Tautan-tautan Akses

Ramadan dalam Karantina Akibat Corona di AS


Ilustrasi. Muslim membagikan makanan saat mereka menunggu untuk berbuka puasa di luar masjid selama bulan suci Ramadhan, di Manama, Bahrain. (Foto: Reuters/Hamad I Mohammed)
Ilustrasi. Muslim membagikan makanan saat mereka menunggu untuk berbuka puasa di luar masjid selama bulan suci Ramadhan, di Manama, Bahrain. (Foto: Reuters/Hamad I Mohammed)

Presiden AS Trump memperpanjang perintah untuk diam di rumah sampai 30 April, dan memperkirakan masa pemulihan pasca pandemi virus corona baru bisa dimulai 1 Juni. Itu berarti, masjid-masjid akan tetap tutup selama Ramadan, bahkan mungkin sampai Idul Fitri. Namun, Muslim Indonesia bertekad memeriahkan Ramadan walaupun tanpa buka puasa bersama atau tarawih di masjid.

Banyak Muslim di Amerika terpana ketika mendengar keputusan Presiden Donald Trump awal pekan ini.

“Kami akan memperpanjang perintah ini sampai 30 April, guna memperlambat penyebaran," kata Trump.

Permulaan bulan suci Islam Ramadhan tergantung pada siklus bulan (Foto: VOA)
Permulaan bulan suci Islam Ramadhan tergantung pada siklus bulan (Foto: VOA)

Setelah berjalan 15 hari, Presiden Trump memutuskan memperpanjang perintah agar orang di Amerika tetap di rumah selama satu bulan lagi, sampai 30 April. Keputusan itu diambil Trump mengingat banyaknya korban yang tertular, dan meninggal akibat pandemi virus corona, sementara situasi tampaknya tidak akan lebih baik dalam waktu dekat dan Amerika mencatat korban meninggal paling banyak akibat COVID-19.

Anthony Fauci, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular, yang juga anggota gugus tugas virus corona Gedung Putih, bahkan memperkirakan kematian akibat virus jenis baru corona di Amerika bisa mencapai antara 100 ribu dan 200 ribu.

Setelah menyampaikan keputusan itu, Trump menambahkan, ia memperkirakan proses pemulihan pasca pandemi tidak bisa segera, dan baru akan dimulai 1 Juni.

Arif Mustofa, President Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) –asosiasi Muslim Indonesia di Amerika di kawasan metro Washington DC, menanggapi keputusan Trump.

“Walaupun keputusannya sampai akhir April, kita khawatir tetap ada perpanjangan setelah itu karena grafiknya belum tentu turun. Jadi, memang ekspektasinya sampai bulan Juni," kata Arif.

Banyak Muslim bereaksi sedih dan juga prihatin atas keputusan Trump. Tidak sampai tiga minggu lagi umat Islam akan berpuasa Ramadan, bulan di mana Muslim memperbanyak ibadah dan datang ke masjid.

Perpanjangan perintah diam di rumah berarti masjid-masjid akan tetap tutup, tidak akan ada acara berbuka puasa bersama, tidak akan ada sholat tarawih, tidak akan ada i’tikaf, bahkan kemungkinan juga tidak akan ada sholat Idul Fitri.

Walaupun begitu Arif Mustofa tetap optimistis bisa memeriahkan Ramadan. Menurutnya, tidak ada social distancing. Anggotanya justru semakin dekat secara sosial berkat media sosial. Ia malah menyatakan ada hikmah dari apa yang terjadi karena anggota keluarga justru kumpul dan mengisi Ramadan bersama di rumah.

In syaa Allah kita memeriahkan Ramadan. Ada program-program yang sudah kita siapkan. Kalau sebelumnya secara fisik kita ketemu, kita akan menggunakan fasilitas zoom," kata Arif Mustofa.

"Justru, ghirah (semanngat-red) Ramadan ini tidak boleh putus. Ghirah Ramadan harus tetap seperti biasa kita rasakan walaupun iftar-nya mungkin kita tidak seperti biasanya, semangat Ramadannya harus tetap. Itu yang akan kita pelihara," lanjutnya.

Meskipun Muslim senantiasa salat setiap saat namun mereka menjadi lebih taat dengan ritual keagamaan mereka selama Ramadhan, 8 Mei 2019. (Foto: VOA / H. Elrasam)
Meskipun Muslim senantiasa salat setiap saat namun mereka menjadi lebih taat dengan ritual keagamaan mereka selama Ramadhan, 8 Mei 2019. (Foto: VOA / H. Elrasam)

IMAAM, kata Arif, sudah membentuk panitia Ramadan dan Idul Fitri. Begitu masjid dibuka lagi, mereka langsung bisa bekerja. Panitia bahkan sudah memesan tempat sholat Idul Fitri walaupun belum mendapat kepastian karena pemerintah lokal menunggu sampai situasi atas pandemi ini menjadi lebih jelas.

Sejauh ini, anggota IMAAM mencurahkan kebingungan mereka ke Fahmi Zubir Zakaria, imam masjid IMAAM Center. Dalam ceramah virtual, Fahmi membeberkan apa yang bisa atau harus jemaah lakukan bila tidak ke masjid selama Ramadan.

Sedangkan untuk Idul Fitri, Fahmi meyakinkan jemaah bahwa mereka bisa mendapat pahala sholat Eid karena selama beberapa tahun ini mereka selalu melakukannya.

“Sholat Eid itu sunnah. Na’udzubillahi min dzalik, ternyata tahun ini tidak ada sholat Eid. Tetap kita mendapat pahala sholat Eid," kata Fahmi.

Pesan serupa disampaikan Adi Susmono, tokoh Muslim diaspora Indonesia di Los Angeles. “Beribadah di masjid atau di rumah, pahalanya sama. Yang penting, terus beribadah,” cetusnya.

Sedangkan Aji Djumena, ketua pengurus Al Hikmah, masjid komunitas Muslim Indonesia di kota New York, mendukung keputusan Presiden Trump mengingat kota New York sejauh ini adalah pusat wabah virus corona di Amerika.

"Suatu brilliant idea untuk segera lenyapnya COVID-19 di New York," kata Aji.

Sebagai muslim, Aji mengaku kecewa karena tidak akan bisa aktif ke masjid selama Ramadan mendatang.

Salat Tarawih di masjid IMAAM Center selama bulan Ramadhan. (Foto: VOA/Eva M.)
Salat Tarawih di masjid IMAAM Center selama bulan Ramadhan. (Foto: VOA/Eva M.)

“Menghadapi bulan Ramadan, memang mengecewakan sekali untuk kita," tukas Aji.

Tetapi, dengan bantuan media sosial, ia menyatakan semua kegiatan akan tetap berjalan. Ia juga mengingatkan adalah sunah Nabi Muhammad untuk diam di rumah selama terjadi wabah.

Dewan Fiqih Amerika Utara belum menetapkan 1 Ramadan maupun 1 Syawal tahun ini. Namun umumnya organisasi Islam di Amerika sudah bersiap menyambut 1 Ramadan pada 24 April dan 1 Syawal atau Idul Fitri pada 24 Mei 2020. [ka]

XS
SM
MD
LG