Tautan-tautan Akses

MyAmerica Surabaya Gelar Diskusi dan Nobar "A Plastic Ocean"


Salah satu tampilan film "A Plastic Ocean" menunjukkan isi perut burung Albatros penuh mikroplastik (Foto: VOA/Petrus Riski).
Salah satu tampilan film "A Plastic Ocean" menunjukkan isi perut burung Albatros penuh mikroplastik (Foto: VOA/Petrus Riski).

Dalam rangka memperingati Hari Bumi, MyAmerica Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya menggelar pemutaran film berjudul "A Plastic Ocean", film dokumenter yang bercerita mengenai sampah plastik yang sangat mengotori lautan. Mengundang beberapa aktivis lingkungan dan mahasiswa, nonton bareng (nobar) dan diskusi masalah sampah plastik ini diharapkan dapat semakin menumbuhkan kesadaran akan bahaya sampah plastik bagi kehidupan.

Persoalan sampah plastik sudah menjadi masalah serius semua negara di dunia, karena sampah plastik sulit dikelola dan butuh ratusan tahun untuk hancur dengan sendirinya di alam. Masyarakat diajak untuk terlibat memikirkan dan mencari solusi mengatasi bahaya sampah plastik, yang volumenya sudah mencapai milyaran ton di dunia.

Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hermawan Some mengatakan, berbagai teknologi yang ditemukan sampai saat ini belum mampu menyelesaikan persoalan sampah plastik yang menimbulkan banyak dampak negatif, antara lain di bidang kesehatan, air bersih, polusi, serta kerusakan alam di darat maupun di laut.

Hermawan mengungkapkan, sampah plastik yang berukuran mikro menimbulkan kesulitan tersendiri dalam mengatasi bahayanya di alam, di antaranya temuan mikroplastik di dalam tubuh ikan maupun biota laut lainnya. Salah satu solusi yang paling mungkin dilakukan adalah mengurangi penggunaan plastik.

“Ukuran plastiknya sudah jadi mikroplastik, untuk menjaring pun susah, ketika kita menjaring mungkin malah terangkut juga plankton, atau fitoplankton, atau zooplankton yang justru makanan bagi ikan. Ini yang agak susah. Belum ada teknologi bagaimana memisahkan plankton dengan mikroplastik tadi. Intinya bagaimana jangan sampai sampah plastik ini banyak masuk ke laut. Untuk itu kan ada cara mengurangi, mengubah perilaku, mengurangi. Kemudian kalau ada sampahnya bagaimana mendorong daur ulang," Hermawan Some, Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya.

Hermawan Some dari Komunitas Nol Sampah Surabaya memberi paparan mengenai kondisi dan bahaya sampah plastik (Foto: VOA-Petrus Riski).
Hermawan Some dari Komunitas Nol Sampah Surabaya memberi paparan mengenai kondisi dan bahaya sampah plastik (Foto: VOA-Petrus Riski).

"Untuk bisa didaur ulang berarti pertama harus ada standarisasi (plastik), kemudian yang ke-dua adalah bagaimana orang memilah sampah. Setelah ada sampah plastik yang tidak bisa dimanfaatkan, bagaimana mendorong daur ulang menjadi tanggung jawab produsen terhadap kemasannya,” imbuhnya.

Hermawan Some menambahkan, payung hukum berupa Peraturan Pemerintah beserta peraturan di tingkat bawah harus segera dibuat, untuk memastikan ada upaya serius pemerintah mengajak masyarakat mengurangi pemakaian plastik dalam kehidupan sehari-hari.

“Undang-Undang nomor 18 Tahun 2018 tegas menyebutkan bahwa Indonesia harus membuat PP, Peraturan Pemerintah tentang pengurangan sampah. Itu yang harus pertama kali dilakukan. Dari situ mungkin mulai ada turunan (peraturan) tentang bagaimana pembatasan kantong plastik, bagaimana tanggung jawab produsen terhadap kemasan dan sebagainya. Itu yang harus dilakukan, karena itu yang paling efektif. Jadi kalau kemudian yang dilakukan adalah penanganan, ini akan butuh biaya, akan butuh sumber daya, akan butuh waktu yang lebih panjang,” lanjutnya.

Dosen Teknik Kimia Universitas Surabaya, Lieke Riadi menegaskan, pengurangan pemakaian plastik menjadi langkah yang lebih baik dibandingkan dengan upaya penanganan sampah plastik yang telah ada. Selain itu perlu kebijakan dan aturan hukum dari pemerintah yang tegas, untuk menyadarkan dan mengedukasi masyarakat mengenai bahaya sampah plastik.

“Kalau kita bisa mengurangi, itu jauh lebih baik. Kalau kita tidak bisa mengurangi, maka ya kita harus bisa melakukan pemilahan, lalu dari pemilahan itu maka dia di- recycle. Nah itu cara satu-satunya menurut saya. Karena kalau kita mengurangi, maka harus ada kebijakan pemerintah. Kebijakan saja yang tidak menggigit sampai ke bawah, tanpa disertai edukasi, tanpa disertai sesuatu yang betul-betul penyadaran atau penegakan terhadap kebijakan itu, tidak akan membuahkan hasil,” jelas Lieke Riadi, Dosen Teknik Kimia Universitas Surabaya

Peringati Hari Bumi, My America Surabaya Gelar Diskusi dan Nonton Bareng Film Dokumenter Bahaya Sampah Plastik di Lautan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:49 0:00

Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah serius negara berkembang seperti Indonesia, tapi juga negara maju seperti Amerika Serikat. Menurut Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Heather Variava, perlu kerja sama antar negara untuk mengatasi masalah sampah plastik yang telah mencemari lautan luas.

Nonton bareng film dokumenter mengenai sampah plastik di lautan ini menjadi sarana edukasi sekaligus ajakan bagi masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan melalui pola hidup bebas sampah plastik.

“Masalah sampah plastik adalah tantangan untuk kita semua, baik negara maju seperti Amerika Serikat, maupun negara Indonesia dan semua negara lain juga. Dan kita harus bekerjasama untuk mengatasi masalah ini. Kami di My America Surabaya, nonton film "A Plastic Ocean" yang menjelaskan masalah ini, dan kami bisa lihat bagaimana plastik di laut ada dampak buruk untuk lingkungan. Semoga kita semua bisa kerja sama untuk menghadapi masalah ini,” kata Heather Variava, Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya. [pr/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG