Tautan-tautan Akses

Studi: Rokok Elektrik Terkait Penyakit Paru-paru Langka


Seorang pria mengisap rokok elektrik di Portland, Maine, 28 Agustus 2019.
Seorang pria mengisap rokok elektrik di Portland, Maine, 28 Agustus 2019.

Para dokter merawat seorang pasien pengguna rokok elektrik yang menderita penyakit paru-paru langka - yang biasanya disebabkan oleh paparan logam industri.

Mereka mengatakan, penyakit pasien itu mungkin kasus pertama yang terkait dengan vaping atau mengisap rokok elektrik.

Rokok elektrik umumnya dipasarkan sebagai pilihan merokok yang lebih aman untuk rokok tembakau tradisional dan sebagai alat bantu untuk merokok. Tetapi rokok elektrik terkait dengan semakin banyaknya kematian baru-baru ini dan peringatan kesehatan, terutama di Amerika.

Para peneliti di University of California San Francisco mengatakan, pasien yang sedang dirawat itu menderita pneumoconiosis atau penyakit paru-paru parah. Penyakit itu biasanya didapati pada orang yang terpapar logam seperti kobalt atau tungsten yang digunakan untuk mengasah atau memoles berlian.

Penyakit ini menyebabkan batuk terus-menerus, kesulitan bernafas, dan meninggalkan goresan pada jaringan paru-paru.

Profesor Klinis Patologi di UCSF, Kirk Jones mengatakan "pasien ini tidak diketahui terkena paparan logam keras, jadi kami mengidentifikasi penggunaan rokok elektronik sebagai kemungkinan penyebabnya."

Studi kasus yang diterbitkan dalam European Respiratory Journal, mengatakan, ketika para peneliti menguji rokok elektronik pasien yang digunakan dengan ganja, mereka menemukan kobalt dalam uap yang dikeluarkannya, serta logam beracun lainnya seperti nikel, aluminium, mangan, timbal dan kromium. [ps/pp]

XS
SM
MD
LG