Tautan-tautan Akses

WHO: Tidak Ingin Menyalahkan Ketika Menyelidiki Asal-usul Covid-19


Pakar dari China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenakan masker saat mengunjungi Rumah Sakit Wuhan Tongji, pusat wabah virus corona di Hubei, China, 23 Februari 2020. (Foto: China Daily via Reuters)
Pakar dari China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenakan masker saat mengunjungi Rumah Sakit Wuhan Tongji, pusat wabah virus corona di Hubei, China, 23 Februari 2020. (Foto: China Daily via Reuters)

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyampaikan upaya penyelidikan asal-usul virus corona bukanlah untuk "menyalahkan seseorang." Pernyataan itu muncul sementara badan dunia itu mengirimkan sebuah tim ahli internasional ke China minggu ini.

Kepala WHO untuk keadaan darurat Mike Ryan dalam sebuah jumpa pers di Jenewa, Senin (11/1), mengemukakan “Di sini kami mencari jawaban yang dapat menyelamatkan kita semua di masa mendatang. Bukan siapa pelakunya dan bukan mencari orang untuk disalahkan. "

Jika terjadi suatu kesalahan, Ryan menambahkan, “Kita bisa menyalahkan perubahan iklim. Kita dapat menyalahkan pengambilan keputusan yang dibuat 30 tahun lalu tentang segala hal mulai dari urbanisasi hingga cara kita mengeksploitasi hutan. "

Berbicara sebelumnya dalam sebuah pengarahan, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan tim yang berkunjug ke China akan berupaya untuk memahami sumber awal infeksi di Wuhan, pusat wabah virus corona.

Perancis melaporkan lonjakan infeksi dengan mengutip data yang baru dirilis pada Senin (11/1) tentang infeksi rata-rata bertambah lebih dari 18 ribu per hari, angka tertinggi dalam tujuh minggu. Menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, total infeksi kumulatif Covid-19 di Perancis mencapai 2,8 juta, tertinggi keenam di dunia.

Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson, Senin menyatakan aturan lock-down yang lebih ketat diperlukan jika infeksi terus meningkat. Johnson menghimbau masyarakat agar "semaksimal mungkin tetap waspada" dan mematuhi aturan pembatasan yang berlaku.

Pemerintah Inggris, Senin meluncurkan rencana ambisius vaksinasi virus corona dengan 15 juta warga yang diinokulasi pada pertengahan Februari 2021.

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Kesehatan berencana untuk mencapai 2.700 lokasi vaksinasi di seluruh negeri, dengan satu lokasi berjarak 16kilometer dari tiap warga di Inggris pada akhir Januari 2021.

Jumlah kematian akibat Covid-19 mengalami lonjakan di Inggris. Angka itu melebihi 82.000 - jumlah korban tertinggi kelima di dunia - sementara lebih dari 3 juta warga telah dites positif terinfeksi virus corona, menurut Universitas Johns Hopkins.

Kantor kepresidenan Portugal mengatakan, Senin (11/1), bahwa Presiden Marcelo Rebelo de Sousa dinyatakan positif terinfeksi virus corona, walau sejauh ini tidak menunjukkan gejala.

Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (CDC) menyatakan hampir 9 juta warga Amerika telah mendapat dosis pertama vaksinasi Covid-19 pada Senin (11/1)pagi. Jumlah itu kurang dari sepertiga dari total dosis yang didistribusikan ke negara bagian oleh pemerintah AS.

Di Afrika Selatan, Presiden Cyril Ramaphosa mengumumkan negaranya telah mendapatkan 20 juta dosis vaksin Covid-19, yang diharapkan akan didistribusikan terutama pada paruh pertama tahun ini.

Sejumlah pemberitaan melaporkan, Minggu (10/1), bahwa varian virus Covid-19 di Inggris yang dinilai sejumlah pakar lebih menular, telah ditemukan di Rusia.

Rusia, yang mencatat lebih dari 3 juta infeksi virus corona, telah menangguhkan penerbangan dari Inggris hingga 13 Januari 2021 dan memberlakukan isolasi dua minggu bagi mereka yang bepergian dari Inggris. [mg/pp]

XS
SM
MD
LG