Tautan-tautan Akses

Studi: ‘Lockdown’ Cegah Jutaan Kematian Akibat Covid


Jalanan di Time Square, New York, Amerika Serikat terlihat lengang di tengah pandemi Covid-19, 16 Maret 2020. (Foto: dok).
Jalanan di Time Square, New York, Amerika Serikat terlihat lengang di tengah pandemi Covid-19, 16 Maret 2020. (Foto: dok).

Lockdown atau penutupan wilayah di berbagai penjuru dunia mencegah jutaan kematian akibat virus corona, sebut studi baru yang diterbitkan hari Senin.

Menurut studi yang dilakukan Imperial College of London, sekitar 3 juta kematian dicegah di sebelas negara, Austria, Belgia, Inggris, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, Spanyol, Swedia dan Swiss, karena penerapan langkah-langkah lockdown, yang mencakup penutupan bisnis yang tidak esensial dan sekolah-sekolah.

Studi terpisah yang dilakukan di AS dan diterbitkan bersamaan dengan hasil studi di Inggris pada hari Senin mendapati bahwa sekitar 530 juta kasus Covid-19 dapat dicegah atau ditunda karena kebijakan lockdown yang diberlakukan di China, Korea Selatan, Italia, Iran, Perancis dan AS.

Jumlah kematian karena Covid-19 di seluruh dunia mendekati 403 ribu dan kasus yang dikukuhkan telah mencapai lebih dari tujuh juta, demikian menurut data yang dikumpulkan Pusat Riset Virus Corona Johns Hopkins University.

AS tetap menjadi negara dengan jumlah kematian terbanyak, disusul oleh Inggris, Brazil dan Italia.

AS juga memiliki kasus terkonfirmasi terbanyak, mendekati dua juta, disusul oleh Brazil dengan sekitar sepertiga angka tersebut, dan Rusia serta Inggris.

Kabar baik datang dari PM Selandia Baru Jacinda Ardern, yang Senin mengumumkan bahwa negara itu telah meniadakan penularan baru virus corona. Selandia Baru telah memutuskan untuk mencabut sebagian besar pembatasan terkait Covid-19 yang tersisa, namun mempertahankan penutupan perbatasannya.

Sementara itu, pihak berwenang di seantero AS mendesak orang-orang yang ambil bagian dalam protes terkait kematian George Floyd agar menjalani tes Covid-19, setelah protes selama sepekan lebih dan pengunjuk rasa berdekatan satu sama lain.

Gubernur New York, Andrew Cuomo. (Foto: dok).
Gubernur New York, Andrew Cuomo. (Foto: dok).


“Jalani tes,” kata Gubernur New York Andrew Cuomo. Ia menambahkan bahwa New York membuka 15 pusat tes lagi dan meminta agar orang-orang tidak mengambil risiko.

Seruan serupa agar menjalani tes juga muncul dari para pemimpin negara bagian dan kota di Atlanta, San Francisco, dan Seattle.

Hingga 400 ribu orang diperkirakan kembali bekerja di New York hari Senin, sementara kota terbesar di AS ini memulai tahap pertama pembukaan kembali aktivitas. Banyak di antara mereka akan menggunakan kereta bawah tanah untuk pertama kalinya dalam hampir tiga bulan ini.

Para pekerja konstruksi dan mereka yang bekerja di pabrik, gudang-gudang grosir dan sebagian toko ritel akan kembali bekerja. Toko-toko menawarkan pengambilan barang di luar toko saja.Tetapi ribuan restoran di kota itu akan tetap tutup setidaknya hingga akhir bulan ini.

Meskipun para pejabat Kota New York tampak cukup yakin untuk mulai membuka kembali aktivitas, Departemen Kesehatan Florida mengumumkan 1.180 kasus baru virus corona hari Minggu. Ini merupakan hari kelima berturut-turut penambahan kasus baru harian yang melebihi angka 1.000.

Para pakar di Florida menyatakan orang semakin tidak peduli akan social distancing sejak penutupan wilayah di negara bagian itu dilonggarkan. Mereka juga mencatat bahwa jumlah tersebut mulai meningkat sewaktu protes atas kematian George Floyd dimulai.

Senator Rick Scott. (Foto: dok).
Senator Rick Scott. (Foto: dok).

Senator Florida dari partai Republik, Rick Scott, hari Minggu (7/6) menuduh China berusaha menyabotase atau memperlambat upaya-upaya AS untuk membuat vaksin virus corona. Scott mengatakan demikian dalam acara Andrew Marr Show di televisi BBC, namun menolak memberi bukti apapun bagi klaimnya itu.

Senator itu mengatakan China“tidak akan gembira” apabila AS atau Inggris mengembangkan vaksin sebelum siapapun juga. Tidak ada pejabat China yang menanggapi langsung tuduhan Scott itu.

Di Eropa, negara-negara secara perlahan mulai membuka kembali aktivitas mereka. Sebagian negara anggota Uni Eropa telah membuka perbatasan bagi pengunjung dari negara Eropa lainnya. Uni Eropa menyatakan berharap akan membuka semua perbatasan bagi para pengunjung pada awal Juli, awal dimulainya perjalanan musim panas. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG