Tautan-tautan Akses

Studi: Kontrasepsi Hormonal Perbesar Risiko Kanker Payudara


Pil kontrasepsi yang mengandung hormon, 3 Januari 2013. (Foto:Ilustrasi)
Pil kontrasepsi yang mengandung hormon, 3 Januari 2013. (Foto:Ilustrasi)

Para perempuan yang mengkonsumsi kontrasepsi hormonal berisiko 20 persen lebih besar terkena kanker payudara, namun secara keseluruhan risiko untuk kebanyakan perempuan masih relatif rendah, menurut kesimpulan hasil studi terhadap 1,8 juta perempuan di Denmark.

Kontrasepsi jenis lama diketahui memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan kanker payudara. Namun para dokter berharap pil kontrasepsi jenis baru dengan formula estrogen yang lebih rendah, akan memiliki tingkat risiko yang lebih kecil.

Penemuan baru, yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine, menunjukan ternyata pil kontrasepsi jenis baru sama saja dan semakin lama menggunakan produk tersebut, semakin berbahaya.

Menurut perhitungan para peneliti, kontrasepsi hormon memunculkan satu ekstra kasus kanker payudara dalam 7.690 perempuan setiap tahunnya. Ini adalah jumlah yang besar, mengingat 140 juta perempuan di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi hormonal atau sekitar 13 persen perempuan berusia 15 hingga 49 tahun.

Kanker Payudara menyerang 255 ribu perempuan Amerika setiap tahunnya dan membunuh 41 ribu, menurut American Cancer Society.

Studi itu menunjukkan “Penemuan kontrasepsi oral yang tidak meningkatkan risiko terkena kanker payudara perlu berlanjut,” kata Dr David Hunter dari Universitas Oxford dalam sebuah editorial.

Selain fakta bahwa pil kontrasepsi adalah jenis kontrasepsi yang efektif dan membantu perempuan mengatasi kram dan pendarahan tidak normal pada saat haid, “penggunaan kontrasepsi oral dihubungkan dengan berkurangnya risiko kanker rahim, endometrium, dan kanker usus di usia lanjut. Memang, beberapa perhitungan menunjukkan efek penggunaan kontrasepsi oran selama lima tahun atau lebih lama, sedikit mengurangi risiko kanker secara total,” kata Hunter.

Namun saat perempuan menginjak usia 40an, penggunaan kontrasepsi non hormonal, seperti IUD mungkin lebih baik, kata Hunter. Sebagian besar kasus kanker payudara ditemukan pada perempuan berusia 40an yang menggunakan kontrasepsi oral.

“Saya rasa konsumen tidak akan berhenti mengkonsumsi kontrasepsi oral. Itu tidak perlu dan tidak didukung oleh data,” kata Dr. Roshni Rao, kepala bedah payudara di New York - Presbyterian/Columbia University Medical Center di New York. Rao tidak terlibat dalam penelitian itu. “Namun memang studi itu menunjukkan peningkatan risiko. Jadi, untuk para perempuan yang tidak pnya alasan penting untuk mengkonsumsi kontrasepsi oral atau bisa menerima alternatif lain, mungkin mereka harus mempertimbangkannya.”

Kontrasepsi alternatif antara lain IUD tembaga, kondom atau bila perempuan sudah tidak ingin memilik anak lagi, menjalani sterilisasi.

Studi baru itu meneliti perempuan Denmark berusia 15 hingga 49 tahun, yang tidak memiliki kanker, penggumpalan darah di pembuluh darah, atau perawatan untuk infertilitas. Peneliti mengikut perkembangan para perempuan tersebut selama 11 tahun.

Kenaikan risiko terkena kanker payudara sebanyak 20 persen bergantung pada usia dan berapa lama mereka menggunakan kontrasepsi hormonal, termasuk pil, plester kontrasepsi, susuk progestin dan suntikan.

Risiko kanker payudara lebih tinggi sebanyak 9 persen untuk penggunaan kurang dari satu tahun dan 38 persen lebih tinggi untuk penggunaan lebih dari 10 tahun.

“Satu hal yang belum jelas sebelumnya adalah setelah berhenti mengonsumsi, bila anda menggunakan produk ini lebih dari 5 tahun, risikonya tampak meningkat, walaupun setelah menghentikan obat ini selama 5 tahun,” kata penulis utama studi itu, Dr. Lina Morch, peneliti senior dari Copenhagen University Hospital mengatakan kepada Reuters melalui telepon.

Sebaliknya, di kalangan perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal untuk waktu yang singkat, risiko tambahan terkena kanker payudara hilang dengan cepat setelah tidak menggunakan, kata para peneliti.

IUD atau spiral yang mengandung hormonal juga tampaknya memiliki risiko, kata Morch. Jadi, banyak yang harus dipertimbangkan sebelum memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Kontrasepsi sendiri sangat bermanfaat tentunya. Namun studi ini menunjukkan mungkin lebih baik dipertimbangkan alternatif kontrasepsi, seperti alat kontrasepsi dari tembaga yang ditanam di rahim atau kondom.

“Tidak perlu panik dengan hasil kajian ini,” kata Morch. “Kami tidak ingin perempuan berhenti menggunakan kontrasepsi, tanpa ada pencegahan lain. Dan ada alternatif lain.” [fw/au]]

XS
SM
MD
LG