Tautan-tautan Akses

Trump: Putin Lebih Merupakan Pemimpin Ketimbang Obama


Donald Trump (kiri) memuji kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin (foto: ilustrasi).
Donald Trump (kiri) memuji kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin (foto: ilustrasi).

Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump hari Rabu (7/9) memuji kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kandidat presiden Partai Republik, Donald Trump memuji Presiden Rusia Vladimir Putin hari Rabu (7/9), dengan mengatakan bahwa Putin lebih merupakan pemimpin dibanding Presiden AS Barack Obama.

Pada sebuah acara di televisi yang berjudul “Commander In Chief Forum” di stasiun NBC, di mana ia diwawacara secara terpisah dari kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton, Trump mengatakan, ia yakin sebagai presiden ia akan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Putin. Trump juga mengatakan, Rusia dan AS memiliki kepentingan yang sama dalam mengalahkan ISIS.

Ia lebih lanjut mengecam tindakan militer AS di Irak di bawah Obama, dengan mengatakan para jenderalnya tidak meraih keberhasilan.

Milyader pengusaha itu menegaskan kembali keyakinannya bahwa AS, ketika itu, seharusnya menyita minyak dari Irak. “Kalau kita mengambil alih minyak, tidak akan ada ISIS. ISIS terbentuk karena kekuasaan dan kekayaan minyak,” kata Trump.

Sebagai kandidat sebuah partai besar, Trump telah menerima pengarahan intelijen rahasia untuk memastikan bahwa pemimpin mendatang siap menghadapi berbagai isu segera setelah Obama meninggalkan jabatannya Januari mendatang.

Ketika ditanya apakah ia terkejut dengan segala sesuatu yang ia dengar, Trump mengatakan bahwa Obama, Clinton dan Menteri Luar Negeri John Kerry melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang direkomendasikan para pakar intelijen.

"Saya sangat pandai membaca bahasa tubuh. Saya bisa katakan, mereka tidak senang dengan para pemimpin kita karena tidak mengikuti apa yang mereka rekomendasikan,” kata Trump.

Trump juga membanggakan kemampuannya dalam mengambil keputusan, dan mengatakan bahwa ia sepenuhnya menentang perang di Irak.

Clinton, yang mendukung perang itu, mengatakan, keputusannya itu merupakan kekeliruan dan bahwa penting untuk belajar dari kesalahan. Ia mempersoalkan pernyataan Trump yang mengatakan bahwa ia menentang invasi tahun 2003 itu. Clinton mengatakan, Trump mendukung perang di Irak sebelum, ketika dan setelah terjadi.

Clinton mengatakan bahwa ia mengakui kekeliruannya, sementara Trump menghindarinya. [ab/lt]

XS
SM
MD
LG