Tautan-tautan Akses

Penyintas Serangan Manchester Gugat Badan Intelijen Inggris


Penyanyi pop AS, Ariana Grande tampil saat konser amal bagi para korban serangan teror Manchester Arena di Emirates Old Trafford, Manchester, Inggris, 4 Juni 2017.
Penyanyi pop AS, Ariana Grande tampil saat konser amal bagi para korban serangan teror Manchester Arena di Emirates Old Trafford, Manchester, Inggris, 4 Juni 2017.

Lebih dari 250 penyintas serangan di Manchester Arena pada 2017 telah mengajukan gugatan terhadap dinas intelijen dalam negeri Inggris. Pengacara para korban tersebut menyatakan hal itu pada hari Minggu (14/4).

Pada Mei 2017, 22 orang tewas dan 100 lainnya terluka ketika seorang pelaku meledakkan bom dalam konser penyanyi pop Ariana Grande.

Penyelidikan resmi pada Maret 2023 menemukan fakta bahwa serangan tersebut bisa dihentikan jika dinas keamanan Inggris MI5 bertindak berdasarkan informasi intelijen penting.

“Tim hukum yang mewakili para korban terluka dan keluarga dari para korban meninggal dalam pengeboman Manchester Arena pada 2017, dapat mengonfirmasi bahwa mereka secara kolektif mengajukan klaim bersama atas nama lebih dari 250 klien ke Pengadilan Kekuasaan Investigasi,” kata tiga firma hukum yang terlibat dalam tuntutan ini dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke kantor berita AFP.

Ketiga firma hukum itu adalah Hudgel Solicitors, Slater & Gordon dan Broudie Jackson Canter.

Para pengacara mengatakan bahwa mereka belum dapat memberikan detail lebih jauh saat ini.

Serangan bunuh diri, yang terjadi ketika penonton konser meninggalkan pertunjukan di Manchester Arena di Inggris utara, dilakukan oleh Salman Abedi, pemuda berusia 22 tahun dari Manchester tetapi keturunan Libya.

Terinspirasi oleh ISIS, dia menggunakan bom pecahan peluru buatan sendiri untuk menarget kerumunan yang mayoritas anak muda, yang tengah menghadiri konser bintang pop Amerika Serikat itu, begitu juga para orang tua yang datang untuk menjemput anak-anak mereka.

IPT, badan independen yang menginvestigasi komplain dari orang-orang yang percaya bahwa mereka telah menjadi korban tindakan melanggar hukum oleh

otoritas publik, menggunakan teknik investigasi rahasia dan mereka menarget dinas intelijen.

Keterlambatan dalam salah satu dari dua informasi intelijen telah berujung pada “hilangnya kesempatan untuk mengambil tindakan yang kemungkinan investigasi penting,” kata John Saunders, pimpinan penyelidikan pada 2023 ini dalam laporan mereka tahun lalu.

Direktur Jenderal MI5, Ken McCallum, mengatakan pada saat itu bahwa dia “sangat menyesal bahwa MI5 tidak mencegah serangan itu”. [ns/ka]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG