Tautan-tautan Akses

Ribuan Lilin dari Surabaya untuk Kesatuan Indonesia


Ribuan orang dari berbagai kelompok dan golongan di Surabaya, menggelar aksi 1.000 Lilin untuk NKRI di Jalan Pahlawan, Surabaya, Jumat 12/5. (VOA/Petrus)
Ribuan orang dari berbagai kelompok dan golongan di Surabaya, menggelar aksi 1.000 Lilin untuk NKRI di Jalan Pahlawan, Surabaya, Jumat 12/5. (VOA/Petrus)

Ribuan orang dari berbagai kelompok dan golongan di Surabaya, menggelar aksi 1.000 Lilin untuk NKRI di Jalan Pahlawan, Surabaya. Aksi ini merupakan bentuk keprihatinan atas matinya keadilan dan lemahnya negara menghadapi kelompok-kelompok yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Aksi serupa juga dilangsungkan di Medan dan Palembang.

Lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di Jalan Pahlawan, di depan Kantor Gubernur Jawa Timur dan halaman monumen Tugu Pahlawan di Surabaya, Jumat (12/5) malam. Ribuan orang yang mayoritas berpakaian merah dan putih itu bernyanyi dengan semangat dan khidmat, sambil membawa lilin yang menyala di tangannya.

Yohanes Sastra, warga Surabaya yang ikut dalam aksi ini mengatakan, aksi 1.000 lilin untuk NKRI ini merupakan bukti bahwa masyarakat masih menghendaki kerukunan antar umat dan warga bangsa, dengan tetap mempertahankan 4 pilar bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Bhinneka Tunggal Ika.

“Aksi ini hanya mau menunjukkan kerukunan umat bangsa kita, bahwa kita masih mencintai NKRI, UUD 1945 dan Pancasila. Ada keprihatinan karena ada kelompok-kelompok tertentu itu yang ingin mengubah Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila itu,” ujar Yohanes​.

Penyalaan lilin untuk NKRI menurut Romo Agustinus Tri Budi Utomo, dari Keuskupan Surabaya, merupakan lambang masih menyalanya nurani masyarakat Indonesia yang harus tetap dijaga dari ancaman manapun.

“Menurut saya lilin-lilin ini lambang dari nurani yang mestinya dijaga dan menyala. Nah pada saat seperti ini, mereka semua adalah pasti orang-orang yang tidak mau tidak ambil bagian, karena ingin menyuarakan ini, dan ini sebenarnya merepresentasikan nurani masyarakat,” kata Agustinus.

Peserta aksi 1.000 Lilin untuk NKRI di Jalan Pahlawan, Surabaya, Jumat. (VOA/Petrus).
Peserta aksi 1.000 Lilin untuk NKRI di Jalan Pahlawan, Surabaya, Jumat. (VOA/Petrus).

Selain menyanyikan lagu-lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Kebyar-kebyar, Padamu Negeri, Indonesia Pusaka, dan Rayuan Pulau Kelapa, aksi ini juga diisi dengan orasi kebangsaan, pembacaan puisi, pembacaan doa dari 6 agama dan aliran kepercayaan, serta pembacaan Deklarasi Arek Suroboyo Peduli NKRI, dan Sumpah Pemuda.

Dosen dan pakar radikalisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Ahmad Zainul Hamdi mengatakan, gelombang masyarakat yang melakukan aksi semacam ini merupakan wujud jenuhnya mayoritas masyarakat yang selama ini diam, terhadap aksi radikalisme yang banyak memenuhi ruang-ruang publik.

“Masih banyak orang yang selama ini diam, itu sebetulnya harinya menginginkan Indonesia itu menjadi rumah bersama yang damai, yang nyaman. Tapi selama ini ruang publik itu selalu didominasi oleh kelompok-kelompok radikal yang penuh kebencian, dan mereka dalam beberapa hal berhasil menekan negara. Maka ini adalah gelombang masyarakat yang sekalipun diorganisir, tapi karena kita memiliki perasaan yang sama, ya jadi. Masyarakat kita itu sudah jenuh,” tukas Ahmad.

Ahmad Zainul Hamdi tidak menampik bahwa aksi ini juga merupakan bentuk solidaritas terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang telah menjadi korban diskriminasi dari kelompok-kelompok yang intoleran dan radikal, yang selama ini banyak dibiarkan oleh negara.

“Saya kita Ahok itu kan hanya simbol, simbol dari bagaimana orang yang selama ini bekerja dengan sangat baik, berasal dari etnis yang selama ini dalam sejarahnya itu menjadi korban diskriminasi, dan ketika kemudian kita menginginkan Indonesia baru, Indonesia yang lebih adil, lebih terbuka, yang tidak diskriminatif, tapi ternyata kemudian Ahok ini menjadi sosok, yang menjadi korban dari apa yang kita sebut sebagai bangkitnya kelompok Islam radikal yang diskriminatif itu, dan lemahnya negara,” imbuhnya.

Aksi menyalakan lilin ini juga dilangsungkan di Jombang-Jawa Timur, Medan-Sumatera Utara dan Palembang-Sulawesi Selatan. Menurut informasi kota-kota lain juga akan melangsungkan aksi serupa secara serempak Sabtu malam (13/5). [pr/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG