Tautan-tautan Akses

WHO: Dunia Catat Hampir 750 Ribu Kematian Akibat Covid-19


Petugas kesehatan menerima pasien baru yang diduga terinfeksi Covid-19 di Rumah Sakit Universitas Brasília, di Brasilia, Brasil, 5 Agustus 2020. (Foto: dok)>
Petugas kesehatan menerima pasien baru yang diduga terinfeksi Covid-19 di Rumah Sakit Universitas Brasília, di Brasilia, Brasil, 5 Agustus 2020. (Foto: dok)>

Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (10/8) mengatakan “ada kepedihan dan penderitaan luar biasa” di balik statistik mengenai pandemi virus corona, sementara dunia menuju 20 juta kasus terkonfirmasi dan 750 ribu kematian akibat virus itu pada pekan ini.

Berbicara pada keterangan pers di Jenewa, Tedros mengatakan bahwa meskipun sekarang adalah “momen sulit bagi dunia,” ada tanda-tanda harapan di negara manapun dan bahwa “tidak pernah ada kata terlambat” untuk mengubah kondisi wabah.

“Bahkan di negara-negara di mana penularannya tinggi, wabah dapat dikendalikan dengan menerapkan semua respons oleh pemerintah dan masyarakat,” kata Tedros. “Rantai penularan telah diputus oleh kombinasi pengidentifikasian kasus secara cepat, pelacakan kontak yang komprehensif, perawatan klinis bagi pasien secara memadai, menjaga jarak fisik, mengenakan masker, membersihkan tangan secara teratur, dan batuk yang menjauhi orang-orang lain.”

Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Foto: dok).
Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Foto: dok).

Ia menyebut contoh negara-negara seperti Perancis, Jerman, Korea Selatan, Spanyol, Italia, dan Inggris yang mengalami wabah besar-besaran awal tahun ini, “tetapi sewaktu mereka bertindak, mereka dapat menekannya.”

India pada hari Senin (10/8) melaporkan lebih dari 1.000 kematian baru akibat virus corona, yang terbanyak yang pernah dicatat negara itu dalam satu hari, sejak pandemi merebak.

Angka baru itu membuat India mencatat total 44.386 kematian, ketinggalan hanya dari AS, Brazil, Meksiko dan Inggris. Negara itu juga melaporkan kasus terkukuhkan baru yang jauh lebih banyak daripada negara manapun di dunia untuk enam hari berturut-turut, termasuk 62 ribu pada hari Senin (10/8).

Australia melaporkan 19 kematian baru, jumlah terbanyaknya dalam satu hari, sementara pusat wabah di negara itu, negara bagian Victoria, mulai mengalami penurunan jumlah kasus baru.

Komisi Kesehatan Nasional China, hari Senin (10/8) menyatakan ada 14 kasus penularan lokal, semuanya terjadi di kawasan Xinjiang, di bagian barat laut China, yang sekarang menjadi pusat wabah virus corona di negara itu. China juga memiliki 35 kasus impor dari para pengunjung yang tiba dari luar negeri.

Turis berjalan-jalan di Basilika Sacre Coeur, distrik Montmartre, Paris, Perancis, Senin, 10 Agustus 2020.
Turis berjalan-jalan di Basilika Sacre Coeur, distrik Montmartre, Paris, Perancis, Senin, 10 Agustus 2020.


Menanggapi peningkatan kasus, pihak berwenang di Paris memberlakukan perintah satu bulan mulai Senin (10/8) yang mewajibkan warga mengenakan masker di tempat-tempat terbuka yang populer seperti di sepanjang Sungai Seine.

Paris bergabung bersama kota-kota lainnya di Perancis yang memberlakukan perintah serupa, termasuk Toulouse, Lille dan Biarritz. Mereka yang kedapatan melanggar perintah di Paris terancam denda sekitar 160 dolar. Mereka yang kedapatan tiga kali melanggar dapat menghadapi hukuman penjara enam bulan.

Seorang siswa mengenakan masker di tangannya saat bertanya kepada gurunya di ruang kelas sebuah sekolah dasar Carl Orff di Berlin barat, 10 Agustus 2020. (Foto: dok).
Seorang siswa mengenakan masker di tangannya saat bertanya kepada gurunya di ruang kelas sebuah sekolah dasar Carl Orff di Berlin barat, 10 Agustus 2020. (Foto: dok).

Siswa di ibu kota Jerman kembali ke sekolah hari Senin, sementara para pemimpin berupaya mencari cara terbaik untuk membuat anak-anak dan staf sekolah aman dari virus corona.

“Ada prioritas yang saling bertentangan, di satu sisi melindungi kesehatan, yang sangat penting bagi kita, dan di sisi lain kami ingin memastikan hak-hak mendapat pendidikan bagi setiap anak,” kata Menteri Pendidikan Jerman Sandra Scheeres.

Ia mengatakan menjaga siswa dalam jarak 1,5 meter satu sama lain sewaktu berada di dalam sekolah kadang-kadang mustahil dilakukan.

Scheeres merekomendasikan agar sekolah membagi murid dalam kelompok-kelompok dan membuat mereka terpisah satu sama lain. Jika ada yang tesnya dinyatakan positif terjangkit virus corona, hanya yang bersangkutan dan klasternya yang akan dikarantina, bukan semua orang.

Pemerintah pusat akan mewajibkan siswa dan guru mengenai masker di lorong-lorong sekolah tetapi tidak akan mewajibkannya di dalam kelas atau di arena bermain.

Banyak negara lain yang juga berjuang keras menentukan bagaimana dan kapan akan membuka kembali sekolah.

Presiden Donald Trump telah mendesak semua sekolah di AS untuk membuka kembali kelas yang dihadiri murid-murid. Tetapi banyak negara bagian menyatakan mereka tidak siap dan berencana memulai tahun ajaran baru pada akhir bulan ini, dengan cara yang sama seperti tahun ajaran yang berakhir Juni lalu, yakni menggunakan kelas virtual. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG