Tautan-tautan Akses

Swiss Setujui Perjanjian Perdagangan Bebas dengan RI


Seorang pria membawa bendera Swiss di Interlaken, Swiss, 19 Juni 2011.
Seorang pria membawa bendera Swiss di Interlaken, Swiss, 19 Juni 2011.

Para pemilih Swiss pada Minggu (7/3) dengan suara tipis mendukung sebuah perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia. Perjanjian itu akan membuka sebuah pasar potensial dengan negara terpadat keempat di dunia tersebut.

Mengutip pemberitaan kantor berita AFP, kontroversi terkait pentingnya minyak kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan memicu cukup keprihatinan di Swiss untuk memicu referendum mengenai perjanjian itu.

Namun, perjanjian itu hanya mendapat persetujuan publik dengan 51,7 persen suara, dari 51 persen pemilih.

Para pendukung menyambut baik hasilnya, tapi mengatakan mereka harus lebih sensitif pada isu-isu lingkungan dalam referendum masa depan mengenai perjanjian perdagangan apapun.

Di bawah perjanjian itu, tarif-tarif akan dihapus secara bertahap dari hampir semua ekspor terbesar Swiss ke negara terpadat keempat di dunia itu. Sementara Swiss akan menghapus bea atas produk-produk industri Indonesia.

Siapa pun yang mengimpor minyak kelapa sawit Indonesia harus bisa membuktikan bahwa produk itu telah memenuhi standar-standar lingkungan dan sosial.

Perjanjian itu ditandatangani pada 2018 dan disetujui oleh parlemen Swiss pada 2019. Namun, para penentangnya mengkritisi langkah Swiss untuk mengurangi tarif impor minyak kelapa sawit dan berhasil mendorong diadakannya referendum.

Minyak kelapa sawit dunia adalah bahan penting dalam berbagai produk, dari makanan hingga kosmetik. Namun, minyak nabati ini sejak dulu dinilai kontroversial.

Para aktivis lingkungan mengatakan minyak kelapa sawit bertanggung jawab atas deforestasi, karena wilayah hutan hujan yang luas dibuka untuk pertanian. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG