Tautan-tautan Akses

Taliban Perintahkan Perempuan Tutup Kepala Hingga Kaki


Seorang perempuan Afghanistan berpakaian burqa berdiri ketika umat Muslim melakukan salat Idulfitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan di luar sebuah masjid di sebuah jalan di Kabul pada 1 Mei 2022. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)
Seorang perempuan Afghanistan berpakaian burqa berdiri ketika umat Muslim melakukan salat Idulfitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan di luar sebuah masjid di sebuah jalan di Kabul pada 1 Mei 2022. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)

Penguasa Taliban pada Sabtu (7/5) memerintahkan seluruh perempuan Afghanistan untuk mengenakan pakaian dari ujung kepala hingga ujung kaki ketika berada di depan umum; kebijakan kelompok garis keras yang mengukuhkan ketakutan terburuk pada aktivis HAM dan semakin memperumit urusan Taliban dengan komunitas internasional yang sudah terlanjur tidak percaya pada komitmen reformasi mereka.

Keputusan Taliban itu mengatakan perempuan hanya meninggalkan rumah jika diperlukan, dan bahwa kerabat laki-laki akan dijatuhi hukuman – mulai dari panggilan (polisi.red) dan meningkat hingga ke sidang pengadilan dan hukuman penjara – jika perempuan yang berada di bawah pengawasan mereka melakukan pelanggaran aturan hukum soal berpakaian.

Hal ini merupakan serangkaian aturan represif yang diberlakukan kepemimpinan Taliban, meski belum semuanya dilaksanakan. Bulan lalu, misalnya, Taliban melarang perempuan bepergian sendiri, tetapi setelah dikecam keras, kebijakan ini diam-diam diabaikan.

Perempuan berpakaian burqa berfoto di sebuah pasar di Kabul, Afghanistan, 20 Desember 2021.
Perempuan berpakaian burqa berfoto di sebuah pasar di Kabul, Afghanistan, 20 Desember 2021.

UNAMA Prihatin

Misi Bantuan PBB di Afghanistan mengatakan sangat prihatin dengan apa yang tampaknya merupakan arahan formal yang akan dilaksanakan dan ditegakkan. Ditambahkan, mereka akan mencari klarifikasi dari Taliban tentang keputusan terbaru ini.

“Keputusan ini bertentangan dengan banyak jaminan tentang penghormatan dan perlindungan HAM semua warga Afghanistan, termasuk perempuan dan anak perempuan, yang telah dijanjikan Taliban pada masyarakat internasional selama perundingan beberapa dekade terakhir,” ujar Misi Bantuan PBB di Afghanistan dalam sebuah pernyataan.

Dekrit yang menyerukan agar perempuan hanya menunjukkan mata dan merekomendasikan perempuan untuk mengenakan burqa dari ujung kepala hingga ujung kaki, membangkitkan kenangan akan pembatasan serupa pada perempuan selama pemerintahan Taliban sebelumnya antara tahun 1996-2001.

“Kami ingin saudara-saudara perempuan kami hidup dengan bermartabat dan aman,” ujar Khalid Hanafi, penjabat sementara di Kementerian Kebijakan Afghanistan.

Taliban sebelumnya memutuskan untuk tidak membuka kembali sekolah-sekolah bagi anak perempuan di atas kelas enam sekolah dasar, mengingkari janji sebelumnya dan memilih untuk menenangkan kelompok garis keras serta semakin terasing dari masyarakat internasional. Tetapi dekrit ini tidak mendapat dukungan luas di kalangan pemimpin, yang terbagi antara kelompok pragmatis dan garis keras.

Keputusan ini mengganggu upaya Taliban untuk mendapat pengakuan dari donor internasional potensial ketika negara itu terperosok dalam krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.

Seorang perempuan mengenakan burqa berjalan melewati toko pakaian perempuandengan manekin tanpa kepala yang dipajang di jendelanya, di Kabul, Afghanistan, 19 Oktober 2021. (Foto: Reuters)
Seorang perempuan mengenakan burqa berjalan melewati toko pakaian perempuandengan manekin tanpa kepala yang dipajang di jendelanya, di Kabul, Afghanistan, 19 Oktober 2021. (Foto: Reuters)

“Untuk semua perempuan Afghanistan yang bermartabat, mengenakan hijab itu perlu dan hijab terbaik adalah chadori – atau dari ujung kepala hingga ke ujung kaki – yang merupakan bagian dari tradisi kita dan dihormati,” ujar Shir Mohammad, seorang pejabat dari kemerintah kebajikan itu.

