Tautan-tautan Akses

Program Televisi "Dangdut in America" Tayang di TVRI


Salah satu peserta kompetisi Dangdut in America, Sir Diamond bersama juri Sania dan Catherine Short.
Salah satu peserta kompetisi Dangdut in America, Sir Diamond bersama juri Sania dan Catherine Short.

Warga Amerika menyanyi dangdut dan ikut kompetisi "Dangdut in America" yang berlangsung di beberapa kota di Amerika awal tahun ini. Acara ini ditayangkan di TVRI setiap Sabtu pukul 22.00 mulai 11 Oktober 2014.

Abdul Wali, tampak tersenyum senang ketika Ani Hartini, salah satu juri kompetisi Dangdut In America memujinya. “You are great”, puji mbak Ani yang mantan vokalis group legenda dangdut, Ken Dedes.

“Chinntaaaa…..aa..aaa…”, lagi-lagi Abdul yang berkulit hitam dan berbadan besar mirip legenda penyanyi Indonesia Farid Harja, mencoba cengkokan tone suara mbak Ani. Dan, jadilah nada minor cengkok melayu rasa jazz campur blues. “You give me time, I will learn it from you”, ujar Abdul yang penasaran ingin menyanyi dangdut.

Abdul tidak sendirian, lebih dari 70 penyanyi Amerika dengan berbagai genre seperti hip-hop, gospel, country, rock hingga opera, beradu skill mencoba menyanyikan lagu dangdut di ajang kompetisi pencarian bakat penyanyi dangdut asal Amerika. Audisi digelar di kota New York, Philadelphia, Washington D.C. dan Wilmington (Delaware). Mereka datang dari berbagai latar belakang dan profesi, mulai dari mahasiswa, guru musik, penyanyi café hingga ke ibu rumah tangga. Salah satu juri program ini adalah Sania, penyanyi pop dan soul Indonesia yang beken dengan hits “Santai” di awal tahun 2000an. “Program ini keren banget, idenya bagus. Pokoknya kita harus populerkan musik dangdut di Amerika,” ujar Sania yang khusus datang dari Jakarta ke Amerika untuk menjadi juri Dangdut In America. Sania sempat terkagum-kagum dengan suara Freddy Kim, mahasiswa keturunan Korea-Amerika yang mampu menyanyikan lagu-lagu bernada sopran dengan high tone. “Fredy, you have a great talent. Have you heard about dangdut before?” tanya Sania. “No, but I would like to learn,” jawab Fredy sambil terlihat demam panggung. Beberapa kali, agar jiwa dangdut lebih terasa, Sania naik panggung mengajak peserta untuk bergoyang dangdut. “Saya salut usaha mereka menyanyi dangdut, bayangin denger dangdut saja nggak pernah lho,” tambah Sania.

Rafki dan salah satu peserta kompetisi Dangdut in America, City.
Rafki dan salah satu peserta kompetisi Dangdut in America, City.

Inilah cuplikan suasana Audisi Dangdut In America yang berlangsung selama bulan April 2014 di pantai Timur Amerika Serikat. Dangdut In America adalah sebuah ajang kompetisi menyanyi untuk mencari penyanyi dangdut asal Amerika. "Amerika dikenal mempunyai berbagai genre musik, seperti Hip-hop, Jazz, Blues dan Country. Lalu muncul pengaruh musik dari Latin dari negara-negara Mexico, Brazil dan Argentina. Nah sekarang giliran musik dangdut dari Indonesia yang akan tampil di Amerika," ujar Rissa Asnan, promotor dan produser musik dari NSR Entertainment di Delaware yang mempunyai ide kompetisi ini sejak tahun 2007. Konsep Dangdut In America ini pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia atau MURI. Termasuk dengan dirilisnya album Dangdut In America pertama dengan penyanyi Arreal Tillghman. Selain Sania dan mbak Ani, juri lainnya adalah Rissa Asnan dan Catherine Short de Arce, penyanyi opera dan pengajar musik terkenal dari Delaware yang sedang mempelajari jenis musik dangdut. Rencananya, kompetisi ini akan tayang di TVRI dengan format reality show, berdurasi 60 menit sebanyak 6 episode, setiap hari Sabtu malam, mulai 11 Oktober 2014 di TVRI, pukul 22.00 s/d 23.00 WIB. "Ini adalah program yang unik dan menarik. Belum pernah ada di stasiun televisi manapun. TVRI mendukung program ini agar musik dangdut semakin dikenal di Amerika," ungkap ibu Tuty Purwaningsih, Kepala Program Kerjasama Produksi dan Siaran Luar Negeri TVRI.

Produksi televisi dilaksanakan oleh tim Pop Culture TV, Voice Of America (VOA) yang saat ini memproduksi berbagai program dan kisah Pop-Culture untuk stasiun televisi Indonesia seperti Dahsyat, Insert, Was-was, Obsesi, VOA Pop News dan Muslim Di Rantau. "Ini tantangan baru dan seru, menyutradarai program musik dangdut dengan penyanyi orang-orang Amerika yang tidak mengerti bahasa Indonesia. Kita akan menggunakan desain produksi serealitis mungkin, tanpa ada rekayasa," kata Naratama, sutradara Dangdut In America yang pernah menyutradarai berbagai progam reality dan musik seperti Joe Millionaire Indonesia, Klakustik, Akustik Plus, liputan VOA di American Music Awards, Country Music Awards dan Red Carpet - Piala Oscar di Hollywood, LA. “Dangdut In America, syuting dengan sistem multikamera yang kita set-up di setiap kota,” tambah Naratama.

Final kompetisi ini dilangsungkan di sebuah studio bersejarah di Amerika, Sigma Studio, di kota Philadelphia. Studio ini sering dipakai rekaman oleh para musisi papan atas seperti Billi Joel, Justin Timberlake dan Miley Cyrus. Untuk menentukan juara, para finalis diwajibkan untuk menyanyi satu lagu dangdut dengan bahasa Indonesia. Mereka akan dibantu oleh dua orang pelatih dari juri yaitu Sania dan Mbak Ani. Dan yang paling menarik, pemenang Dangdut In America akan dibawa tour konser ke Indonesia untuk tampil bersama musisi Dangdut Papan Atas dan ditayangkan di TVRI.

Dangdut goes America, stay tuned and don’t miss it!

XS
SM
MD
LG