Tautan-tautan Akses

WHO: Jumlah Pengguna Tembakau di Seluruh Dunia Menurun


Para pekerja sibuk melinting tembakau di area kerjanya masing-amsing yang hanya dibatasi oleh plastik sebagai bagian dari pencegahan COVID-19 di Pabrik Rokok Gudang Baru di Malang, Jaw Timu, pada 11 Juli 2020. (Photo by AFP/Aman Rochman)
Para pekerja sibuk melinting tembakau di area kerjanya masing-amsing yang hanya dibatasi oleh plastik sebagai bagian dari pencegahan COVID-19 di Pabrik Rokok Gudang Baru di Malang, Jaw Timu, pada 11 Juli 2020. (Photo by AFP/Aman Rochman)

Jumlah pengguna tembakau secara global pada tahun ini mengalami penurunan dibanding jumlah total pengguna yang tercatat pada 2015.

Laporan trend tembakau dunia yang dirilis Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (16/11), menunjukkan bahwa saat ini terdapat 1,30 miliar pengguna tembakau di seluruh dunia. Jumlah tersebut menurun dibandingkan data tahun 2015 yang mencatat 1,32 miliar pengguna. Jumlah ini diharapkan akan turun menjadi 1,27 miliar orang pada tahun 2025 mendatang.

WHO menyatakan bahwa sebanyak 60 negara saat ini sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pengurangan penggunaan tembakau secara sukarela hingga 30 persen pada periode 2010-2025. Laporan itu menunjukkan dua tahun lalu hanya terdapat 32 negara yang berada pada jalur tersebut.

Pencapaian ini berhasil diraih berkat adanya kebijakan pengendalian tembakau yang efektif dan komprehensif di bawah Konvensi Kerangka Kerja WHO tentang Pengendalian Tembakau (WHO FCTC) dan MPOWER dalam mengatasi epidemi tembakau.

“Sangat menggembirakan melihat lebih sedikit orang yang menggunakan tembakau setiap tahun, dan semakin banyak negara yang berada di jalur yang tepat untuk mencapai target global,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Ia menambahkan bahwa “perjalanan kita masih panjang dan perusahaan tembakau akan terus menggunakan setiap strategi yang mereka punya untuk mempertahankan profit besar yang mereka raih lewat menjajakan produk yang mematikan itu. Kami mendorong semua negara untuk memanfaatkan dengan lebih baik berbagai piranti yang tersedia untuk membantu agar orang berhenti merokok, dan menyelamatkan nyawa.”

Laporan itu juga mendesak negara-negara untuk mempercepat penerapan langkah-langkah yang disarankan dalam WHO FCTC guna semakin mengurangi jumlah orang yang berisiko jatuh sakit dan meninggal karena penyakit yang diakibatkan konsumsi tembakau.

“Jelas bahwa pengendalian tembakau terbukti efektif, dan kami memiliki kewajiban moral untuk bergerak agresif guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” ujar Dr. Ruediger Krech, Direktur Promosi Kesehatan WHO.

Seorang PKL memegang rokok saat melayani konsumen di Jakarta, 15 Maret 2017. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
Seorang PKL memegang rokok saat melayani konsumen di Jakarta, 15 Maret 2017. (Foto: REUTERS/Beawiharta)

“Kami melihat kemajuan besar di banyak negara ini merupakan hasil dari penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau yang sejalan dengan WHO FCTC, tetapi keberhasilan ini masih rentan. Kita masih perlu mendorong kebijakan ini ke depan,” tambahnya.

WHO Global Investment Case for Tobacco Cessation yang baru menunjukkan bahwa dengan menanamkan investasi sebesar 1,68 dolar per kapita setiap tahun dalam intervensi penghentian berbasis bukti, seperti pemberian saran-saran singkat, jalur telpon bebas pulsa nasional dan dukungan penghentian penggunaan tembakau lewat SMS, dapat membantu 152 juta pengguna tembakau benar-benar berhenti menggunakan tembakau pada tahun 2030.

Hal ini akan menyelamatkan jutaan nyawa dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang negara-negara yang bersangkutan.

Untuk memfasilitasi proses ini WHO telah membentuk konsorsium penghentian tembakau, yang akan menyatukan mitra-mitra untuk mendukung negara-negara meningkatkan penghentian tembakau.

Temuan utama dalam laporan WHO tentang trend prevalansi penggunaan tembakau pada tahun 2000-2025 menunjukkan bahwa pada 2000 terdapat 22,3 persen dari populasi global yang menggunakan tembakau. Dari jumlah itu 36,7 persen adalah laki-laki, sementara 7,8 persen adalah perempuan. [em/mg]

XS
SM
MD
LG