Tautan-tautan Akses

Wuhan Bagai Kota Mati, Pelajar Indonesia Mohon Dievakuasi


Sebuah jalan utama di Kota Wuhan, tampak sepi karena banyak orang memilih tinggal di rumah dan menghindari bepergian karena wabah corono virus yang merebak di kota di Provinsi Hubei, China, Rabu, 29 Januari 2020. (Foto: AFP)
Sebuah jalan utama di Kota Wuhan, tampak sepi karena banyak orang memilih tinggal di rumah dan menghindari bepergian karena wabah corono virus yang merebak di kota di Provinsi Hubei, China, Rabu, 29 Januari 2020. (Foto: AFP)

Sedikitnya tiga mahasiswa Indonesia di Wuhan, kota di bagian tengah China yang sedang dilanda wabah virus corona, memohon kepada pemerintah untuk segera dievakuasi.

Dalam pesan video yang dikirim ke VOA beberapa saat lalu, tiga mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Central China Normal University, di Wuhan, mengatakan mereka semakin khawatir melihat penyebaran virus corona secara masif dan melonjaknya jumlah korban tewas.

“Wuhan bagai kota mati. Sejak pagi kami melihat ambulans mondar-mandir membawa pasien,” ujar Yuliannova kepada VOA, Rabu (29/1/2020) pagi. Ia merekam situasi terkini di kota Wuhan dari salah satu jendela kamar asramanya.

Tiga mahasiswa Indonesia di Wuhan memohon kepada pemerintah untuk segera memulangkan mereka karena kondisi yang semakin tidak menentu. (Foto: Yuliannova Lestari Chaniago/dokumen pribadi)
Tiga mahasiswa Indonesia di Wuhan memohon kepada pemerintah untuk segera memulangkan mereka karena kondisi yang semakin tidak menentu. (Foto: Yuliannova Lestari Chaniago/dokumen pribadi)

Yuliannova Lestari Chaniago, Patmawaty Taibe dan Gerard Ertandy, yang sudah dua minggu hanya berada di dalam asrama mahasiswa karena kampus diliburkan, memohon kepada pemerintah Indonesia untuk segera memulangkan mereka ke tanah air.

“Bapak Presiden, Ibu Menlu, Bapak Dubes, kami mahasiswa Central University.. saya Yuli, Eva dan Gerald, meminta agar dapat segera dievakuasi dari kota Wuhan karena kota ini sudah tidak sehat untuk kami," ujar Yuli, mahasiswi Hubungan Internasional yang berusia 26 tahun.

"Kita semua tahu ada banyak orang Indonesia disini dan tidak mudah mengeluarkan orang Indonesia dari Wuhan. Tetapi kami mohon pemerintah Indonesia hadir, melakukan diskusi yang intensif dengan pemerintah China supaya kami dapat dipulangkan," tambahnya.

Hal senada disampaikan Eva, nama panggilan Patmawaty Taibe, mahasiswa Psikologi berusia 36 tahun, dan Gerard Ertandy, mahasiswa Hubungan Internasional berusia 24 tahun.

“Kami tahu dan paham benar bahwa proses evakuasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi kami percaya, segala proses sudah dilalui pemerintah Indonesia untuk memulangkan kami ke tanah air. Kami menunggu kabar baik dari pemerintah Indonesia,” ujar Eva.

Wuhan Bagai Kota Mati, Mahasiswa Indonesia Mohon Dievakuasi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:54 0:00

Sementara Gerard yang berbicara dengan lirih mengatakan sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa karena yang diinginkannya saat ini hanya segera kembali ke tanah air.

“Kami jujur tidak tahu harus bilang apa lagi, tapi kami sangat ingin segera dapat dievakuasi dan kembali ke tanah air Indonesia,” ujarnya.

Korban Virus Corona Melonjak Jadi 132 Orang

Hingga laporan ini disampaikan jumlah korban meninggal akibat virus corona ini sudah mencapai 132 orang, sementara hampir 6.000 lainnya dinyatakan positif tertular.

Ada 102 warga negara Indonesia di kota pelajar ini, sebagian besar adalah mahasiswa.

Tiga mahasiswa Indonesia di Wuhan memohon kepada pemerintah untuk segera memulangkan mereka karena kondisi yang semakin tidak menentu.(Foto: Yuliannova Lestari Chaniago)
Tiga mahasiswa Indonesia di Wuhan memohon kepada pemerintah untuk segera memulangkan mereka karena kondisi yang semakin tidak menentu.(Foto: Yuliannova Lestari Chaniago)

Yuli mengakui sudah mendapatkan bantuan dana dari KBRI di Beijing untuk mencukupi kebutuhan mereka selama satu minggu ke depan, tetapi belum dapat memanfaatkannya untuk membeli kebutuhan sembako dan obat-obatan karena seluruh toko, apotik dan fasilitas umum tutup.

“Ada masker dari kampus untuk bertahan, tapi terlalu tipis. Bukan masker yang disarankan untuk virus itu. Makanya kami pakai dobel. Teman-teman sekarang juga mulai susah cari obat karena apotik banyak yang tutup," ujar Yuli.

Selain itu, kata Yuli, masker juga sudah habis terjual, sedangkan karena dalam status isolasi atau lockdown, tidak ada yang masuk dan keluar Wuhan.

"Tidak tahu sampai kapan akan dicabut status lockdown-nya,” keluh Yuli. Ditambahkannya, yang paling dibutuhkan saat ini adalah makanan, minuman, obat-obatan dan masker.

“Kami memahami karena sedang lockdown, susah masuk pasokan. Jadi bingung bagaimana kami dapat bertahan dan melakukan pencegahan agar tidak tertular, sementara kami ada di sarangnya virus, tanpa makanan, minuman dan obat-obatan yang cukup,” kata Yuli.

Pemandangan di luar sebuah pusat perbelanjaan di Wuhan, Provinsi Hubei, 25 Januari 2020. (Foto: Jovis dan Marissa via Reuters)
Pemandangan di luar sebuah pusat perbelanjaan di Wuhan, Provinsi Hubei, 25 Januari 2020. (Foto: Jovis dan Marissa via Reuters)

Ketiga Mahasiswa Sampaikan Pesan untuk Keluarga

Ketiga mahasiswa ini dengan terbata-bata juga menyampaikan pesan bagi keluarga mereka.

“Untuk bapak, ibu, jangan terlalu khawatir. Aku di sini sehat. Teman-teman juga masih sehat. Kami bertahan dulu hingga pemerintah menjemput kami. Kami.... kami.... Jangan khawatir ya... Kami aman meskipun berada di tempat yang tidak aman dan tidak sehat. Kami sudah memohon agar pemerintah mengevakuasi kami sesegera mungkin,” ujar Yuli dengan suara parau.

Amerika dan Jepang sudah menjemput warga negara mereka dari Wuhan Rabu (29/1/2020) pagi. Sementara Perancis, Korea Selatan dan beberapa negara lain masih berdialog dengan pemerintah China untuk mengevakuasi warganya.

TNI Angkatan Udara kepada wartawan di Jakarta mengatakan telah menyiagakan tiga pesawat untuk membantu evakuasi warga Indonesia di Wuhan, China. Namun, mereka masih menunggu keputusan dari Kementerian Luar Negeri. [em/ft]

XS
SM
MD
LG