Tautan-tautan Akses

Fenomena Likuifaksi, Ratusan Rumah di Petobo Tenggelam


Menurut BNPB, sedikitnya 744 rumah di Petobo, kecamatan Palu Selatan, terendam lumpur akibat fenomena likuifaksi pasca gempa. (Foto: VOA/Yoanes)
Menurut BNPB, sedikitnya 744 rumah di Petobo, kecamatan Palu Selatan, terendam lumpur akibat fenomena likuifaksi pasca gempa. (Foto: VOA/Yoanes)

Ratusan rumah di Petobo, di kecamatan Palu Selatan, Sulawesi Tengah, terendam lumpur dan tanah akibat fenomena likuifaksi pasca gempa Jumat lalu (28/9). Yoanes Litha melaporkan langsung dari Petobo, Palu Selatan.

Fenomena likuifaksi yaitu hilangnya kekuatan tanah akibat besarnya massa dan volume lumpur yang keluar pasca gempa, kini terjadi di sebagian kota Palu. Akibat fenomena ini, ratusan rumah tenggelam atau terendam lumpur secara mendadak. Itulah yang terjadi di Palu pasca gempa berkekuatan 7,4 Jumat lalu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di Jakarta hari Senin (1/10) mengatakan sedikitnya 744 rumah di Petobo, kecamatan Palu Selatan, terendam lumpur.

Pemantauan VOA di Petobo menunjukkan telah terjadi kenaikan permukaan tanah di lokasi tersebut akibat fenomena tersebut.

Kesaksian Warga Setempat

Salah seorang warga, Anugrah (18 tahun), mengatakan ketika gempa terjadi, muncul luapan air bercampur lumpur yang kemudian menimbun rumah-rumah warga di tempat itu.

“Pada saat gempa, itu yang dari ujung perbatasan di sana itu turun kemari. Jadi airnya keluar dengan lumpur-lumpurnya jadi tersapu kemari semua, tergali itu tanah lembek dari bawah. Naiknya itu sekitar 4 meter,” papar Anugrah.

Anugrah mengatakan banyak warga yang tidak dapat lari menyelamatkan diri karena kuatnya guncangan gempa yang merobohkan rumah-rumah mereka. Ia menceritakan bagaimana dirinya yang sehat walafiat dan masih muda tidak dapat berdiri ketika gempa kuat terjadi.

“Jadi itu goyang, saya saja itu – mencoba berdiri – tapi tidak bisa berdiri, sungguh. Masih ada orang semua, tidak ada yang lari, biar satu pun juga,” tambahnya.

Sementara Samu (49 tahun), relawan yang ditemui di lokasi, sangat khawatir akan banyaknya warga Petobo yang masih tertimbun tanah. Ia – bersama warga – terakhir kali melakukan evakuasi Minggu (30/9) siang, dimana mereka menemukan 18 orang, yang kemudian dimakamkan secara layak Minggu malam.

Ratusan rumah di Petobo, Palu Selatan, terendam lumpur akibat fenomena likuifaksi (VOA/Yoanes).
Ratusan rumah di Petobo, Palu Selatan, terendam lumpur akibat fenomena likuifaksi (VOA/Yoanes).

“Kampung Petobo yang parah. Habis kampung Petobo ini! Yang lainnya ini tinggal menumpang-menumpang saja ini, pendatang-pendatang. Kalau masyarakat kampung Petobo ini habis semua,” tukas Samu.

Warga lain, Burhan (50), berharap tim SAR dapat mengevakuasi semua korban yang tertimbun di dalam tanah. Ia sendiri masih mencari saudara kandungnya yang tertimbun bersama kedua anak mereka di lokasi itu.

“Harapan kita ini secepatnya ditangani. Secepatnya, supaya kita tahu keluarga yang tertimbun di dalam tanah,” harap Burhan.

Fenomena Likuifaksi Tak Hanya Terjadi di Petobo

VOA dalam laporan terdahulu, mengutip keterangan Sutopo yang mengatakan bahwa fenomena likuifaksi ini tidak saja terjadi di Petobo, namun juga di beberapa tempat lain, seperti di : Sigi, Petobo, Biromaru dan Sidera yang telah menyebabkan bangunan roboh dan seolah-olah hanyut.

Dalam perkembangan lainnya, sekitar 70 jenazah korban gempa dan tsunami dikebumikan di kuburan massal, yang terletak di dekat TPU Poboya Indah, di desa Poboya, kecamatan Palu Timur. Menurut petugas di lapangan, jenazah yang dimakamkan tersebut sebelumnya telah diidentifikasi di RS Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah.

Masih banyak korban yang masih hilang karena rumah mereka seperti ambles terendam lumpur dan menyulitkan upaya evakuasi korban (VOA/Yoanes).
Masih banyak korban yang masih hilang karena rumah mereka seperti ambles terendam lumpur dan menyulitkan upaya evakuasi korban (VOA/Yoanes).

Hingga laporan ini disampaikan jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala sudah mencapai 844 orang. Sekitar 632 orang menderita luka-luka dan dirawat di berbagai rumah sakit dan tempat penampungan, sementara 90 lainnya hilang. Lebih dari 48 ribu orang mengungsi di 103 titik.

Jumlah korban ini diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah dapat terjangkau karena terputusnya jalur komunikasi dan arus listrik. Antara lain di Donggala, Sigi dan Parigi Moutong yang masih belum dapat dijangkau. [ylem]

Recommended

XS
SM
MD
LG