Tautan-tautan Akses

Perdana Menteri Inggris Berjanji Atasi Inflasi dan Masalah Migrasi Ilegal


Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tiba pada sebuah pertemuan di Riga, Latvia, pada 19 Desember 2022. (Foto: Reuters/Ints Kalnins)
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tiba pada sebuah pertemuan di Riga, Latvia, pada 19 Desember 2022. (Foto: Reuters/Ints Kalnins)

Dalam pidato utama di tahun 2023 pada Rabu (4/1), Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak memaparkan sejumlah prioritas pemerintahan konservatif yang ditukanginya di mana ia berjanji akan mengurangi separuh inflasi, menumbuhkan ekonomi Inggris, dan menghentikan imigrasi ilegal.

Sunak memusatkan perhatian pada upaya mengatasi perlambatan ekonomi Inggris, dan berjanji akan mengurangi utang nasional. Ia juga berjanji untuk mengesahkan undang-undang baru untuk menghentikan migran tiba di pantai Inggris dengan perahu-perahu kecil, serta menyelesaikan isu-isu layanan kesehatan nasional yang tidak kunjung selesai.

“Itu adalah isu-isu yang menjadi prioritas rakyat. Dan juga menjadi prioritas pemerintah. Kita akan mencapai (sasaran) ini atau tidak,” ujar Sunak.

“Tidak ada tipuan, tidak ada ambiguitas, kami akan mewujudkan semua itu bagi Anda atau tidak. Kami akan membangun kembali kepercayaan pada politik melalui tindakan nyata, atau tidak sama sekali,” tambahnya.

Sunak, yang mulai menjabat pada Oktober lalu setelah tahun yang penuh gejolak dalam politik Inggris yang menyebabkan pengunduran diri dua perdana menteri lainnya, menekankan bahwa ia akan menciptakan stabilitas. Ia menegaskan prioritas pertamanya adalah “mengurangi setengah inflasi tahun ini untuk meringankan biaya hidup dan memberi orang keamanan finansial.”

Pendahulu Sunak, Liz Truss, sempat meluncurkan paket pemotongan pajak yang kontroversial pada bulan September. Ia terpaksa mengundurkan diri setelah bekerja kurang dari dua bulan. Kebijakan Truss ketika itu membuat nilai mata uang poundsterling Inggris anjlok, menaikkan biaya pinjaman dan memicu intervensi darurat dari Bank Sentral Inggris.

Sejak Sunak menggantikan Truss pada akhir Oktober, ekonomi Inggris telah tenang kembali. Tetapi ia masih menghadapi krisis biaya hidup dan meluasnya keresahan tenaga kerja akibat sejumlah aksi mogok kerja yang dilakukan pekerja sektor publik utama, mulai dari perawat dan pengemudi ambulans hingga pekerja kereta api. Aksi mogok kerja yang mengganggu sistem operasi tersebut dilakukan untuk menuntut gaji yang lebih baik agar dapat menyeimbangkan inflasi yang terus melonjak.

Inflasi di Inggris mencapai 10,7 persen pada bulan November, turun sedikit dibanding raihan pada Oktober, tetapi masih mendekati level tertinggi dalam empat dekade terakhir. Biaya energi dan makanan melonjak, di mana sebagian besar didorong oleh perang Rusia di Ukraina, dan standar hidup jutaan warga Inggris juga ikut anjlok.

Dalam beberapa minggu terakhir ini, pemerintahan Sunak juga berada di bawah tekanan yang terus meningkat, untuk mengatasi kegagalan dalam sistem kesehatan masyarakat. Banyak berita utama di halaman depan surat kabar Inggris yang mengabarkan soal kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit dan catatan waktu tunggu yang diperlukan untuk menemui dokter atau mendapatkan ambulans.

Pihak berwenang menyalahkan tingginya jumlah kasus flu dan COVID-19 pada pemerintah, tetapi kepala urusan kesehatan mengatakan masalah ini sudah berlangsung lama dan lebih sebagai akibat kekurangan dana pemerintah yang kronis. [em/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG