Pihak berwenang Metropolitan Tokyo, Jumat (10/4), meminta sejumlah bisnis untuk tutup, sementara pemerintah kota Kyoto memperingatkan para turis untuk menjauh dalam usaha memerangi wabah virus corona yang merebak cepat.
Langkah-langkah yang digagaskan Tokyo dan Kyoto, menurut sejumlah pengamat, mengisyaratkan bahwa pemerintah setempat mengangap kebijakan yang diberlakukan pemerintah pusat sedikit terlambat dan tidak memadai.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan, ia menargetkan sejumlah bisnis menutup operasi mereka mulai Sabtu hingga 6 Mei, setelah sebelumnya terlibat pertikaian dengan tim PM Shinzo Abe menyangkut skala penutupan bisnis.
Koike sebelumnya menginginkan agar kebijakan itu diambil segera namun Abe menolaknya karena langkah-langkah pembatasan aktivitas akan menimbulkan lebih banyak tekanan pada ekonomi yang hampir terjerumus ke dalam resesi.
“Ini memang akan menyulitkan warga, tapi jika kita bertindak cepat, penderitaan ini tidak akan bertahan lama dan wabah bisa dengan segera dikendalikan,” kata Koike, pada pertemuan satgas penanggulangan COVID-19, Jumat (10/4).
Bisnis-bisnis, seperti kedai judi dan kafe internet, diminta untuk tutup sementara restoran diminta memperpendek jam operasi. Pusat-pusat perbelanjaan, termasuk toko-toko perabotan rumah tangga, dan salon-salon rambut diperbolehkan tetap buka sesuai permintaan pemerintah pusat.
Kecemasan juga melanda pemerintah kota Kyoto. Wali kota Kyoto dalam sebuah konferensi pers, Jumat, mengatakan, "Saya menyerukan kepada orang-orang yang mencintai Kyoto dan turis-turis dari berbagai penjuru dunia untuk tidak mengunjungi Kyoto hingga krisis ini berakhir, demi melindungi diri Anda dan keluarga Anda.” [ab/uh]
