Tautan-tautan Akses

Demonstran Berunjuk Rasa di Luar Hotel Trump di Washington


Demonstran memegang spanduk saat protes di tengah kota Washington menentang presiden terpilih, Donald Trump, Sabtu, 12 November 2016.
Demonstran memegang spanduk saat protes di tengah kota Washington menentang presiden terpilih, Donald Trump, Sabtu, 12 November 2016.

“Jembatan, bukan tembok,” seru para demonstran di luar The Trump International Hotel di Washington Sabtu malam (12/11). Seruan itu mengacu pada janji presiden terpilih Donald Trump untuk membangun tembok di perbatasan selatan Amerika guna mencegah warga Meksiko, yang disebut Trump sebagai “penjahat” dan “pemerkosa”, memasuki Amerika.

Sabtu malam di ibukota Amerika, para demonstran mengadakan acara renungan dengan penyalaan lilin di depan Gedung Putih sebelum berpawai ke Pennsylvania Avenue menuju hotel itu, di mana mereka menutup lalu lintas dan mengeluarkan berbagai seruan lainnya, termasuk “Kami menolak presiden terpilih.” Lalu lintas di sekitar daerah unjuk rasa dialihkan oleh polisi.

Para demonstran juga turun ke jalan-jalan dan taman-taman di berbagai bagian lain Amerika, Sabtu. Lebih dari 2.000 orang berpawai dari Union Square di Manhattan ke Trump Tower, kediaman presiden terpilih dan tempat ia mengadakan pertemuan dengan tim transisinya.

Protes-protes lain telah direncanakan dan diatur di Facebook untuk beberapa hari mendatang di berbagai penjuru Amerika.

Para demonstran di New York membawa plakat yang antara lain bertulisan “Black Lives Matter” (Hidup Orang Kulit Hitam Berarti) dan "Not My President" (Bukan Presiden Saya). Setelah kampanye yang memecah belah bangsa, para demonstran mengatakan mereka khawatir kepresidenan Trump akan mengikis hak-hak sipil rakyat Amerika dan memicu kerusuhan.

“Saya tak dapat membiarkan Donald Trump memimpin negara ini dan mengajari anak-anak kita rasisme, seksime dan kefanatikan,” kata seorang demonstran, desainer busana Noemi Abad yang berusia 30 tahun. “Ia harus pergi, tak ada tempat bagi rasisme di tengah masyarakat Amerika.”

Sekitar 6 ribu demonstran berpawai di Los Angeles.

'Beri Trump kesempatan’

Manajer kampanye Trump, Kellyanne Conway, Sabtu mengatakan jika kandidat partai Demokrat Hillary Clinton menang pemilu dan para pendukung Trump memprotesnya, semua orang juga akan marah.

Conway mengimbau Presiden Barack Obama dan Clinton agar mendesak para demonstran untuk memberi kesempatan bagi presiden terpilih dan pemerintahannya.

Sejak protes dimulai hari Rabu, truk-truk besar bermuatan pasir diparkir di dekat pintu masuk apartemen Trump Tower sebagai langkah pengamanan. Polisi menghalangi para demonstran setidaknya dalam jarak satu blok dari bangunan itu.

Sementara itu walikota dan kepala kepolisian Portland, Oregon, Sabtu malam menyerukan agar situasi tenang setelah protes disertai kekerasan selama berhari-hari. Tetapi upaya mereka gagal. Ratusan demonstran turun ke jalan-jalan dan polisi berkali-kali melakukan penangkapan.

Di Jerman, Sabtu, ratusan warga Jerman dan Amerika berkumpul di Berlin di dekat Gerbang Brandenburg dan Kedutaan Amerika untuk memprotes terpilihnya Trump. Mereka mengatakan berbagai kebijakan yang dikemukakan Trump semasa kampanyenya, jika diterapkan semasa menjabat, merugikan hak-hak sipil dan perlindungan terhadap HAM.

Gelombang protes itu dimulai hanya beberapa jam setelah kemenangan mengejutkan Trump atas mantan menteri luar negeri Hillary Clinton dikukuhkan Rabu dini hari. Sejak itu demonstrasi berlangsung setiap hari di lebih dari 12 kota di Amerika.

'Imigran diterima baik di sini!'

Para demonstran di berbagai lokasi itu marah atas apa yang disebut sebagai pernyataan-pernyataan kontroversial Trump dalam kampanyenya, mengenai imigran, Muslim dan perempuan. Salah satu slogan yang mereka serukan adalah “Tak ada kebencian! Tak ada ketakutan! Imigran disambut baik di sini.”

Banyak di antara demonstran yang menyatakan berniat melanjutkan protes mereka pada minggu-minggu mendatang, bahkan hingga pelantikan presiden baru di Gedung Kongres Amerika di Washington pada 20 Januari.

Sementara itu, berbagai laporan muncul mengenai insiden rasis di sejumlah sekolah dan universitas, termasuk munculnya seruan “kulit putih berkuasa,” coretan-coretan antikulit hitam dan dalam beberapa insiden melibatkan bentrokan fisik.

Sejak terpilihnya Trump hari Selasa, berbagai laporan menunjukkan peningkatan insiden rasis dan kejahatan berlatar belakang kebencian di berbagai penjuru Amerika. The Southern Poverty Law Center, yang memantau kelompok-kelompok kebencian, mendokumentasikan lebih dari 200 insiden intimidasi dan perundingan berlatar belakang kebencian dalam tiga hari seusai pemilu.

Ancaman terhadap warga kulit hitam dan Muslim

Seorang mahasiswa University of Oklahoma diskors hari Sabtu karena mengeluarkan pesan-pesan rasis di media sosial, termasuk ancaman pembunuhan terhadap mahasiswa kulit hitam tingkat satu di University of Pennsylvania.

Selain itu, polisi di Ann Arbor, Michigan, menyelidiki ancaman terhadap seorang mahasiswi Muslim di dekat University of Michigan setelah perempuan itu mengatakan seorang lelaki mengancam akan membakarnya jika ia tidak membuka hijab yang dikenakannya.

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyatakan ada peningkatan ancaman dan serangan terhadap Muslim Amerika setelah pemilu, dan meminta Trump untuk berkomentar mengenai insiden-insiden itu. Semasa kampanyenya, Trump menyerukan larangan bagi Muslim memasuki Amerika dengan alasan keamanan. [uh]

XS
SM
MD
LG