Tautan-tautan Akses

PM Israel Desak Negara Adidaya Tak Berhubungan dengan Rezim Iran


Perdana Menteri baru Israel, Naftali Bennett
Perdana Menteri baru Israel, Naftali Bennett

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett hari Kamis (24/6) mengatakan ia “akan lebih suka jika dunia memahami” bahwa negara-negara adidaya “jangan berhubungan” dengan rezim Iran.

Berbicara dalam sebuah upacara kelulusan untuk pilot Angkatan Udara Israel yang baru, Bennett menggambarkan kepemimpinan Iran sebagai “rezim yang kejam dan fanatik, yang telah memilih seorang algojo dari Teheran sebagai presiden.”

Ditambahkannya, dialog dengan “teman-teman” berlanjut karena “rasa saling menghormati yang mendalam,” tetapi “pada akhirnya nasib kita ada di tangan kita sendiri.”

Bennet hari Minggu lalu (20/6) juga mengecam presiden Iran yang baru terpilih dan menyerukan kepada negara-negara adidaya untuk “membuka mata” akan bahaya menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran.

Kepala pengadilan yang berasal dari kelompok garis keras, Ebrahim Raisi, hari Sabtu (19/6) terpilih dengan meraih 62% suara di tengah rendahnya jumlah pemilih. Sebelumnya Amerika telah menjatuhkan sanksi terhadap Raisi, sebagian atas keterlibatannya dalam eksekusi massal ribuan tahanan politik pada tahun 1988 atau pada akhir Perang Iran-Irak. Raisi belum mengomentari secara khusus pernyataan Bennett dalam acara itu.

Selama beberapa minggu terakhir ini diplomat-diplomat Iran dan Amerika merundingkan kembali kesepakatan untuk menghidupan kembali perjanjian nuklir di Wina, melalui mediasi Eropa. Pembicaraan dilanjutkan hari Minggu (19/6) lalu, putaran pertama sejak pemilu presiden Iran yang membuat kelompok garis keras Iran menguasai kendali di seluruh pemerintahan.

Israel dengan tegas menentang perjanjian nuklir yang penting itu dan menyambut baik keputusan pemerintahan Donald Trump sebelumnya yang secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut. Sejak mundurnya Amerika pada tahun 2018 itu dan pemberlakuan kembali sanksi-sanksi ekonomi terhadap negara itu, Iran tidak lagi mematuhi perjanjian soal batasan pengayaan uranium.

Iran saat ini memperkaya uranium pada tingkat tertinggi yang pernah ada, meskipun belum mencapai tingkat pembuatan senjata nuklir. [em/jm]

XS
SM
MD
LG