Seperti di sebagian besar dunia, Afghanistan mengalami kerugian bisnis akibat pandemi corona, dengan sektor pertaniannya yang sangat terpukul.
Pertanian adalah industri terbesar Afghanistan yang memberi pekerjaan bagi ribuan petani dan keluarga mereka. Namun, Covid-19 telah mengubah semuanya.
Qais, salah satu petani mentimun mengatakan, “Tahun ini, karena masalah perbatasan, pupuk yang telah tersedia untuk kami nanti harganya bahkan lebih mahal. Masalah kedua karena ekspor kami menurun.”
Para petani di Provinsi Ghazni, Afghanistan timur, mengatakan penutupan perbatasan pada musim panas merugikan ekspor mereka.
Setiap tahun, sekitar lima hingga enam kereta mentimun diekspor setiap hari dari provinsi Ghazni. Namun, tahun ini ekspor dan harga mentimun turun akibat penyebaran virus corona.”
Petani lainnya, Karim mengatakan, “Tahun lalu lebih baik dan pendapatan kami lebih tinggi. Tetapi tahun ini gaji kami lebih rendah dan kami punya masalah karena penyebaran virus corona.”
Penjual hasil bumi di pasar lokal juga terdampak oleh pandemi.
Seorang penjual, Rahmat mengatakan, “Pembatasan virus corona berdampak negatif pada kami. Hasil panen menjadi lebih murah dan tidak diekspor."
Departemen Pertanian Provinsi Ghazni mengatakan, di bawah Program Bantuan bagi petani, pemerintah mengambil untuk mengawetkan hasil pertanian yang tidak terjual ke unit penyimpanan yang berpendingin, agar petani dan penjual produk lokal tidak mengalami kerugian. [ps/pp]