Tautan-tautan Akses

Ratusan Ribu Pengguna Komputer Masih Rentan Serangan 'Ransomware'


Screenshot sebuah monitor komputer di Beijing yang terkena serangan "ransomware", Sabtu 13/5 (foto: ilustrasi).
Screenshot sebuah monitor komputer di Beijing yang terkena serangan "ransomware", Sabtu 13/5 (foto: ilustrasi).

Para pakar keamanan di dunia maya – atau dikenal sebagai “cybersecurity” – memperingatkan bahwa ratusan ribu pengguna komputer masih rentan menyusul serangan virus berskala besar yang melibatkan virus yang disebut sebagai “ransomware”, yang telah menyerang situs-situs perusahaan dan pemerintahan di seluruh dunia.

Badan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) adalah salah satu organisasi yang paling terkena dampak serangan itu. Pasien-pasien menyampaikan kemarahan mereka karena perawatan penting terpaksa ditunda, sementara klinik dan rumah sakit tutup.

“Mereka membatalkan operasi karena komputer tidak berfungsi. Ini menjijikkan,” keluh seorang pasien.

James Tedman – penasehat resiko keamanan di dunia maya di ACA Aponix – mengatakan virus “ransomware” menarget komputer yang masih menggunakan piranti lunak Microsoft Windows XP yang sudah ketinggalan jaman.

“Saat ini 5% mesin NHS diketahui masih menggunakan Windows XP. Dan hal ini juga masih terjadi di sejumlah besar organisasi dan rumah di seluruh dunia. Faktanya, meskipun pengguna Windows XP di Amerika hanya 2%, jika kita melihat kawasan seperti Afrika dan Asia, jumlahnya jauh lebih tinggi. Di Afrika, saya yakin 11% orang masih menggunakan Windows XP,” ujar Tedman.

Kementerian Dalam Negeri Rusia juga terkena dampak yang cukup parah, sementara produksi mobil di pabrik Renault – Perancis terpaksa ditangguhkan.

Di Jepang, raksasa teknologi Hitachi dan paberik mobil Nissan juga diserang. Sementara di negara-negara lain, diyakini ribuan individu terkena dampak virus jenis ‘’ransomware’’ yang disebut ‘’wannacry’’.

Virus itu akan mengunci arsip dan dokumen pengguna, dan menuntut pembayaran 300 dolar Amerika supaya bisa mengakses kembali arsip tersebut.

Konsultan keamanan Bom Sampson membandingkan virus itu dengan pencuri yang masuk ke rumah kita.

“Serangan dunia maya ini bisa dianalogikan dengan pencuri yang masuk rumah dan kabur. “Saya tidak bisa melihat barang-barang ini ada harganya bagi saya, tetapi yang bisa saya lakukan adalah menaruh semua pernak-pernik dan foto-foto pribadi ini dalam peti lalu digembok kuat. Jadi kalau orangnya pulang, mereka akan mendapati semua barangnya berada dalam peti yang digembok itu yang ditempeli pesan yang mengatakan “bayar tebusan dan saya akan buka gembok peti ini untuk Anda,” paparnya.

Penyebaran virus ini tampaknya berhasil dihentikan setelah seorang pakar keamanan dunia maya di Inggris secara tidak sengaja memicu apa yang disebut sebagai “kill switch”.

“Tetapi mungkin akan ada virus baru yang akan dikeluarkan para peretas yang mirip dengan “wannacry”, tetapi sedikit berbeda dengan yang telah kita lihat. Hal terbaik yang bisa dilakukan orang sekarang adalah menanamkan investasi untuk mendidik pengguna sistem komputer. Pastikan mereka memahami bagaimana virus-virus ini masuk ke dalam sistem, baik hanya karena membuka situs-situs yang tidak aman, membuka email-email sampah, atau email yang sudah tertular virus,” tambah Sampson.

Kerugian finansial akibat “ransomware” ini sangat besar dan terus meningkat setiap tahun, ujar James Tedman di ACA Aponix.

Ia menambahkan, “FBI menggambarkan serangan ini sebagai salah satu gelombang kejahatan terburuk dalam sejarah moderen manusia. Tahun lalu kejahatan dunia maya merupakan industri bernilai satu miliar dolar. Jadi ini memang bisnis yang sangat besar, dan tampaknya tidak akan berakhir dalam waktu cepat. Faktanya serangan malah akan semakin memburuk.”

Sejumlah pakar mengingatkan bahwa sterotype peretas remaja seorang diri telah digantikan oleh kelompok penjahat canggih yang menarget jutaan pengguna. [em/al]

XS
SM
MD
LG