Tautan-tautan Akses

Siasat Kuliah Online dalam Jaringan Dua Benua


Lavinia Tomassini menggunakan iPad-nya untuk mengikuti kelas bahasa Prancis secara daring, sebagai bagian dari program home-schooling yang diberlakukan oleh sekolahnya mengikuti keputusan pemerintah Italia untuk menutup sekolah dan universitas. (Foto: Reuters)
Lavinia Tomassini menggunakan iPad-nya untuk mengikuti kelas bahasa Prancis secara daring, sebagai bagian dari program home-schooling yang diberlakukan oleh sekolahnya mengikuti keputusan pemerintah Italia untuk menutup sekolah dan universitas. (Foto: Reuters)

Dalam rangka mencegah perebakan virus corona, kebanyakan universitas di Amerika telah beralih ke online learning atau belajar lewat internet. Tetapi untuk banyak mahasiswa internasional yang telah kembali ke tanah air mereka, hal ini berarti mereka harus mengikuti kuliah pada tengah malam.

Ketika universitas di seluruh Amerika ditutup, banyak mahasiswa internasional memutuskan untuk pulang ke tanah air mereka. Tetapi selain menyesuaikan dengan pembelajaran online, mereka juga harus menyesuaikan diri dengan jadwal yang baru ini.

“Jadi kelas pertama saya besok, ini merupakan kuliah tiga jam yang dimulai pukul 00:30 dini hari dan akan berlangsung sampai pukul 03:30 dini hari," kata Yihyun Kwon, seorang mahasiswa di George Mason University.

Mahasiswa seperti Yihyun Kwon ini tinggal di Asia tetapi harus masuk kelas sesuai waktu AS. Demikian pula halnya dengan Nandini Mittal, mahasiswa di Claremont McKenna College.

“Saya punya waktu banyak di tengah, misalnya tengah malam dan pukul 4:00 pagi, dimana saya tidak ada kuliah. Tetapi saya berusaha untuk ikut rapat yang harus saya lakukan untuk memenuhi pekerjaan saya di kampus," kata Nandini Mittal.

Anna Louisa, 18, menerima laptop sekolahnya untuk belajar di rumah di Lower East Side Preparatory School Kamis, 19 Maret 2020, di New York, ketika corona menutup ruang kelas di seluruh kota. (Foto: AP)
Anna Louisa, 18, menerima laptop sekolahnya untuk belajar di rumah di Lower East Side Preparatory School Kamis, 19 Maret 2020, di New York, ketika corona menutup ruang kelas di seluruh kota. (Foto: AP)

"Jadi pertemuan itu atau bertemu dengan para profesor, saya mencobanya pada jam-jam kerja disana. Dan kemudian kelas saya dimulai pada pukul 4:45 pagi dan berlangsung sampai pukul 6:00 pagi setiap hari. Jadi saya mulai tidur biasanya pada pukul 6.30 atau 7:00 pagi," paparnya.

Penghentian secara mendadak dari semester mereka di AS dan kepulangan mereka ke tanah air telah membuat para mahasiswa ini kesulitan untuk bisa terus mengikuti kuliah mereka.

“Saya berusaha menguasai perbedaan waktu ini sedikit demi sedikit, tetapi meskipun ini perbedaan waktu selama 13 jam, saya tidak pasti apakah saya harus catat itu sebagai waktu Amerika, dan kemudian di pojok komentar saya tambahkan, ‘Oh, tugas ini sebenarnya harus saya serahkan hari ini,’ saya masih belum nyaman dengan perbedaan waktu seperti itu," kata Yihyun Kwon.

Berjuang di dalam dua zona waktu itu pada sebuah jadwal 24 jam tunggal dan juga mempertahankan kesehatan merupakan usaha yang sulit.

“Saya rasa ini juga terkait dengan usaha mempertahankan kesehatan kita. Jadi kita harus makan, tetapi saya juga masih harus melakukan latihan kebugaran setiap hari," kata Nandini Mittal.

Jadi, lanjutnya, ia harus luangkan waktu untuk itu, tetapi tidak boleh terlalu lelah sebelum ia mulai bergadang sepanjang malam. "Jadi ini butuh banyak sekali penyesuaian," tukasnya.

Sampai pandemik COVID-19 berakhir, para mahasiwa ini masih harus terus menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pendidikan mereka, sesuatu yang sama sekali tidak mereka perkirakan harus mereka hadapi. [jm/ii]


XS
SM
MD
LG