Tautan-tautan Akses

Serangan Terbaru di New York Kemungkinan Perketat Peraturan Imigrasi


Polisi berjaga di Terminal Bus Port Authority, menyusul ledakan dekat Times Square, New York, Senin, 11 Desember 2017.
Polisi berjaga di Terminal Bus Port Authority, menyusul ledakan dekat Times Square, New York, Senin, 11 Desember 2017.

Pihak berwenang terus mencari informasi mengenai tersangka teroris Akayed Ullah, imigran Bangladesh yang gagal meledakkan bom di salah satu pusat transit tersibuk di Manhattan, New York. Menyusul serangan itu, Gedung Putih membarui seruannya untuk mengakhiri migrasi berantai.

Pada jam sibuk, di koridor bawah tanah yang ramai, yang menghubungkan Terminal Bis dan Time Square di New York, Akayed Ullah, seorang imigran asal Bangladesh, berusaha namun gagal meledakan bom pipa rakitan.

Pria berusia 27 tahun, yang menurut pihak berwenang menyerang karena terinspirasi ISIS, datang ke AS pada 2011 dengan visa F-4 atau biasa disebut visa karena hubungan keluarga -- sebuah program yang ingin dihentikan pemerintahan Trump.

Juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengatakan.

"Kebijakan presiden ini menyerukan pengakhiran migrasi berantai. Seandainya saja ini sudah diberlakukan, ini bisa mencegah orang itu datang ke Amerika Serikat. Jadi, presiden akan secara agresif mengusahakan reformasi imigrasi yang bertanggungjawab, dan mengakhiri migrasi berantai tentunya bagian dari proses itu,” kata Sanders.

Kedubes Bangladesh mengecam serangan itu dan menyatakan tersangka teroris itu harus diadili.

Di luar gedung apartemen tersangka penyerang di Brooklyn, tim penjinak bom dan para wartawan tampak berjaga-jaga. Padahal biasanya, kompleks apartemen yang warganya beragam itu terlihat tenang.

Alan Butrico, seorang tetangga penyerang yang memiliki bisnis kunci di jalan di dekat kompleks apartemen itu, mengatakan tidak ada yang terlihat menonjol dari tersangka penyerang.

“Ia pendiam. Kami tidak pernah punya masalah dengannya. Ia sering jalan kaki melewati toko saya, pergi ke toko roti, ke toko bahan kebutuhan pokok, atau bersantai di taman di seberang jalan. Saya kira dia pemalu karena tidak pernah berbicara pada siapapun,” kata Butrico.

Tersangka kini dirawat di Rumah Sakit Belleuve di Manhattan karena luka bakar. Tiga orang yang kebetulan berada di lokasi saat serangan dilakukan mengalami cedera ringan, termasuk sakit kepala dan telinga berdengung. Lalu lintas kembali berjalan normal pada malam hari seusai kejadian.

Di sekitar lokasi seranagan, sejumlah warga setempat masih merasa terkejut dengan insiden itu. Sejumlah lainnya tampak tenang.

Laura Gonzalez, seorang warga New York, mengatakan: "rasa takut selalu ada. Khususnya di kalangan mereka yang tinggal di New York. Setiap mendengar suara yang tidak biasanya, badan kita gemetaran, dan kita melihat ke sekeliling untuk mencari tahu apakah kita perlu tiarap.”

Seorang warga New Jersey mengaku tidak khawatir.

"Saya tidak takut. Pihak keamanan luar biasa waspada. Yah, mereka luar biasa waspada. Buktinya sejak serangan 11 September, tidak ada serangan yang benar-benar berhasil," kata dia.

Serangan teroris Senin (11/12) merupakan insiden terkait teror kedua di New York dalam waktu dua bulan, dan merupakan serangan bom pertama di lokasi kereta bawah tanah dalam 23 tahun. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG