat untuk menyetop penjualan dan konsumsi produk-produk satwa liar. [vm/ft]

XS
SM
MD
LG