Tautan-tautan Akses

Pelonggaran PSBB Berpotensi Naikkan Kasus Covid-19


Suasana kota Jakarta di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, 24 Mei 2020. (Foto: dok).
Suasana kota Jakarta di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, 24 Mei 2020. (Foto: dok).

Sejumlah daerah, seperti DKI Jakarta mulai melongarkan PSBB. Hal ini dinilai beresiko memunculkan kasus baru Covid-19.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk melonggarkan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan menjadikan bulan Juni sebagai masa transisi untuk menuju kenormalan baru atau new normal.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut dalam masa transisi pertama ini sejumlah tempat publik, seperti pusat perbelanjaan atau mal akan dibuka pada 15 Juni mendatang. Meski begitu, ia menyebutkan, pelonggaran ini bisa diperketat kembali, apabila ada peningkatan jumlah kasus positif virus corona.

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono kepada VOA mengatakan, pelonggaran PSBB memang berpotensi meningkatkan kembali kasus Covid-19 di Tanah Air. Hal ini dikarenakan interaksi antar manusia dipastikan meningkat.

Dr Pandu Riono Epidemiolog FKM UI. (Foto: Screenshot)
Dr Pandu Riono Epidemiolog FKM UI. (Foto: Screenshot)

“Berpotensi sih pasti. Setiap kegiatan manusia yang mulai keluar, interaksi manusia. Makanya ada konsep lockdown, supaya kegiatan manusia terhenti. Virus berhenti menular. Sekarang kan dilonggarkan. Dalam transisi ini di ujicoba pelonggarannya. Pasti akan terjadi peningkatan, kalau penduduknya tidak patuh terhadap protokol, kalau transportasi publiknya tidak patuh terhadap protokol,” ujar Pandu.

Meski begitu, Pandu mempersilahkan kalau kalau memang setiap pemerintah daerah ingin melonggarkan PSBB, demi menyongsong kenormalan baru yang memang harus dilakukan, karena vaksin yang belum juga ditemukan. Menurutnya, yang terpenting, bila ada peningkatan kasus, akibat pelonggaran ini pemerintah harus sigap dan cepat untuk melakukan testing serta kontak tracing kasus positif, agar penularannya bisa dikendalikan.

Dalam kesempatan ini, Pandu melihat adanya peningkatan kasus dalam beberapa waktu terakhir ini, diduga karena penumpukan hasil testing akibat panjangnya antrian di laboratorium. Menurutnya, Juru Bicara Penanganan Kasus Virus Corona, Dr Achmad Yurianto tidak melaporkan tren penambahan kasus, namun hanya sebatas mengumumkan hasil tes daripada laboratorium saja.

“Testing yang lama ditumpuk, kalau lonjakannya sampai ratusan gitu biasanya itu masalah testing. Itu kan hasil lab, Pak Yuri itu tidak mengumumkan kasus, hanya mengumumkan hasil lab. Itu problemnya, seharusnya pada waktu misalnya tes swab diambil lima hari yang lalu, harus disebutkan misalnya ini adalah sekian persen positif dari yang diambil swabnya pada tanggal sekian. Jadi kita tahu, bukan ditumpuk sekian jadi 1.000. Padahal mungkin saja dari 1.000 itu 200 hasil tes swab lima hari yang lalu, lalu sekian ratusnya empat hari yang lalu. Kan kita gak tahu,” jelasnya.

Yuri mengatakan, penumpukan hasil tes menyulitkan usaha untuk melihat tren kasus positif Covid-19 di Tanah Air.

“Yang penting dalam pandemi ini adalah melihat tren. Kalau kita gak bisa lihat tren susah. Nah kalau ditumpuk kaya gitu, tiba-tiba naik, tiba-tiba turun, itu kan grafiknya naik turun, naik turun, kan gimana? Laporkan pada waktu pengambilan swab. Jadi tren-nya bisa dilihat secara jelas. Yang kita lihat adalah tren pengumuman hasil, bukan tren penularan,” imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, kembali Pandu mengingatkan kepada pemerintah mengenai pentingnya mengedukasi masyarakat, khususnya di Jakarta dalam masa transisi PSBB ini. Ia mengatakan selama masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan yang ketat, besar kemungkinan laju penularan Covid-19 bisa dikendalikan dengan baik.

“Masyarakat harus diedukasi, didislipinkan yang benar. Kalau ada kewajiban pakai masker ya pakai masker, terus kalau transportasi publik kan tanggung jawab pemerintah, gimana caranya supaya tidak terjadi antrian yang panjang atau kepadatan yang tinggi. Dibuat aturan dulu, karyawannya jangan semuanya kerja, separuh aja dulu yang kerja. Orang sudah tidak sabar ingin kerja, kalau tidak kerja kan mungkin sudah bosan di rumah,” jelasnya.

Kasus Corona di Indonesia Capai 32.033

Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto melaporkan pada Senin (8/6) jumlah kasus corona di Indonesia menjadi 32.033 , setelah ada penambahan 847 kasus baru.

Peningkatan kasus positif di Tanah Air masih cukup tinggi. Bahkan akhir pekan kemarin yaitu 6 Juni terdapat 993 kasus baru, sedangkan pada 7 Juni , ditemukan 672 kasus positif baru.

Adapun lima provinsi dengan kasus positif terbanyak secara kumulatif adalah DKI Jakarta (8.121), Jawa Timur (6.313), Jawa Barat (2.424), Sulawesi Selatan (2.014), dan Jawa Tengah (1.642).

Pelonggaran PSBB Berpotensi Naikkan Kasus Covid-19
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:57 0:00

Selain itu, juga tercatat ada 406 pasien yang sudah diperbolehkan pulang, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 10.904. Jumlah kematian masih terus bergerak naik. Sebanyak 32 orang meninggal dunia, Senin (8/6), sehingga total penderita yang meninggal pun menjadi 1.883.

Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 38.791sementara pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 14.010. [gi/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG