Tautan-tautan Akses

Sebagian Pemimpin Eropa Prihatin dengan Kebijakan LN Trump


ARSIP - Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson (kanan) dan Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault (kiri) menghadiri pertemuan menteri-menteri dan membahas masa depan Mosul, setelah bebas dari ISIS, di Paris, Perancis, 20 Oktober 2016.
ARSIP - Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson (kanan) dan Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault (kiri) menghadiri pertemuan menteri-menteri dan membahas masa depan Mosul, setelah bebas dari ISIS, di Paris, Perancis, 20 Oktober 2016.

Menteri Luar Negeri Inggris dan Perancis tidak akan berpartisipasi dalam pembicaraan khusus dengan para menteri luar negeri Uni Eropa lainnya hari Minggu (13/11) yang membahas cara menghadapi presiden terpilih Amerika Donald Trump.

Kepala kebijakan Uni Eropa Federica Mogherini mengadakan pertemuan darurat di Brussel setelah kemenangan mengejutkan Trump Selasa lalu. Dalam kampanyenya, Trump mengemukakan kebijakan-kebijakan yang mempertanyakan komitmen Washington terhadap Eropa.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan Boris Johnson tidak akan mengikuti pertemuan hari Minggu tetapi akan menghadiri pertemuan regular Dewan Menteri Luar Negeri hari Senin.

“Kami tidak melihat perlunya pertemuan tambahan hari Minggu karena jadwal pemilu Amerika telah lama ditetapkan,” kata juru bicara itu. “Suatu tindakan demokrasi telah berlangsung, ada periode transisi dan kami akan bekerjasama dengan pemerintah sekarang dan mendatang untuk memastikan hasil terbaik bagi Inggris.”

Menyusul kemenangannya, Trump berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Seorang juru bicara kantor perdana menteri mengatakan mereka sepakat bahwa hubungan antara London dan Washington “sangat penting dan sangat khusus dan mengembangkan hal ini akan menjadi prioritas bagi kedua negara.”

Sementara itu, kantor berita Perancis melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault akan absen karena masalah agenda.

Inggris dan Perancis akan diwakili duta besar kedua negara untuk Uni Eropa.

Hari Senin, para menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas rencana meningkatkan kerjasama pertahanan, suatu langkah yang telah lama dihalangi Inggris, termasuk proposal mengenai markas besar militer Eropa.

Dalam pernyataan terus terang hari Jumat yang mencerminkan keterkejutan dan keprihatinan di kalangan sejumlah pemimpin Eropa atas terpilihnya Trump, Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan Trump merupakan ancaman bagi hubungan antara Uni Eropa dan Amerika.

“Saya percaya akan ada waktu dua tahun yang terbuang sewaktu Trump mengunjungi dunia yang tidak ia ketahui,” kata Juncker, mengacu pada kurang pahamnya Trump akan prioritas kebijakan luar negeri yang membuat banyak pemimpin asing bertanya-tanya.

Beberapa di antara masalah kebijakan luar negeri itu adalah selama kampanye kepresidenannya, Trump memuji Presiden Rusia Vladimir Putin, mempertanyakan prinsip pertahanan bersama di NATO dan mengritik kebijakan perbatasan terbuka bagi imigran di beberapa negara Uni Eropa.

Hari Rabu, setelah kemenangan Trump atas pesaingnya dari partai Demokrat Hillary Clinton, Juncker dan Presiden Dewan Eropa mengundangnya ke KTT Uni Eropa-Amerika untuk membahas berbagai isu termasuk terorisme dan Ukraina. [uh]

XS
SM
MD
LG