Tautan-tautan Akses

Trump Tak Pernah Diberitahu Intelijen bahwa Rusia Tawarkan Hadiah untuk Bunuh Tentara AS


Dua tentara AS melakukan patroli di bandara Bagram, utara Kabul, Afghanistan (foto: ilustrasi).
Dua tentara AS melakukan patroli di bandara Bagram, utara Kabul, Afghanistan (foto: ilustrasi).

Presiden Donald Trump, Minggu (28/6) menyatakan tidak pernah diberitahu tentang laporan bahwa unit intelijen militer Rusia secara rahasia menawarkan hadiah kepada militan Taliban di Afghanistan untuk membunuh tentara Amerika.

Presiden AS itu, Minggu (28/6) menyatakan tidak pernah diberitahu tentang laporan yang menyatakan intelijen militer Rusia diam-diam menawarkan hadiah itu kepada militan Taliban di Afghanistan untuk membunuh pasukan AS.

Trump mengejek laporan New York Times bahwa para pejabat intelijen AS beberapa bulan lalu telah menyimpulkan unit intelijen rahasia Rusia yang terkait dengan beberapa upaya pembunuhan dan operasi rahasia di Eropa untuk mengacaukan Barat. Intelijen Rusia telah melaksanakan misi tersebut di Afghanistan tahun lalu dan bahwa Trump sudah diberitahu mengenai hal itu pada akhir Maret 2020.

Mantan Wakil Presiden Joe Biden bereaksi terhadap laporan itu dengan menyerang Trump karena gagal mengambil tindakan.

Biden mengatakan suatu hal yang sangat mengejutkan - jika benar - bahwa Trump "telah mengetahui hal ini selama berbulan-bulan" dan melakukan hal yang "lebih buruk daripada tidak bertindak sama sekali."

“Kalau laporan New York Times itu betul, pengungkapan ini sangat mengejutkan. Presiden Trump, sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Amerika di medan perang yang berbahaya, menurut New YorkTimes, telah mengetahui hal ini berbulan-bulan, tapi ia tidak melakukan apapun. Tidak hanya ia gagal mengenakan sanksi apapun atas Russia karena pelanggaran hukum internasional ini, Trump terus menjalankan kampanye-nya yang memalukan dengan merendahakn diri dan bersikap sangat hormat pada Vladimir Putin,” sindir Biden.

Sementara itu, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengemukakan, “Rusia masih merasa terhina karena kekalahnnya dulu di Afghanistan, dan kini mereka ingin membalasnya pada tentara kita. Ini keterlaluan. Kalau presiden sudah mendengar kabar ini, pastilah ia ingin mengetahui lebih banyak, tapi ia membantah tidak mengetahui apapun, walaupun ini sudah menjadi fakta. Kami akan mencari tahu apakah presiden sudah mendapat briefing harian rutin tentang hal ini.”

Harian New York Times melaporkan para pejabat intelijen AS beberapa bulan yang lalu menyimpulkan intelijen militer Rusia menawarkan hadiah itu kepada militan yang terkait dengan Taliban.

Dengan mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan identitasnya, surat kabar itu menjelaskan masalah tersebut dan melaporkan GRU, unit intelijen rahasia militer Rusia berkaitan dengan beberapa upaya pembunuhan di Eropa dan kegiatan lainnya, menawarkan hadiah untuk serangan yang berhasil tahun lalu.

Seorang juru bicara Taliban menyatakan pada 27 Juni lalu bahwa kelompok itu "sangat menolak" tuduhan tersebut. Ia menegaskan Taliban "tidak berhutang budi kepada kebaikan badan intelijen atau negara asing dan Taliban tidak membutuhkan siapa pun dalam menentukan sasarannya."

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS di Pentagon, dan CIA menolak mengomentari tuduhan yang kemudian juga dilaporkan oleh surat kabar Washington Post.

Kementerian Luar Negeri Rusia menolak laporan tersebut.

Times mengklaim intelijen tersebut sebagian didasarkan pada hasil interogasi terhadap para militan dan penjahat Afghanistan yang ditangkap.

Sejumlah tuduhan itu muncul ketika Amerika Serikat berupaya untuk mempercepat proses perdamaian baru di Afghanistan setelah menandatangani kesepakatan dengan Taliban bulan Februari lalu sehingga pasukan AS dapat meninggalkan negara itu tahun depan. [mg/ii]

XS
SM
MD
LG