Tautan-tautan Akses

Rokok Elektronik Lebih Berbahaya dari Perkiraan


Seorang perokok menghisap rokok elektronik Vape di Chicago. (Foto: Dok)
Seorang perokok menghisap rokok elektronik Vape di Chicago. (Foto: Dok)

Tingkat kandungan racun dari rokok elektronik dapat berfluktuasi sesuai suhu, jenis dan usia alat, menurut studi baru.

Meski tidak seberbahaya rokok biasa, rokok elektronik atau e-cigarettes, mengandung bahan kimia beracun yang tingkatnya beragam berdasarkan suhu, jenis dan usia alat.

Menurut sebuah studi baru yang dilakukan di​ Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley di California, menghisap rokok elektronik dapat membuat paru-paru perokok terpapar sejumlah senyawa yang mengganggu pernafasan dan karsinogen, seperti akrolein dan formaldehida.

Para peneliti juga menemukan bahwa tingkat bahan kimia beracun yang dikeluarkan rokok elektronik meningkat seiring penggunaan alat dan bersamaan dengan suhu internal.

Variasi tingkat racun juga terkait dengan jenis-jenis rokok elektronik, voltase baterai dan apakah alat memiliki satu atau dua kumparan pemanas.

Rokok elektronik diperkenalkan tahun 2004, disebut-sebut sebagai pengganti rokok biasa dengan dampak negatif yang hampir tidak ada. Popularitasnya dengan cepat meluas, terutama di kalangan generasi muda.

Banyak perokok yang sudah lama mengklaim rokok elektronik membantu mereka berhenti merokok. Namun menurut para peneliti, perokok hanya beralih ke campuran yang kurang berbahaya dari nikotin, propilen glikol dan gliserin yang terkandung dalam cairan rokok elektronik.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal Environmental Science and Technology.

Bulan Agustus, Administrasi Makanan dan Obat-obatanakan mulai meregulasi kandungan rokok elektronik, cerutu, gel nikotin dan produk-produk berbasis tembakau lainnya yang dijual di Amerika Serikat. [hd]

XS
SM
MD
LG