Tautan-tautan Akses

AS: 'Tekanan Maksimum' Paksa Kim Jong Un Keluar dari Isolasi


Seorang pria menonton berita televisi yang menampilkan wajah Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan (foto: ilustrasi).
Seorang pria menonton berita televisi yang menampilkan wajah Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan (foto: ilustrasi).

AS menyambut baik KTT mendatang antara pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan, menjelang pertemuan yang direncanakan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Pemerintahan Trump telah menyatakan optimistis Pyongyang akan mengambil langkah-langkah menuju denuklirisasi tetapi menyerukan agar kampanye tekanan maksimum yang dipimpin AS dilanjutkan sampai denuklirisasi terwujud.

Presiden Donald Trump Kamis minggu lalu mengejutkan banyak pihak ketika ia memperingatkan mungkin akan menangguhkan perjanjian perdagangan bebas dengan Korea Selatan, yang telah berhasil dinegosiasikan kembali, sehari sebelumnya, sampai kesepakatan dibuat dengan Korea Utara mengenai program nuklirnya. Namun Trump masih optimistis mengenai KTT yang direncanakannya sendiri dengan Kim Jong Un.

“Kita bergerak sangat baik dengan Korea Utara, kita lihat saja apa yang terjadi. Pastinya retorika sudah sedikit mereda, bukankah demikian?,” tandasnya.

Di tengah kesibukan aktivitas diplomatik di wilayah tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert mengatakan AS merasa lawatan Kim yang tidak terduga ke Tiongkok membuat kemungkinan KTT Kim-Trump akan sukses bahkan lebih besar.

Baca juga: Gedung Putih Pandang Kunjungan Kim Jong-un ke China Langkah Positif

Juru bicara Deplu AS, Heather Nauert
Juru bicara Deplu AS, Heather Nauert

“Departemen Luar Negeri sedang merencanakan pertemuan itu. Kita akan maju dengan penuh keyakinan dan niat baik. Kita sudah banyak melakukan pembicaraan dengan Republik Korea mengenai jadwal dan apa yang akan dibicarakan dalam pertemuan itu, dan secara keseluruhan kita yakin kampanye tekanan bekerja,” ujar Nauert.

Beberapa pakar menyampaikan keprihatinan Kim mungkin memiliki pemahaman yang sangat berbeda mengenai denuklirisasi yang dimaksud Trump dan perunding AS.

Douglas Paal dari lembaga kajian Carnegie Endowment for International Peace mengatakan masing-masing pihak harus menjelaskan harapannya.

“Harapan mereka harus di dibahas pada KTT dan harus dibahas sebelum KTT ketika persiapan dibuat. Karena sebaiknya kita tidak ingin seorang presiden menuju pertemuan, yang otomatis menjadi bencana karena pemahaman tujuan pertemuan sangat berbeda," imbaunya.

Namun meskipun ada kekhawatiran mengenai KTT, kepala bidang politik PBB yang akan melepas jabatannya, Jeffrey Feltman, mengatakan situasi ini jauh lebih baik daripada ketegangan yang sangat tinggi mengenai Korea Utara beberapa bulan yang lalu.

“Sekarang sudah empat bulan sejak ada uji coba nuklir seperti ini. Ini tidak sama dengan denuklirisasi, tapi artinya dari pada ketegangan terus meningkat pada tingkat membahayakan, entah akan mengarah kepada apa sebaliknya kita memiliki skenario di mana berbagai pihak berbicara mengenai pertemuan di berbagai tingkatan untuk mencari apakah ada jalan ke depan yang akan konsisten dengan seruan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk denuklirisasi," ujar Feltman.

Feltman berharap KTT mendatang akan menjadi awal dari proses panjang menuju nonproliferasi nuklir di wilayah tersebut. [my/al]

XS
SM
MD
LG