Tautan-tautan Akses

Taiwan Bilang Mulai Produksi Rudal Jarak Jauh Secara Massal


Pelaut dan marinir berjaga di depan fregat berpeluru kendali Taiwan di pangkalan angkatan laut di pelabuhan utara Keelung, Taiwan, Senin, 8 Maret 2021. (Foto: AP)
Pelaut dan marinir berjaga di depan fregat berpeluru kendali Taiwan di pangkalan angkatan laut di pelabuhan utara Keelung, Taiwan, Senin, 8 Maret 2021. (Foto: AP)

Seorang pejabat senior Taiwan, Kamis (25/3), mengatakan negara itu telah memulai produksi massal rudal jarak jauh dan sedang mengembangkan tiga model lainnya. Taipei mengungkapkan upayanya mengembangkan kapasitas serangan militernya di tengah meningkatnya tekanan China.

China, yang mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai wilayahnya, telah meningkatkan aktivitas militer di dekat pulau itu sebagai upaya memaksa pemerintah Taipei untuk menerima klaim kedaulatan Beijing.

Angkatan bersenjata Taiwan, yang tak sebanding dengan kekuatan militer China, sedang menjalankan program modernisasi persenjataan untuk melakukan pencegahan yang lebih efektif, termasuk kemampuan untuk menyerang balik pangkalan di China jika terjadi konflik.

Menanggapi pertanyaan anggota parlemen, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan mengembangkan kemampuan serangan jarak jauh adalah prioritas.

"Kami berharap itu (misil) jarak jauh, akurat dan mobile," katanya. Dia menambahkan penelitian yang "tidak pernah berhenti” tentang senjata seperti itu dilakukan oleh Institut Sains dan Teknologi Nasional Chung-Shan.

Wakil direktur institut tersebut, Leng Chin-hsu, mengatakan satu rudal jarak jauh berbasis darat telah memasuki masa produksi, dengan tiga rudal jarak jauh lainnya sedang masih dalam pengembangan.

Leng mengatakan ia "tidak merasa nyaman" memberikan rincian tentang seberapa jauh daya jelajah rudal itu.

Institut tersebut, yang memimpin upaya pengembangan senjata Taiwan, dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan serangkaian uji coba rudal di lepas pantai tenggara.

Media di Taiwan telah memuat gambar-gambar peluncuran rudal dan pesawat-pesawat telah diinstruksikan untuk menjauhi area uji. Namun, proses uji coba tersebut dirahasiakan.

Angkatan bersenjata Taiwan secara traditional memusatkan upaya untuk mempertahankan pulau itu dari invasi China.

Namun Presiden Tsai Ing-wen telah menekankan pentingnya mengembangkan alat penangkal "asimetris", menggunakan peralatan mobile yang sulit ditemukan dan dihancurkan, serta mampu mencapai target yang jauh dari pantai Taiwan.

Washington, pemasok senjata asing utama Taipei, sangat ingin menciptakan penyeimbang militer terhadap kekuatan militer China, dalam upaya yang dikenal di Pentagon sebagai "Benteng Taiwan.” [ah/au/ft]

XS
SM
MD
LG