Tautan-tautan Akses

Trump Retweet Video Anti-Muslim yang Provokatif


Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, Washington DC, Rabu (29/11).
Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, Washington DC, Rabu (29/11).

Presiden Donald Trump telah mencuit-ulang (retweet) tiga video anti-Muslim yang provokatif, yang sebelumnya dipasang di Twitter oleh seorang politisi sayap kanan Inggris. Cuitan-ulang ini segera memicu kecaman keras, penolakan kedatangan Trump ke Inggris dan kekhawatiran akan terjadinya serangan balasan terhadap warga Muslim-Amerika.

Hingga laporan ini disampaikan belum bisa diverifikasi keaslian atau asal usul ketiga video, yang pertama kali dipasang di Twitter oleh Wakil Ketua “Britain First” yang anti-imigran.

Ketiga pesan di-retweet Presiden Trump Rabu pagi (29/11) di tengah berbagai subyek lain yang juga menjadi perhatian presiden dan dikomentarinya lewat Twitter; mulai dari isu Korea Utara, ekonomi, dan pemecatan seorang wartawan terkemuka karena tindakan seksual yang tidak senonoh.

Gedung Putih: Pemasangan Pesan Itu untuk Angkat Masalah Keamanan

Ketika ditanya seorang wartawan bagaimana jika video-video itu bohong atau bukan video asli, juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengatakan maksud pemasangan pesan oleh Trump itu adalah untuk mengangkat isu keprihatinan pada keamanan.

“Ancaman itu nyata dan yang presiden sampaikan adalah tentang perlunya keamanan nasional, perlunya anggaran untuk militer, dan itu semua hal-hal yang nyata; tidak ada yang bohong tentang itu,” ujar Sanders. Ditambahkannya, “penting untuk bicara tentang ancaman keamanan nasional.”

Video-video itu dilengkapi tulisan : (1) “VIDEO: Massa Islamis mendorong seorang remaja laki-laki dari atap dan memukulinya hingga mati; (2) “VIDEO: Muslim menghancurkan patung Bunda Maria!”; (3) “VIDEO: Muslim pukuli remaja Belanda yang menggunakan tongkat bantu untuk berjalan.” Video ketiga telah dibantah oleh kantor-kantor berita Belanda, yang melaporkan bahwa penyerang dalam video itu bukan seorang Muslim atau seorang migran

Jayda Fransen yang memiliki lebih 60 ribu pengikut di Twitter telah menanggapi retweet Presiden Trump dengan mengucapkan terima kasih, dan mencatat bahwa Trump memiliki 44 juta pengikut, yang secara dramatis akan meningkatkan jangkauan video yang dipasangnya. “Tuhan memberkati Anda Trump! Tuhan memberkati Amerika,” cuit Fransen.

Retweet Trump Dikecam Dunia

Keputusan Trump mempublikasikan video-video itu memicu kecaman keras dari berbagai negara, termasuk pendukung dan lawannya.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengkritisi Trump dengan mengatakan ia telah “salah” menyebarkan “narasi kebencian” yang “berdasarkan kebohongan dan memicu ketegangan.” Dalam pernyataan tertulis yang dibacakan seorang juru bicara, May menyebut Partai “Britain First” sebagai “antitesa nilai-nilai negara kami.”

Di Capitol Hill Washington DC, sejumlah senator dari faksi Republik dan Demokrat yang selama ini memiliki pandangan berbeda mengatakan keputusan mencuit-ulang video itu tidak tepat.

“Salah. Tidak tepat. Sangat merendahkan,” ujar senator faksi Republik Jeff Flake dari negara bagian Arizona.

Sementara Senator faksi Demokrat Bob Casey dari negara bagian Pennsylvania mengatakan Trump “harus memikirkan dengan seksama dampak retweet semacam itu.”

Senator-senator itu sepakat bahwa me-retweet materi yang provokatif bisa mendatangkan bahaya bagi warga Muslim di Amerika.

“Ada potensi substansial akan terjadinya hal itu, dan ini memprihatinkan. Ketika Presiden menggunakan Twitter untuk bicara tentang kebijakan luar negeri atau keamanan, isu-isu yang begitu rumit dan sangat sensitif, kebijakan Amerika yang tidak tepat dilakukan lewat sebuah cuitan,” ujar mereka.

Nihad Awad, Direktur Eksektuif Dewan Hubungan Islam-Amerika atau CAIR. CAIR mengutuk apa yang disebutnya sebagai “hasutan Trump untuk melakukan kekerasan terhadap warga Muslim-Amerika”
Nihad Awad, Direktur Eksektuif Dewan Hubungan Islam-Amerika atau CAIR. CAIR mengutuk apa yang disebutnya sebagai “hasutan Trump untuk melakukan kekerasan terhadap warga Muslim-Amerika”

Sementara, organisasi-organisasi Muslim di Amerika juga menyampaikan keprihatinan serupa. Dewan Hubungan Islam-Amerika atau CAIR mengutuk apa yang disebutnya sebagai “hasutan Trump untuk melakukan kekerasan terhadap warga Muslim-Amerika.”

Dalam pernyataan yang dikirim ke VOA, direktur eksekutif kelompok aktivis Muslim itu, Nihad Awad, mendorong seluruh pemimpin agama dan politik di Amerika untuk mengutuk tindakan presiden.

“Dengan tindakannya yang tidak bertanggungjawab itu, Presiden Trump jelas mengatakan kepada pendukungnya bahwa mereka harus membenci Islam dan umat Muslim,” tulis pernyataan itu. [em/hj]

XS
SM
MD
LG