“Perempuan-perempuan yang tidak terlalu tua atau terlalu muda harus menutup wajab mereka kecuali mata,” tambah Shir. “Prinsip-prinsip Islam dan ideologi Islam lebih penting bagi kami dibanding apapun.”

Human Rights Watch Kecam Keputusan Taliban

Heather Barr, peneliti senior Afghanistan di Human Rights Watch mendesak masyarakat internasional untuk memberi tekanan terkoordinasi terhadap Taliban. “Tanggapan serius dan strategis atas meningkatnya serangan Taliban terhadap hak-hak perempuan ini sangat terlambat,” cuitnya di Twitter.

Taliban digulingkan pada tahun 2001 oleh koalisi pimpinan Amerika karena menyembunyikan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, dan kembali merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021 lalu setelah penarikan mundur pasukan Amerika yang kacau balau.

Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih telah mengutuk keputusan Taliban yang menyerukan perempuan dan anak perempuan mengenakan burqa yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki; dan mendesak mereka untuk membatalkan keputusan itu.

“Kami sedang mendiskusikan hal ini dengan negara dan mitra lain. Legitimasi dan dukungan yang diinginkan Taliban dari masyarakat internasional sangat bergantung pada perilaku mereka, khususnya kemampuan mereka mendukung komitmen yang ditunjukkan lewat tindakan,” ujar NSC dalam sebuah pernyataan.

Sejak merebut kekuasaan tahun lalu, para pemimpin Taliban telah berselisih paham diantara mereka sendiri ketika berjuang melakukan transisi dari masa perang ke pemerintahan.

Juru bicara Pangea, sebuah organisasi non-pemerintah Italia yang selama bertahun-tahun telah membantu perempuan di Afghanistan, mengatakan keputusan baru ini akan sangat sulit bagi mereka karena selama 20 tahun telah hidup dalam kebebasan hingga saat Taliban mengambilalih kekuasaan. “Dalam 20 tahun terakhir ini mereka (Taliban.red) telah memiliki kesadaran akan HAM dan dalam rentang waktu beberapa bulan terakhir ini, hal itu seakan menghilang,” ujar Silvia Redigolo melalui telepon.

Pejabat Taliban Sekolahkan Anak Perempuan di Pakistan

Banyak warga Afghanistan marah ketika mengetahui bahwa banyak anggota Taliban generasi yang lebih muda, seperti Sirajuddin Haqqani, menyekolahkan anak-anak perempuan mereka di Pakistan, sementara perempuan dan anak perempuan Afghanistan telah menjadi sasaran represif Taliban sejak mereka berkuasa kembali.

Wanita Afghanistan berjalan melalui pasar lama saat seorang pasukan Taliban berjaga-jaga, di pusat kota Kabul, Afghanistan, Selasa, 3 Mei 2022. (Foto: AP)
Wanita Afghanistan berjalan melalui pasar lama saat seorang pasukan Taliban berjaga-jaga, di pusat kota Kabul, Afghanistan, Selasa, 3 Mei 2022. (Foto: AP)

Anak-anak perempuan di atas kelas enam sekolah dasar tidak lagi diijinkan bersekolah. Beberapa universitas telah dibuka kembali awal tahun ini, tetapi sejak merebut kekuasaan, keputusan Taliban tidak menentu. Meskipun sejumlah besar propinsi tetap melanjutkan pendidikan bagi semua, sebagian lainnya menutup institusi-institusi pendidikan bagi perempuan dan anak perempuan.

Pemerintah Taliban yang kebijakannya didorong oleh agama khawatir jika mengijinkan anak-anak perempuan di atas kelas enam sekolah dasar kembali bersekolah, akan membuat mereka ditinggalkan basis pendukung di pedesaan.

Di Ibu Kota Kabul, sekolah dan universitas swasta beroperasi tanpa gangguan. [em/ah]

Recommended

XS
SM
MD
LG