Tautan-tautan Akses

Tiga Faktor Penyebab Tsunami Mematikan di Palu


Gambar dari udara kawasan Kota Palu yang luluh lantak diguncang gempa, 1 Oktober 2018. (Foto: Antara via Reuters)
Gambar dari udara kawasan Kota Palu yang luluh lantak diguncang gempa, 1 Oktober 2018. (Foto: Antara via Reuters)

Para ilmuwan mengatakan bahwa tsunami yang menghancurkan Palu lebih besar dibandingkan dengan gempa yang memicunya. Namun beberapa faktor lain, termasuk teluk yang panjang dan sempit, menghasilkan gelombang raksasa.

Setidaknya 844 orang meninggal akibat bencana tersebut. Para pejabat mengatakan jumlah korban akan meningkat, mungkin bisa mencapai ribuan.

Gempa berkekuatan 7,5 SR yang terjadi pada Jumat (27/9) sore, saat mayoritas warga biasanya sedang salat di masjid, merobohkan beberapa gedung di Palu dan daerah sekitarnya.

Namun, pertemuan kondisi geofisika yang tidak lazim menyebabkan tsunami terlokalisir yang mampu menghancurkan gedung-gedung dan tentu saja, menimbulkan korban jiwa.

Seorang pria mengambil foto sebuah mobil yang terpental jauh oleh gempa bumi dan tsunami di Pantai Talise di Palu, Sulawesi Tengah,1 Oktober 2018.
Seorang pria mengambil foto sebuah mobil yang terpental jauh oleh gempa bumi dan tsunami di Pantai Talise di Palu, Sulawesi Tengah,1 Oktober 2018.

“Gelombangnya mencapai setidaknya dua sampai tiga meter dan ada kemungkinan lebih dari itu,” kata Jane Cunneen, salah satu peneliti dari Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Curtin di Bentley, Australia Barat.

Dilihat dari ukuran gempa, seharusnya tidak menyebabkan tsunami sebesar itu.

Sebaliknya, tsunami di Palu terjadi karena pergeseran sesar dengan pola strike-slip, yaitu ketika bongkahan kerak-kerak Bumi saling bergerak ke dalam satu sama lain di sepanjang bidang horizontal.

“Pergeseran seperti ini umumnya tidak menyebabkan tsunami, karena mereka tidak menyebabkan kenaikan dasar laut yang terlalu besar,” kata Cunneen.

Jadi apa yang menyebabkan munculnya gelombang mematikan itu? Setidaknya ada tiga faktor, kata para peneliti kepada AFP.

Longsor Bawah Laut

Salah satu penyebabnya adalah saluran air laut yang panjang dan dengan ujung yang buntu di daerah dataran rendah kota Palu.

“Bentuk teluk sangat berperan penting dalam memperbesar ukuran gelombang,” kata Anne Socquet, pakar gempa bumi dari Institut Gempa Sains di Grenoble.

“Teluk berfungsi seperti corong jalur masuk gelombang tsunami.”

Ketika teluk menyempit dan makin dangkal, air terdorong ke atas dari bawah dan tertekan dari berbagai arah secara bersamaan.

Mobil-mobil terjebak di tanah yang amblas setelah gempa bumi mengguncang kecamatan Balaroa di Palu, Sulawesi Tengah, 1 Oktober 2018.(Foto:Reuters)
Mobil-mobil terjebak di tanah yang amblas setelah gempa bumi mengguncang kecamatan Balaroa di Palu, Sulawesi Tengah, 1 Oktober 2018.(Foto:Reuters)

Faktor yang kedua adalah kekuatan dan lokasi pusat gempa.

Gempa dengan ukuran 7,5 SR termasuk gempa yang berkekuatan besar. Hanya sedikit gempa yang berkekuatan besar seperti ini terjadi setiap tahunnya.

Hal yang memperburuk, retakan bumi sangat dekat dengan pantai. Akibatnya, gelombang tidak memiliki cukup waktu atau jarak untuk menyurut.

Terakhir, bukti yang menunjukkan bahwa tsunami juga disebabkan oleh terjadinya longsor pada dasar laut.

“Gempa mungkin menyebabkan longsor pada dasar laut dekat dengan mulut teluk, atau bahkan di dalam teluknya,” kata Cunneen.

Hal ini dapat membantu menjelaskan kenapa gelombang begitu besar menerjang dekat Kota Palu, namun lebih kecil di daerah lain.[vp/ft]

XS
SM
MD
LG