Tautan-tautan Akses

Studi: Vaksin COVID Sinovac Sangat Efektif Melawan Penyakit Serius


Seorang petugas kesehatan memegang jarum suntik dan botol vaksin Sinovac di sebuah pasar di Bangkok, Thailand, 17 Maret 2021. (Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha)
Seorang petugas kesehatan memegang jarum suntik dan botol vaksin Sinovac di sebuah pasar di Bangkok, Thailand, 17 Maret 2021. (Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha)

Sebuah studi yang dilakukan Malaysia menemukan vaksin COVID-19 Sinovac sangat efektif dalam melawan penyakit serius, meskipun vaksin Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca menunjukkan tingkat perlindungan yang lebih baik.

Pejabat Kesehatan, Kamis (23/9), mengatakan studi yang dilakukan pemerintah Malaysia menemukan 0,011% dari sekitar 7,2 juta penerima vaksin Sinovac memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU) untuk infeksi COVID-19.

Sebaliknya, 0,002% dari sekitar 6,5 juta penerima vaksin Pfizer/BioNTech membutuhkan perawatan ICU karena infeksi COVID-19, sementara 0,001% dari 744.958 penerima vaksin AstraZeneca membutuhkan perawatan serupa.

Kalaiarasu Peariasamy, Direktur Institute for Clinical Research yang melakukan penelitian bersama dengan gugus tugas COVID-19 nasional, mengatakan vaksinasi - terlepas dari mereknya - telah mengurangi risiko perawatan di ICU sebesar 83% dan menurunkan risiko kematian sebesar 88%. Fakta itu didapat berdasarkan penelitian yang melibatkan sekitar 1,26 juta orang.

Seorang petugas kesehatan menyuntik seorang wanita dengan dosis vaksin Sinovac Covid-19 saat vaksinasi massal di sebuah kebun binatang di Surabaya pada 13 September 2021. (Foto oleh JUNI KRISWANTO/AFP)
Seorang petugas kesehatan menyuntik seorang wanita dengan dosis vaksin Sinovac Covid-19 saat vaksinasi massal di sebuah kebun binatang di Surabaya pada 13 September 2021. (Foto oleh JUNI KRISWANTO/AFP)

"Tingkat terobosan untuk penerimaan unit perawatan intensif sangat rendah," katanya, menambahkan penerimaan ICU secara keseluruhan di antara individu yang divaksinasi penuh mencapai 0,0066%.

Tingkat kematian orang yang divaksinasi lengkap juga rendah, yaitu 0,01% dan mayoritas dari mereka berusia di atas 60 tahun atau dengan penyakit penyerta.

Menurut Kalaiarasu, ada perbedaan demografi penerima ketiga vaksin dan faktor tersebut dapat memberikan hasil yang berbeda.

Banyak penerima AstraZeneca berada di "usia pertengahan dewasa", sedangkan vaksin Pfizer dan Sinovac "kurang lebih diberikan untuk populasi yang rentan," katanya.

Penerima vaksin AstraZeneca juga menyumbang proporsi penelitian yang jauh lebih kecil, yang melibatkan sekitar 14,5 juta individu yang divaksinasi lengkap dan dilakukan selama lebih dari lima bulan sejak 1 April.

Pada Juli, Malaysia mengatakan akan menghentikan pemberian vaksin Sinovac setelah persediaannya habis, karena negara tersebut memiliki cukup banyak vaksin lain untuk program vaksinasinya.

Vaksin Sinovac telah digunakan secara luas di beberapa negara termasuk China, Indonesia, Thailand dan Brazil. Perusahaan tersebut mengatakan awal bulan ini telah memasok 1,8 miliar dosis di dalam dan luar negeri. [ah/rs]

XS
SM
MD
LG