Tautan-tautan Akses

Perebakan COVID-19 Meluas, Inggris Larang Kedatangan 4 Negara Lagi


PM Inggris Boris Johnson menerima suntikan vaksin COVID-19 produksi Oxford/AstraZeneca di London 19 Maret lalu (foto: dok).
PM Inggris Boris Johnson menerima suntikan vaksin COVID-19 produksi Oxford/AstraZeneca di London 19 Maret lalu (foto: dok).

Pemerintah Inggris bersiap melarang kedatangan internasional dari empat negara lagi – Bangladesh, Kenya, Pakistan dan Filipina – di tengah kekhawatiran perebakan varian baru virus corona. Namun, Inggris tidak mengenakan larangan kedatangan terhadap warga dari negara-negara Eropa, yang sebenarnya sedang menghadapi lonjakan baru virus mematikan ini.

Departemen Transportasi Inggris hari Jumat (2/4) mengatakan jumlah negara yang ada dalam “daftar merah” itu akan mencapai 39 negara ketika pembatasan terbaru berlaku di Inggris mulai 9 April nanti. Negara-negara lain di Inggris seperti Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara juga memiliki daftar serupa.

Berdasarkan larangan perjalanan itu, warga yang telah berangkat dari atau melakukan perjalanan dari negara-negara yang masuk dalam daftar merah itu sepuluh hari sebelum pemberlakuan, akan ditolak masuk ke Inggris. Negara-negara dalam daftar itu mencakup Brazil dan Afrika Selatan, di mana dua varian baru virus yang paling mengkhawatirkan diidentifikasi.

Warga negara Inggris dan Irlandia Utara, serta orang yang memiliki hak tinggal di Inggris, dapat masuk karena tidak ada larangan untuk penerbangan komersial. Namun, mereka harus melakukan karantina di hotel yang disetujui pemerintah selama 10 hari dengan biaya sendiri dan harus mengikuti tes COVID-19 pada hari kedua dan kedelapan dari masa isolasi mandiri mereka itu.

Langkah-langkah itu diambil untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh varian baru virus corona di Inggris, yang telah mencatat jumlah kematian tertinggi di Eropa, yaitu lebih dari 126.500 kematian.

Tidak ada negara Eropa yang masuk dalam “daftar merah” Inggris itu meskipun sebagian besar negara Eropa kini kembali mengalami lonjakan virus, yang mendorong sebagian di antaranya untuk kembali memberlakukan kebijakan lockdown – atau penghentian sebagian kegiatan dan penutupan wilayah.

Pakar-pakar kesehatan mengatakan lonjakan baru itu didorong oleh varian baru virus mematikan itu, termasuk yang pertama kali diidentifikasi di Inggris, yang kini merebak di benua itu.

Badan Kesehatan Dunia WHO hari Kamis (2/4) mengeluhkan lambatnya vaksinasi di negara-negara Eropa – selain Inggris – dengan mengatakan mereka telah kalah dalam pertarungan untuk melindungi rakyat mereka.

Beberapa hari terakrhi ini pemerintah konservatif pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson telah menghadapi pertanyaan tentang mengapa Perancis, yang mengalami salah satu perebakan pandemi terburuk di Eropa, tidak ada dalam “daftar merah” itu. Namun menempatkan Perancis dalam daftar itu dapat memiliki implikasi serius bagi arus perdagangan masuk dan keluar Inggris, mengingat ketergantungannya pada lalulintas dari berbagai pelabuhan.

Departemen Transportasi Inggris mengatakan sebagian besar kasus varian baru Afrika Selatan yang terdeteksi di Inggris sejauh ini terkait dengan perjalanan internasional dan sangat sedikit yang diperkirakan berasal dari Eropa. [em/pp]

Recommended

XS
SM
MD
LG