Perdana Menteri Ethiopia Meles Zenawi meninggal dunia pada usia 57 tahun, setelah spekulasi berbulan-bulan mengenai kesehatannya. Televisi pemerintah mengumumkan meninggalnya Meles, Selasa, seraya menyatakan ia meninggal karena infeksi mendadak Senin larut malam, di rumah sakit di luar negeri.
Berbicara kepada VOA, jurubicara pemerintah Bereket Simon tidak bersedia menyebutkan di mana Meles meninggal, atau mengungkapkan penyakit yang menyebabkan ia dirawat di rumah sakit. Meles tidak tampil di hadapan umum selama hampir dua bulan ini.
Bereket mengatakan Deputi Perdana Menteri Hailemariam Desalegn akan menjadi penjabat perdana menteri. Ia mengatakan jenazah Meles akan tiba di Ethiopia hari Selasa, dan para pejabat sedang menyusun rencana pemakamannya.
Meles memimpin negaranya selama 20 tahun lebih, setelah aliansi pemberontak yang ia pimpin, Front Demokratik Revolusioner Rakyat Ethiopia (EPRDF) merebut kekuasaan pada tahun 1991.
Meles mendapat pujian internasional karena perbaikan-perbaikan di bidang ekonomi, pendidikan dan layanan kesehatan. Tetapi kelompok-kelompok hak asasi mengritik tajam Meles karena berbagai pelanggaran, termasuk pembatasan terhadap media independen.
Di bawah pemerintahan Meles, Ethiopia menghadapi perang perbatasan dengan Eritrea dan mengirim tentara ke Somalia untuk memerangi militan Islamis.
Sementara itu, Menteri Komunikasi Ethiopia menyatakan tidak ada kekhawatiran mengenai masa depan negara setelah meninggalnya Perdana Menteri Meles Zenawi, yang memimpin Ethiopia selama 20 tahun lebih.
Menteri Bereket Simon mengatakan kepada VOA bahwa para pemimpin kompak dan pemerintah tetap kuat. Ia menepis kekhawatiran mengenai kekosongan kekuasaan.
Jurubicara pemerintah itu mengatakan penjabat Perdana Menteri
Dalam pernyataan hari Selasa, kelompok pemberontak di kawasan Ogaden, Ethiopia, menyatakan kematian Meles dapat mengarah pada stabilitas dan perdamaian yang lebih besar.
Front Pembebasan Nasional Ogaden (ONLF) menyebut mendiang perdana menteri sebagai “diktator” yang menyebabkan “penderitaan yang tidak terbayangkan” terhadap rakyat Ogaden.
Berbicara kepada VOA, jurubicara pemerintah Bereket Simon tidak bersedia menyebutkan di mana Meles meninggal, atau mengungkapkan penyakit yang menyebabkan ia dirawat di rumah sakit. Meles tidak tampil di hadapan umum selama hampir dua bulan ini.
Bereket mengatakan Deputi Perdana Menteri Hailemariam Desalegn akan menjadi penjabat perdana menteri. Ia mengatakan jenazah Meles akan tiba di Ethiopia hari Selasa, dan para pejabat sedang menyusun rencana pemakamannya.
Meles memimpin negaranya selama 20 tahun lebih, setelah aliansi pemberontak yang ia pimpin, Front Demokratik Revolusioner Rakyat Ethiopia (EPRDF) merebut kekuasaan pada tahun 1991.
Meles mendapat pujian internasional karena perbaikan-perbaikan di bidang ekonomi, pendidikan dan layanan kesehatan. Tetapi kelompok-kelompok hak asasi mengritik tajam Meles karena berbagai pelanggaran, termasuk pembatasan terhadap media independen.
Di bawah pemerintahan Meles, Ethiopia menghadapi perang perbatasan dengan Eritrea dan mengirim tentara ke Somalia untuk memerangi militan Islamis.
Sementara itu, Menteri Komunikasi Ethiopia menyatakan tidak ada kekhawatiran mengenai masa depan negara setelah meninggalnya Perdana Menteri Meles Zenawi, yang memimpin Ethiopia selama 20 tahun lebih.
Menteri Bereket Simon mengatakan kepada VOA bahwa para pemimpin kompak dan pemerintah tetap kuat. Ia menepis kekhawatiran mengenai kekosongan kekuasaan.
Jurubicara pemerintah itu mengatakan penjabat Perdana Menteri
Dalam pernyataan hari Selasa, kelompok pemberontak di kawasan Ogaden, Ethiopia, menyatakan kematian Meles dapat mengarah pada stabilitas dan perdamaian yang lebih besar.
Front Pembebasan Nasional Ogaden (ONLF) menyebut mendiang perdana menteri sebagai “diktator” yang menyebabkan “penderitaan yang tidak terbayangkan” terhadap rakyat Ogaden.
