Tautan-tautan Akses

Prabowo Masih Dianggap Penantang Terkuat Jokowi


Indikator merilis survei nasional "Dinamika Elektroral Jelang Pilpres dan Pileg Serentak 2019" di kantornya, 3 Mei 2018. (Foto: VOA/Fathiyah)
Indikator merilis survei nasional "Dinamika Elektroral Jelang Pilpres dan Pileg Serentak 2019" di kantornya, 3 Mei 2018. (Foto: VOA/Fathiyah)

Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto masih dianggap sebagai penantang terkuat Presiden Joko Widodo pada pemilihan umum tahun depan. Survei Indikator Politik Indonesia (Indikator) menunjukkan hal ini.

Dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (3/5), Direktur Eksekutif Indikator Burhanudin Muhtadi mengatakan dalam survei nasional yang dilakukan pada akhir Maret 2018, responden ditanya mengenai calon presiden yang akan dipilih jika pemilu 2019 digelar hari ini, namun responden tidak diberi pilihan jawaban apapun. Hasilnya : 39,9 persen memilih Jokowi dan 12,1 persen memilih Prabowo.

Sementara persentase bagi nama-nama lain tidak mencapai satu persen. Meskipun demikian, sekitar 41,4 persen responden tidak bisa memilih dengan pertanyaan spontan.

Burhanudin menambahkan saat disodorkan daftar nama kandidat presiden atau survei semi terbuka maka 51,9 persen responden memilih Jokowi dan 19,3 persen memilih Prabowo.

Elektabilitas Jokowi menjadi 56,5 persen ketika nama dikerucutkan menjadi lima: Jokowi, Prabowo, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Anies Baswedan. Sedangkan Prabowo meraup 24,2 persen suara. Nama-nama lainnya tak lebih dari 5 persen, sementara yang tidak menjawab mencapai 9,5 persen.

Menurut Burhanudin, Jokowi dan Prabowo juga masih menjadi yang teratas saat simulasi empat nama dan tiga nama. Ketika satu lawan satu, Jokowi meraup 60,6 persen dan 29 persen responden memilih Prabowo.

"Belum apa-apa saja, belum memanaskan mesin saja, Pak Prabowo sudah mendapat hampir 30 persen. Kalau Pak Jokowi kan udah muter-muter dari Aceh sampai Papua, 60,6 persen," kata Burhanudin.

Lebih lanjut Burhanudin mengungkapkan saat simulasi 11 nama cawapres Jokowi diajukan, tanpa memasukkan nama Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo, maka nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melejit. Sekitar 22,4 persen responden memilih AHY, 10,5 persen memilih Sri Mulyani, dan Mahfud MD 8,4 persen.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang juga politisi senior Partai Golongan Karya Bambang Soesatyo yakin dalam pemilihan umum 2019 hanya akan ada dua calon bertarung, yakni Jokowi dan Prabowo. Karena itu, dia berharap rakyat Indonesia tidak terbelah dan tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa.

Meskipun berdasarkan survei Indikator, Golkar berada di urutan ketiga (14,4 persen), di bawah gerindra (18 persen), dan PDIP (27,7 persen); Bambang tetap yakin Golkar bisa menyalip di detik-detik akhir.

"Kami meyakini bahwa kami bisa tampil di posisi semula, yaitu nomor dua. Banyak trik belum bisa kita buka ke publik untuk mengatasi tikungan terakhir tadi," kata Bambang.

Politikus PDI-P Maruarar Sirait mengatakan partai-partai harus mengikuti cara PDIP melakukan pengkaderan calon pemimpin, seperti yang dilakukan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri, yang mendidik Jokowi menjadi pemimpin sejak belasan tahun lalu dengan mempersiapkan Jokowi menjadi wali kota Solo. Karena itulah, lanjut Maruarar, wajar saja Jokowi identik dengan PDIP.

Maruarar menekankan ada dua figur yang menyebabkan PDIP diprediksi meraih suara terbanyak pada pemilihan umum tahun depan, seperti hasil survei Indikator, antara lain karena PDI-P memiliki sosok Megawati yang tidak hanyamempersatukan partai dari dalam, tetapi juga di kalangan pendukung partai berlambang kepala banteng itu.

Prabowo Masih Dianggap Penantang Terkuat Jokowi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:00 0:00

Sosok kedua yang berpengaruh adalah Jokowi sendiri, yang menurut survei Indikator, perolehan suaranya lebih besar ketimbang PDI-P. Maruarar mengatakan kuatnya pamor Jokowi itu dapat mendorong para pemilih partai lain mencoblos Jokowi ketika pemilihan presiden.

"PDI Perjuangan 28 persen, suara Jokowi sendiri 51 persen. Artinya ada 23 persen dari partai lain yang memilih partai lain pada pemilihan legislatif tapi memilih Jokowi dalam pemilihan presiden," kata Maruarar.

Survei Indikator juga menangkap kepuasan atas kinerja Jokowi sebagai presiden. Sebanyak 71 persen menyatakan puas, sementara 27,3 persen tidak puas. Sisanya 1,5 persen tidak menjawab. Dalam survei itu terungkap pula bahwa 72,5 persen responden yakin dengan kepemimpinan Jokowi. Adapun 20,9 menyatakan tidak yakin. Sebanyak 6,6 persen tidak menjawab.

Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka atas 1.200 responden pada 25 Maret-31 Maret 2018. Populasi survei yakni warga Indonesia yang punya hak pilih, berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah. Sementara itu tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin of error plus minus 2,9 persen. [fw/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG