Tautan-tautan Akses

Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga


Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) menjadi level III (siaga) pada Kamis, mulai pukul 06.00.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) menjadi level III (siaga) pada Kamis, mulai pukul 06.00.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) menjadi level III (siaga) pada Kamis, mulai pukul 06.00.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada level 2 menjadi Siaga level 3. Sebab, lembaga itu melihat aktivitas gunung api meningkat sejak Kamis dini hari tadi.

Sekretaris Badan Geologi ESDM Antonius Ratdomopurbo dalam jumpa pers di kantornya , Kamis (27/12) mengatakan bahwa peningkatan ini merupakan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga Kamis pagi, pukul (05.00 WIB).

Saat ini kata Antonius terjadi gelegar (letusan) sebanyak 14 kali per menit. Dengan kondisi ini tambahnya masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer dari kawah. Sementara jika saat hujan abu turun tambahnya masyarakat diminta untuk mengenakan masker dan kacamata bila beraktivitas di luar rumah.

Antonius juga meminta masyarakat yang berada di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung tetap tenang dan mengikuti arahan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:17 0:00

“Masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau sampai pada radius 5 kilometer dari kawah, yaitu pada prinsipnya secara riil dibatasi oleh tiga pulau itu,” ujar Antonius.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan aktiitas erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlangsung. Tremor secara terus menerus tercatat dengan amplitudo 8-32 milimeter yang didominasi 25 milimeter.

Sutopo mengatakan masa tanggap darurat 14 hari. Masa tanggap darurat di Pandeglang dan Lampung Selatan itu tambahnya bisa saja diperpanjang tergantung dari perkembangan situasi dan kondisi di lapangan. Ditambahkannya, wakil gubernur Banten dan Lampung serta para bupati selalu aktif membimbing rapat koordinasi dalam masa penanganan darurat. Pemerintah pusat, BNPB, Badan SAR Nasional ikut mendampingi.

“Oleh karena itu, ditetapkan untuk Kabupaten Pandeglang, masa tanggap darurat adalah 14 hari, terhitung 22 Desember 2018 sampai dengan 4 Januari 2019. Sedangkan untuk di Lampung Selatan tujuh hari, yaitu 23 Desember 2018 sampai dengan 29 Desember 2018,” jelas Sutopo.

Sebelumnya, pada tanggal 26 Desember dilaporkan terjadi hujan abu vulkanik di beberapa wilayah, yakni di Cilegon, Anyer dan Serang. Tim Tanggap Darurat PVMBG telah melakukan cek lapangan, untuk mengkonfirmasikan kejadian tersebut dan melakukan sampling terhadap abu vulkanik yang jatuh.

Terkait potensi bencana erupsi Gunung Anak Krakatau, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 km merupakan kawasan rawan bencana. Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar, aliran lava dari pusat erupsi dan awan panas yang mengarah ke selatan. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.

Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda adalah gunung api strato tipe A dan merupakan gunung api muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari kompleks vulkanik Krakatau. Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut. Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak tahun 1929. Sejak saat itu dan hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).

Saat ini Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018). Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi eksplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif berupa aliran lava. Pada tahun 2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian. Sejak tanggal 29 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau kembali mengeluarkan letusan hingga tanggal 22 Desember berupa letusan strombolian. [fw/as]

Recommended

XS
SM
MD
LG