Tautan-tautan Akses

Radius Kawasan Bahaya Merapi Dipersempit


Suasana di daerah Cangkringan, Yogyakarta (31 Oktober 2010). Mulai 14 November, radius rawan dipersempit menjadi 10 km di sejumlah daerah.
Suasana di daerah Cangkringan, Yogyakarta (31 Oktober 2010). Mulai 14 November, radius rawan dipersempit menjadi 10 km di sejumlah daerah.

Mulai hari Minggu, 14 November, kawasan rawan bencana dipersempit dan pengungsi dari radius 20 km diperbolehkan pulang.

Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah hingga kini masih berlanjut, namun terhitung mulai hari Minggu (14 November) kawasan rawan bencana untuk Klaten dan Boyolali dipersempit menjadi 10 kilometer, Magelang 15 kilometer, dan Sleman Yogyakarta tetap 20 kilometer dari puncak Merapi.

Sementara itu, lebih dari 10-ribu pengungsi di Klaten sejak hari Sabtu, 13 November sudah meninggalkan pengungsian.

Kepala Badan Pengembangan dan Penelitian Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo mengatakan, berdasarkan analisis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, daerah ancaman letusan Gunung Merapi sejak 7 November semakin menyempit. Ancaman utama berupa awan panas terutama masih mengarah ke sungai Gendol atau kearah Sleman Yogyakarta dengan jarak luncur mencapai 10 kilometer lebih, sedang kearah lain jarak luncurnya hanya sekitar 4 kilometer.

Terhitung mulai hari Minggu 14 November, radius kawasan bahaya letusan Merapi diubah sesuai dengan tingkat ancamannya.

“Karena ancamannya sudah menurun dan menyempit maka dipertimbangkan untuk mengurangi daerah ancaman ya, itu untuk kabupaten Klaten dan Boyolali dalam radius 10 kilometer dan ancaman daerah Magelang 15 kilometer sedangkan Sleman (Yogyakarta) masih tetap 20 kilometer dari puncak gunung Merapi,” jelas Subandriyo.

Djoko Rukminto, koordinator lapangan untuk penanganan pengungsi wilayah Kabupaten Klaten, mengatakan, jumlah awal pengungsi di Klaten sekitar 5.000 orang, berasal dari warga yang tinggal dalam radius 10 kilometer dari puncak Merapi. Namun, sejak kawasan aman ditetapkan menjadi 20 kilometer, jumlah pengungsi membengkak menjadi 114.000 orang yang tersebar di 28 kecamatan.

Sejak hari Sabtu (13 November), sudah sekitar 10.000 pengungsi yang berasal dari radius 20 kilometer sudah meninggalkan tempat-tempat pengungsian.

Para pengungsi bayi dan balita terhindar dari diare karena ditangani secara khusus, terutama pemberian ASI eksklusif.
Para pengungsi bayi dan balita terhindar dari diare karena ditangani secara khusus, terutama pemberian ASI eksklusif.

“Para pengungsi dadakan tadi sekarang sekarang sudah bisa memahami apa yang dimaksud radius 20 kilometer. Disamping itu (mereka) sudah tidak lagi mendengar suara gemuruh dari Merapi. Ini mereka merasa aman di atas, akhirnya kembali ke rumah masing-masing,” ungkap Djoko Rukminto.

Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, menurut Djoko Rukminto, sudah menetapkan periode tanggap darurat selama satu bulan, terhitung sejak letusan Merapi tanggal 26 Oktober yang lalu.

Bagi pengungsi, hanya satu yang mereka inginkan yaitu bisa segera pulang ke rumah. Seperti dituturkan pak Karno asal dusun Talun yang letaknya empat kilometer dari puncak Merapi.

“Cuci mandi semua sudah dipenuhi, makan juga penuh, rencana berikutnya bisa cepat kembali dari pengungsian,” ujar Karno.

Di Klaten, bantuan bagi para pengungsi berupa susu formula tidak dibagikan sebagai upaya menyukseskan program pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi dan balita. Klaten merupakan satu-satunya kabupaten di Indonesia yang memiliki Peraturan Daerah tentang ASI Ekslusif.

Sri Budiati, seorang bidan yang bertugas menjadi relawan yang mengurusi Makanan Pendamping ASI mengatakan, para relawan yang terdiri dari bidan, dokter, ahli gizi dan kader kesehatan setiap hari membuatkan menu khusus bagi 2.000 lebih bayi dan balita.

“Jadi justru disinilan kesempatan kami untuk mengawal ibu-ibu, untuk menanyakan bagaimana ibu menyusui,kemudian bagaimana ibu memberikan makanan hari ini,” kata Sri Budiati.

Hasilnya, tidak ditemukan kasus diare atau penyakit dikalangan bayi dan balita yang menjadi pengungsi di sana.

XS
SM
MD
LG