Tautan-tautan Akses

Peran Sentral Pekerja di Garis Depan dalam Melawan Pandemi Covid-19


Tanda hati dengan tulisan "Terima kasih para pekerja esensial" di jalan layang di tengah pandemi virus corona (Covid-19) d Middletown, Connecticut, AS, 13 Mei 2020. (Foto: Reuters)
Tanda hati dengan tulisan "Terima kasih para pekerja esensial" di jalan layang di tengah pandemi virus corona (Covid-19) d Middletown, Connecticut, AS, 13 Mei 2020. (Foto: Reuters)

Di masa pandemi virus corona ini, istilah “frontliners” atau pekerja yang berada di garis terdepan identik dengan para petugas kesehatan dan keamanan masyarakat. Padahal banyak pekerja di sektor primer lain, yang dapat dikategorikan sama.

Di Amerika Serikat, “frontline workers” atau para pekerja garis depan tidak semata-mata sebutan bagi pekerja medis dan keamanan, tetapi juga mereka yang bekerja di industri esensial.

Menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika, industri esensial ini mencakup semua infrastruktur yang melindungi masyarakat dan sekaligus menjamin kelangsungan segala fungsi yang penting untuk kesehatan, ekonomi dan keamanan nasional. Laporan Brookings Institute baru-baru ini menyebutkan ada 50 juta orang yang bekerja sebagai pekerja medis dan keamanan, dan 90 juta orang yang bekerja di industri esensial.

Mendi Iljas sudah lebih dari 15 tahun bekerja sebagai karyawan di salah satu jaringan supermarket terbesar di Amerika. Sejak virus corona merebak, pekerjaan Mendi bertambah karena harus menyesuaikan dengan protokol keamanan, seperti menjaga jarak aman dan dan pola konsumsi para pelanggan. Namun, pekerjaannya tidak berubah.

Mendi Iljas. (Foto: dokumen pribadi)
Mendi Iljas. (Foto: dokumen pribadi)

“Kita, toko buka 24 jam. Tetap gak ada tutupnya sama sekali.Tahu dong di (masa) pandemi ini semua orang butuh hand-sanitizer, spray, wipes. Semua berusaha datang pagi, belanja pagi. Makin pagi, makin ramai, justru,” tutur Mendi.

Namun Mendi, yang sering bertugas sebagai kasir, tetap merasa tenang bekerja karena penerapan protokol kesehatan yang ketat menjamin kenyaman dirinya dan juga pelanggan. Misalnya, bagian kasir (register) dibuka bergantian.

Gak semua register buka, register juga dipasang plastic cover (pelindung plastik), daerah tempat pin-pad credit card (mesin edc.red) juga dikasih covering, pakai plastik, dan karena kita tokonya besar, (pelanggan yang masuk) tidak boleh lebih dari 174,” ujarnya.

Protokol serupa juga dialami Erick Alamsjah yang bekerja di salah satu perusahaan ritel bangunan terbesar di Amerika. Perusahannya bahkan sudah memberlakukan “Health & Safety Environment” sebelum pandemi.

“Salah satu protokol tambahan selama masa pandemi ini adalah pekerja diharuskan mengikuti prosedur cek kesehatan, baik sebelum bekerja ataupun sewaktu bekerja,” papar Erick.

Erick Alamsjah. (Foto: dokumen pribadi)
Erick Alamsjah. (Foto: dokumen pribadi)

Erick menjelaskan sebelum tiba di tempat kerja, seluruh pegawai harus mengisi survei daring (online) untuk mengetahui apakah terpapar atau tidak, dan gejala Covid-19 lainya. Setibanya di tempat kerja, pegawai akan diperiksa suhu tubuhnya. Jika suhu badan melebihi 100,4 Fahrenheit atau 38 Celcius, akan ditolak bekerja dan diminta pulang. Mereka diizinkan bekerja jika suhu tubuh berada di bawah batas itu.

Pelanggan juga diminta mengenakan masker. Mereka yang lupa membawa masker, akan diberi satu masker gratis. Pelanggan yang menolak mengenakan masker tidak diperbolehkan belanja. Penyanitasi tangan juga disiapkan di setiap pintu masuk.

“Setiap pekerja diberikan satu boks masker sekali pakai, di awal bulan. Jadi cukup lah untuk 30 hari bekerja. Juga hand sanitizer kecil yang dapat dibawa-bawa selama bekerja,” papar Erick sambil menambahkan bila penyanitasi tangan habis, perusahaan menyediakan cairan isi ulang.

Pasha Ranakusuma. (Foto: dokumen pribadi)
Pasha Ranakusuma. (Foto: dokumen pribadi)

Walau bekerja pada lingkungan yang berbeda, protokol serupa juga dilakukan oleh Pasha Ranakusuma yang bekerja di perusahaan jasa antar makanan dan belanjaan ke rumah pelanggan. Bedanya, Pasha harus menyediakan semuanya sendiri.

“Kalo saya mau pergi bekerja, saya harus kasih tahu ke apps [aplikasi.red] nya saya mau kerja sekarang, abis itu apps nya nanya lagi sakit gak? Lagi lagi panas, lagi batuk atau gimana kayak gitu, harus kasih tahu ya kalo saya sakit atau nggak,” jelas Pasha.

Dia juga harus selalu mengenakan masker dan menyediakan cairan penyanitasi tangan di mobilnya.

Sementara bagi Yusi Achmad yang bekerja di layanan pos, beban kerja di masa pandemi menjadi jauh lebih berat. Makin banyak warga yang memilih membeli kebutuhan utama, seperti obat-obatan, makanan, pakaian, atau perlengkapan rumah tangga, lewat layanan pos.

Peran Sentral Pekerja di Garis Depan dalam Melawan Pandemi Covid-19
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:44 0:00

“Justru selama pandemi ini aku merasa banyak yang appreciate (menghargai) gitu. Biasanya gak pernah ketemu tiba-tiba ngeliat aku lewat gitu mereka sengaja keluar. Just to wave (hanya melambaikan tangan.red) atau just to say thank you for your service (mengucapkan terima kasih,” tutur Yusi.

Hal-hal kecil seperti itu membuat Yusi merasa sangat dihargai.

Para pekerja garis depan di industri esensial inilah yang secara tidak langsung berjasa menekan laju pandemi Covid-19 dan melindungi warga supaya bisa tetap berada di rumah. [aa/em]

XS
SM
MD
LG