Tautan-tautan Akses

Sutradara Perempuan Tertinggal, Temukan Celah dalam Film Independen


In the streets of Bangladesh, World Cup flags, tee-shirts and other memorabilia are on sale everywhere as excitement grows days before the event begins in Brazil, June 8, 2014. (VOA)
In the streets of Bangladesh, World Cup flags, tee-shirts and other memorabilia are on sale everywhere as excitement grows days before the event begins in Brazil, June 8, 2014. (VOA)

Tahun ini, tidak ada sutradara perempuan yang masuk dalam daftar nominasi Sutradara Terbaik untuk penghargaan Academy Awards.

Perempuan tertinggal jauh dibanding pria dalam menduduki peran-peran penting di industri film. Sebuah studi menunjukkan hanya 9 persen sutradara perempuan menjadi sutradara 250 film berpendapatan terbesar tahun 2012. Tahun sebelumnya, 15 persen di antaranya adalah perempuan.

Data dari Pusat Studi Perempuan dalam Televisi dan Film di San Diego State University tersebut diumumkan hanya sebulan sebelum ajang bergengsi Academy Awards atau Oscars, di mana tahun ini tak ada perempuan yang masuk dalam daftar nominasi Sutradara Terbaik.

"Zero Dark Thirty" adalah satu-satunya film nominasi Film Terbaik yang disutradarai oleh seorang perempuan. Kathryn Bigelow yang pada tahun 2010 meraih Sutradara Terbaik untuk fillm "The Hurt Locker," tahun ini tidak meraih nominasinya untuk kategori yang sama. Hingga kini, Bigelow adalah satu-satunya perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik dalam ajang tersebut.

Martha Lauzen, direktur eksekutif Pusat Studi Perempuan dalam Televisi dan Film, mengatakan jumlah sutradara perempuan untuk film-film top ini turun 5 persen dari 2011, kembali ke tingkat yang sama dengan 2008 dan bahkan tak berbeda dibandingkan 15 tahun lalu.

"Pada dasarnya, persentase sutradara perempuan terus menurun dalam 5 tahun terakhir," ujar Lauzen kepada Reuters.

Menurutnya, posisi perempuan pada peran-peran kunci di industri film penting, bukan hanya dari segi lapangan kerja tapi juga dari sisi isu kultiral. Karena bagi proyek-proyek kreatif seperti sebuah film, pengalaman pribadi seseorang berperan penting dalam membentuk hasilnya. "Kalau seorang pria (berkulit putih) menyutradarai sebagian besar film yang kita tonton, kebanyakan film tersebut akan mencermikan pengalaman mereka dari sudut pandang mereka," kata Lauzen.

"Perspektif ini juga tidak mencerminkan keanekaragaman dalam komunitas sineas maupun komunitas penggemar film di Amerika," tambahnya.

Menurut survei tersebut, di tahun 2012, 18 persen sutradara, produser eksekutif, produser, penulis, sinematografer, dan editor untuk 250 film berpendapatan terbesar, adalah perempuan. Ini tidak berbeda dari 2011, dan merupakan kenaikan 1 persen dari 1998.

Perempuan lebih cenderung untuk terlibat dalam film dokumenter, drama dan animasi. Mereka jarang terlibat dalam film aksi, horor ataupun fiksi ilmiah.

Survei lainnya yang dirilis pekan ini oleh Sundance Institute dan Women In Film Los Angeles juga menemukan bahwa perempuan juga tertinggal dari pria dalam industri film, tapi di sektor film independen, mereka tak tertinggal terlalu jauh.

Hampir 30 persen sutradara, penulis, produser, sinematografi dan editor dalam film antara 2002-2012 di Festival Film Sundance di Utah, adalah perempuan. Sundance dipandang sebagai festival film paling bergengsi di dunia.

"Data menunjukkan perempuan menempati lebih banyak posisi penting dalam film independen dibandingkan Hollywood. Tapi, ini juga menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan agar perempuan mendapat kesempatan sama dalam bidang ini," ujar Cathy Schulman, presiden Women In Film Los Angeles.
XS
SM
MD
LG