Tautan-tautan Akses

UEA Akan Bangun Kompleks Ibadah Lengkap di Abu Dhabi


Pemandangan menara jalan raya Shaikh Zayed terlihat dari dek langit gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab, Sabtu, 29 September 2018. (Foto: AP/Aijaz Rahi)
Pemandangan menara jalan raya Shaikh Zayed terlihat dari dek langit gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab, Sabtu, 29 September 2018. (Foto: AP/Aijaz Rahi)

Uni Emirat Arab baru-baru ini mengungkap visinya mengenai keharmonisan beragama. Negara federasi tujuh emirat yang kaya raya ini akan membangun kompleks ibadah yang terdiri dari masjid, gereja dan sinagoga di ibukota negara itu, Abu Dhabi. Disebut Abrahamic Family House, kompleks itu tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah namun juga berbagai kegiatan yang menekankan pada dialog antar agama.

Prakarsa membangun Abrahamic Family House ini lahir saat kunjungan Paus Fransiskus Februari lalu ke Uni Emirat Arab. Beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan September, bersama Imam Besar al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb, ia membuat deklarasi bersama yang mendorong persaudaraan antar umat manusia. Salah satu wujud deklarasi itu adalah membuat kompleks rumah ibadah Abrahamic Family House.

Kompleks yang luar biasa luas itu akan berdiri di pulau Saadiyat. Karena ukurannya yang raksasa dan desainnya yang fenomenal, kelak kompleks itu menjadi atraksi tersendiri bagi Abu Dhabi.

Direncanakan tuntas dibangun pada 2022, kompleks itu dirancang oleh arsitek kelas dunia Sir David Adjaye. Adjaye yang kelahiran Tanzania dikenal publik AS sebagai orang yang mendesain Museum Nasional Sejarah dan Budaya Masyarakat Amerika Keturunan Afrika yang baru selesai dibangun di Washington DC.

Muslim Indonesia tiba di masjid Istiqlal yang terletak di seberang Katedral Jakarta, terlihat di latar belakang sebagian umat Kristen dan Muslim berada di rumah ibadah mereka masing-masing pada 29 Maret. (Foto: AFP)
Muslim Indonesia tiba di masjid Istiqlal yang terletak di seberang Katedral Jakarta, terlihat di latar belakang sebagian umat Kristen dan Muslim berada di rumah ibadah mereka masing-masing pada 29 Maret. (Foto: AFP)

Komisi Tinggi Persaudaraan Manusia membantah kalau kompleks itu kelak hanya akan menjadi atraksi turis atau museum. Menurut komisi itu, kompleks itu akan menjadi tempat ibadah rakyat Uni Emirat Arab yang sangat beragam. Sebagaimana diketahui, negara itu menjadi pusat destinasi bagi jutaan pekerja asing, dan agama mereka sangat beragam.

Komisi itu mencatat, Muslim merupakan kelompok terbesar di negara itu, namun ada ratusan ribu warga Kristiani - umumnya Katolik - dan lebih dari 3000 orang Yahudi. Rencana besar Uni Emirat Arab ini dilahirkan bersamaan dengan pengakuan bahwa tahun 2019 sebagai tahun toleransi beragama.

Banyak orang menyambut rencana pendirian kompleks ibadah ini, termasuk Chris Wadelton dari Gereja Katolik St Phillip Neri di Maryland.

“Saya kira dalam lingkungan kita hidup sekarang ini, di mana kekerasan semakin menjadi-jadi, terutama kekerasan terkait agama, di berbagai penjuru dunia seperti di Srilanka Selandia Baru, Timur Tengah, gagasan ini sungguh menyegarkan. Kerukunan antar agama penting untuk menjaga keharmonisan dunia, kata Wadelton.

Namun tak sedikit yang menentang, Paus Fransiskus mendapat kritikan tajam dari penganut Katolik tradisionalis. Mereka menuduhnya mendukung sinkretisme atau menyatukan berbagai agama dan kepercayaan. Namun delegasi Vatikan yang mengiringi kunjungan Paus ke Uni Emirat Arab membantahnya. Ia mengatakan, setiap agama memegang identitasnya masing-masing di kompleks itu.

Dalam pidatonya usai menandantangani deklarasi bersama, Paus menekankan pentingnya kerukunan beragama.

“Persaudaraan antara manusia dari semua bangsa dan kebudayaan, persaudaraan antara orang-orang yang punya perbedaan pendapat namun bisa menghormati dan mendengar pandangan orang lain, dan juga persaudaraan antara orang-orang yang berlainan agama, sangatlah penting. Perbedaan yang ada antara kita bukanlah sesuatu yang mencegah kita melakukan kebaikan ataupun sesuatu yang membahayakan, tapi sumber kekayaan," kata Paus.

Paus Francis menghadiri Eparchy Mukachevo dari ritus Bizantium di Basilika Santo Petrus sebelum dimulainya Audiensi Umum hari Rabu di Vatikan, pada tanggal 11 Oktober 2019. (Foto: AFP / Filippo Monteforte)
Paus Francis menghadiri Eparchy Mukachevo dari ritus Bizantium di Basilika Santo Petrus sebelum dimulainya Audiensi Umum hari Rabu di Vatikan, pada tanggal 11 Oktober 2019. (Foto: AFP / Filippo Monteforte)

Terlepas dari pro dan kontra, Uni Emirat Arab merupakan negara yang saat ini memiliki berbagai kemegahan yang merupakan hasil hasil karya manusia. Satu di antaranya adalah Masjid Agung Sheikh Zayed. Bangunan warna putih ini memiliki 82 kubah dengan empat menara yang menjulang setinggi 100 meter.

Masjid Agung ini dapat menampung sebanyak 41 ribu jamaah, dan hanya dipergunakan saat hari besar keagamaan Idul fitri, Idul Adha, dan salat Jumat.

Masjid yang terletak di Abu Dhabi ini menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Saat berkunjung ke masjid ini, pengunjung diharuskan memakai pakaian tertutup dan sopan. Pihak pengelola pun menyediakan baju gamis khas Arab, yaitu Abaya untuk perempuan, sementara laki-laki tidak diperkenankan menggunakan celana pendek.

Saking banyaknya pengunjung, tak heran ketika masuk ke dalam masjid, pengunjung harus melewati keamanan berlapis. Yang menarik, usai melewati pintu keamanan, pengunjung akan disuguhkan sebuah mal sebelum menyeberang ke dalam masjid.

Bangunan utama masjid ini dilapisi oleh karpet yang dibuat oleh ratusan seniman wanita selama dua tahun. Ini menjadi karpet terbesar di dunia. Pola yang ada di dalam karpet pun mempunyai arti tersendiri, yakni agar para jamaah dapat membuat garis lurus ketika mereka akan melakukan salat.

Tak hanya itu, masjid ini memiliki sistem pencahayaan bulan (lunar lighting system). Sistem ini didesain mengikuti pergerakan bulan, yang pancaran cahayanya memiliki keindahan tersendiri.

Karena begitu besarnya, para desainer membutuhkan sistem manajemen gedung yang cerdas untuk memantau dan mengontrol kualitas udara demi menekan biaya.

Uni Emirat Arab juga terkenal dengan menara tertinggi di dunia yang disebut Burj Kahalifa-nya. Dengan ketinggian 868 meter, Burj Khalifa bisa dikatakan dua kali lebih tinggi dari gedung Empire State di kota New York dan tiga kali lebih tinggi dari Menara Eiffel di Paris.

Burj Khalifa juga telah memecahkan beberapa rekor dunia lainnya, termasuk bangunan berstruktur tanpa penyangga tertinggi di dunia, lantai tertinggi yang dihuni manusia di dunia, dek observasi outdoor tertinggi di dunia, dan lift berjarak terjauh di dunia. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG